Opini

Benyamin dan Inkonsistensi Calon Pemimpin

Oleh: Rudy Gani

(Founder Tangsel Institute)

Beredarnya foto Wakil Walikota Tangsel, Benyamin Davnie bersama anggota masyarakat yang mengatasnamakan dirinya Laskar Anggrek mendapat cibiran tajam oleh masyarakat.

Pasalnya, ditengah berlakunya PSBB yang diterapkan di Kota Tangsel, Benyamin yang merupakan wakil walikota Tangsel terlihat asyik berpose bersama tanpa menerapkan physical distancing yang seharusnya dilakukan olehnya.

Advertisement

Tidak hanya Ben, sapaan akrabnya. Di foto itupun terlihat pejabat Satpol PP kota Tangsel yang lengkap menggunakan seragam nampak mendampingi Ben berfoto bersama.

Selain Ben dan pejabat Satpol PP, terdapat juga Pilar Saga Ichsan, yang sudah mendapat rekom Partai Golkar untuk maju menjadi calon Wakil Walikota mendampingi Ben pada pemilukada Kota Tangsel Desember 2020 nanti.

Dengan kejadian ini, kita sebagai warga Tangsel yang sudah “mati-matian” menahan diri untuk tidak keluar dan bersilaturahmi ke sanak saudara karena adanya PSBB saat lebaran kemarin, tentu saja merasa tersakiti serta terkhianati.

Perilaku Ben, Pilar dan Pejabat Satpol PP tersebut makin menambah daftar ketidakkonsistenan pejabat publik pada aturan yang dibuat oleh mereka sendiri.

Advertisement

Seharusnya, Ben sebagai wakil walikota mempraktikkan kebaikan serta kedisipilinan yang digaungkan oleh Presiden Jokowi berulang-ulang kali.

Sayangnya, ditengah kegencaran presiden meneggakkan kedisiplinan warga, para pejabat di tangsel seperti Ben malah “asyik” melanggarnya dengan penuh sadar dan kebangaan.

Sebagai sebuah konsekuensi sosial, wajar jika Ben kini dihujat baik melalui medsos ataupun media lainnya.

Sebab, sebagai pejabat publik perilaku Ben menjadi cermin buruk wajah pemerintahan yang Airin pimpin.

Advertisement

Sebagai seorang kepala daerah, Airin seharusnya merasa ditampar dengan kejadian ini.

Meski Airin tidak ada di foto tersebut, namun upaya keras Airin untuk menegakkan disiplin khususnya pada masa PSBB ini gagal justru oleh anak buah dan calon penggantinya.

Rasanya, dengan adanya foto-foto itu, usaha Airin selaku ketua gugus tugas Covid-19 di Tangsel, runtuh seketika.

Hal ini menjadi alarm keras bagi Airin disisa waktu jabatannya.

Advertisement

Airin yang siang malam berjibaku untuk menegakkan PSBB di Tangsel, nampaknya sia-sia saja.

Tidak saja Airin, Kapolres, TNI dan seluruh aparat yang sudah bekerja siang malam, dengan adanya kejadian ini mereka pantas kecele justru oleh mitra mereka sendiri.

Begitupun dengan masyarakat yang berusaha untuk mendisiplinkan diri selama PSBB tangsel berlaku, geram akan prilaku orang kedua Airin itu.

Lalu, mengapa Ben yang berbuat, Airin yang harus bertanggungjawab?

Advertisement

Sebab, sebagai kepala pemerintahan serta ketua partai yang memberikan rekom kepada Ben dan Pilar, Airin dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak bisa “lepas tangan” akan kejadian ini.

Oleh karenanya, kita mendesak agar Airin memberikan sanksi tegas kepada Ben dan pejabat satpol PP agar masyarakat tidak antipati pada pemerintahan Airin sebagaimana yang sudah terjadi sebelumnya.

Karena kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah di masa pandemik ini sungguh jauh berkurang.

Bahkan, survey yang dilakukan kemarin menunjukkan angka yang cukup signifikan.

Advertisement

Masyarakat merasa tidak puas pada pemerintah dalam menangani covid-19.

Meskipun perkara ini tidak berdampak langsung pada masyarakat, namun kejadian ini makin membuktikan bahwa persoalan nyawa dan virus bagi Ben yang didampingi Pilar, bukan perkara serius baginya.

Mungkin bagi Ben dan Pilar, pemilukada adalah persoalan penting dibandingkan persoalan nyawa jutaan rakyat Tangsel.

Mungkin juga Ben merasa dirinya aman-aman saja dari bahaya Covid-19.

Advertisement

Namun yang perlu diingat oleh Ben, grafik perkembangan kasus Covid-19 khususnya di Tangsel masih sangat tinggi dan cenderung belum turun.

Karena itu, Ben tidak hanya menyakiti warga Tangsel yang dengan patuh menuruti PSBB di Tangsel, tetapi Ben juga telah meyakiti perasaan keluarga korban yang meninggal, tenaga medis yang berjuang di RS, para pengusaha kecil yang harus menutup warungnya juga pekerja informal yang harus memutar otak untuk makan sehari-hari.

Kelompok-kelompok inilah yang paling merasa dirugikan dengan inkonsistensi Ben dan pejabat satpol PP yang ada di foto tersebut.

Semoga saja kejadian ini tidak lagi terulang.

Advertisement

Hanya saja penting bagi penulis untuk mengingatkan khususnya kepada warga tangsel.

Bahwa perkara memaafkan adalah kewajiban kita semua. Namun, memberikan “maaf” saja belumlah cukup.

Pertama, melihat foto tersebut yang secara sadar dilakukan oleh Ben, maka perlu diberikan sanksi moral serta sosial khususnya bagi Ben dan Pilar.

Sebab, hanya sanksi moral dan sosial lah yang mampu kita berikan sesuai dengan kapasitas yang kita miliki.

Advertisement

Alasannya karena untuk urusan nyawa saja Ben sangat cuek dan antipati pada korban dan masyarakat yang patuh, apalagi untuk urusan yang lain. Pasti bisa lebih cuek dan antipati.

Karena itu, sudah tepatlah jika pada pilkada Desember nanti, sanksi sosial dan moral berkenan diingat-ingat oleh masyarakat Kota Tangsel atas kejadian ini.

Sebab, karakter seorang pemimpin itu dilihat bukan saja dalam situasi normal.

Dalam situasi krisis seperti ini adalah momen yang tepat untuk menilai isi kepala seorang pemimpin dimanapun ia berada.

Advertisement

Tentu saja ini bukan perkara politis. Tetapi hanya di momen pilkada itulah seluruh sanksi sosial masyarakat kepada pemimpinnya benar-benar bisa anda berikan.

Karena tidak memilih pemimpin yang abai pada persoalan nyawa sama pentingnya dengan tidak memilih pemimpin yang rakus pada jabatan serta korup sejak dalam pikirannya.

Semoga kita dapat mengambil hikmah atas kejadian demi kejadian yang dipertontonkan para pemimpin kita. Semoga.

Catatan: Isi tulisan dan opini  di atas sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis
Advertisement

Populer

View Non AMP Version
Exit mobile version