Nasional

Beres-Beres Kursi Menkes ‘Mata Najwa’, Budi Gunadi Sadikin Dicecar Najwa Shihab

Dunia telah memasuki tahun yang baru, tetapi pandemi jelas belumlah berlalu. Mutasi virus kadung terjadi, di Inggris sampai lockdown lagi, walau vaksinasi sudah dimulai. Tanda perjuangan melawan pandemi masih panjang, apalagi banyak rumah sakit yang mulai tumbang. Itulah tantangan berat Menteri Kesehatan yang baru, kompleksitas problem membuat gebrakannya amat ditunggu. Apa saja persoalan genting yang akan ia prioritaskan? Apa bisa vaksinasi dituntaskan dalam hitungan bulan? Inilah .
Mata Najwa menerima banyak pertanyaan publik yang dititipkan untuk Menteri Kesehatan. Dan hari ini Menkes Budi Gunadi Sadikin hadir langsung untuk menjawab pertanyaan.

“Saya ditugasi bapak Presiden (sebagai Menkes), kaget juga. Tapi ini amanah. Saya akan lakukan dengan sebaik-baiknya,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Saya melihat ini kesempatan kita untuk investasi surgawi karena manfaatnya banyak sekali untuk orang banyak,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Saya merasa bukan hanya modal kekuasaan untuk menangani pandemi ini. Dibutuhkan modal sosial yang kuat. Kalau saya di pemerintahan bisa menggalang modal sosial, harusnya (masalah pandemi) ini bisa dikerjakan,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Advertisement

“Kalau kita bisa merangkul berbagai tokoh untuk menyelesaikan masalah pandemi ini, sebagai modal sosial, saya rasa ini bisa dilakukan,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Kita lihat dengan data, setiap sehabis libur panjang, kasus aktif naik bisa hingga 30%. Ini membuat banyak tekanan ke rumah sakit dan tenaga medis,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“527 tenaga medis sudah gugur. Jangan sampai pengorbanan mereka hilang begitu saja. Ayo kita sama-sama kurangi mobilitas agar mengurangi kasus aktif. Agar kasusnya tidak tinggi dan tidak menekan RS dan nakes,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.

“Saya maunya pengetatan mobilitas ini dilakukan bulan lalu (December 2020). Seharusnya dilakukan sebelumnya. Tapi ini, kan, sudah terjadi,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menanggapi pengetatan PSBB yang baru.

Advertisement

“Wajar kalau ada yang meragukan. Saat jadi Dirut Bank Mandiri juga begitu. At the end of the day, kita kerja by system. Selama saya bisa mengarahkan mereka, ini bisa dikerjakan” kata Menkes Budi Gunadi menjawab keraguan soal latar belakangnya.

“Setahu saya di luar negeri lebih mahal (tes PCR) kalau mahal relatif, kalau murah enggak juga. Kami berencana mengeluarkan permenkes penggunaan swab antigen supaya bisa menekan harga,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Saya memiliki rencana untuk tes PCR yang sesuai dengan strategi kesehatan mengurangi penularan itu coba kita tutup apakah bisa ditanggung oleh negara atau tidak,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Testing, aturan WHO 1/1000 per minggu. Indonesia kapasitas testing lebih dari 40 ribu. Tapi distribusinya (tes PCR) enggak rapi, maka ini sedang saya bereskan,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Advertisement

“Kami sedang minta kerja sama Pak Bambang Brodjonegoro untuk menjaring lab yang diharapkan agar kalau ada strain virus baru kita bisa tahu,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Permenkes harus dibikin untuk mendukung strategi testing yang baik. Strategi testing bertujuan untuk mengurangi penularan,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Semua peraturan permenkes akan disesuaikan dengan target,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Tes PCR bisa cukup tersebar. Kita akan meresmikan penggunaan swab antigen supaya bisa kita sebar di level Puskesmas. Supaya tidak terpusat hanya di pusat,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Advertisement

“Vaksin yang ada sekarang yang datang itu Sinovac, jadi yang vaksin duluan pasti dapat vaksin Sinovac,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Vaksin ini sekarang sedang ditest clinical trial, sudah hampir keluar laporannya,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Nakes itu tentara kita yang tiap hari terekspos ke virus. Kalau tidak ada mereka tidak mungkin kita menang dari pandemi ini,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Mata Najwa terhubung dengan Fadly Barjadi, seorang pengendara ojek online, salah satu relawan uji vaksin COVID-19. #MataNajwaBeresBeresMenkes

Advertisement

“Saya mau (jadi relawan uji vaksin) karena saya bekerja sebagai driver online yang harus banyak ketemu konsumen dan driver lain. Risiko terpaparnya lebih besar. Kebetulan ada info soal vaksin ini,” kata relawan uji vaksin COVID-19, Fadly Barjadi. #MataNajwaBeresBeresMenkes

“(Sempat) ada rasa takut. Saya searching-searching dulu, tanya-tanya dulu, dan (vaksinasi), kan, juga sudah dilakukan di luar negeri,” kata relawan uji vaksin COVID-19, Fadly Barjadi. #MataNajwaBeresBeresMenkes

“Saya dan tujuh anggota keluarga lain jadi relawan. Efek sih enggak ada. Seperti pusing atau demam. Sempat merasa mengantuk hebat setelah satu jam selesai divaksin. Keluarga juga aman saja,” kata relawan uji vaksin COVID-19, Fadly Barjadi. #MataNajwaBeresBeresMenkes

“Jangan takut untuk jadi relawan vaksin COVID-19. Saya sendiri tidak merasa efek negatif, tidak ada efek yang seperti ditakutkan orang-orang,” kata relawan uji vaksin COVID-19, Fadly Barjadi. #MataNajwaBeresBeresMenkes

Advertisement

“Saya bangga teman-teman di Bandung mau jadi relawan vaksin. Tolong yakinkan teman-teman ojol lain di Bandung juga. Sakit sedikit saja saat disuntik,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Vaksin ini bukan ditujukan untuk anak-anak. Hanya untuk dewasa dan usia lanjut. Di seluruh dunia juga seperti itu,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Vaksin ini untuk mencegah penularan COVID-19. Dan itu akan tercapai kalau 70% warga sudah divaksin. Jadi bukan hanya untuk diri sendiri, ini untuk keluarga kita, teman-teman, tetangga,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Di seluruh dunia, yang jadi isu soal vaksin adalah banyak kelompok-kelompok yang tidak merasa perlu divaksin karena merasa itu hak mereka,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Advertisement

“Meyakinkan dengan cara persuasif bisa lebih baik agar masyarakat mau menjalani vaksinasi,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Vaksin ini diberitakan gratis bukan hanya untuk melindungi diri sendiri, tapi juga teman dan keluarga, dan seluruh rakyat,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Enggak mungkin kita vaksinasi kalau izin BPOM belum keluar. Kalau belum ada hitam-putih dari BPOM soal efikasinya, kita tidak akan jalankan. Jadwal vaksin dan distribusinya itu sebagai antisipasi ketika ijin itu keluar,” kata Budi Gunadi Sadikin.

Sepuluh bulan sejak pasien COVID-19 pertama diumumkan, situasi pandemi di Indonesia belum sepenuhnya terkendali. Di awal tahun 2021 ini, sejumlah layanan kesehatan kewalahan menampung pasien COVID-19 yang terus melonjak.

Advertisement

Untuk memahami situasi di lapangan, #MataNajwa sudah tehubung dengan Direktur RSUD Sidoarjo Jawa Timur, dr. Atok Irawan, dan relawan @LaporCovid, Amanda Tan.

“Rumah sakit kami, 30% tempat tidur untuk pasien COVID-19, sekarang terisi 210 pasien,” kata dr. Atok Irawan, Direktur RSUD Sidoarjo.

“Mulai tgl 1 (Januari 2021) sampai sekarang sudah mulai berkurang pasien. Kami berupaya tidak menerima pasien dengan rujukan dari luar Sidoarjo,” kata dr. Atok Irawan, Direktur RSUD Sidoarjo.

“Kami merotasi nakes di luar layanan non-COVID-19. Untuk ICU, kami menambah 24 bed di luar isolasi COVID-19. Alhamdulilah nakes kami masih mampu, tapi 1 Januari kemarin nakes kami kewalahan di IGD,” kata dr. Atok Irawan, Direktur RSUD Sidoarjo.

Advertisement

“Desember kami dapat laporan warga yang butuh rumah sakit saat kami merujuk pasien ke rumah sakit itu bahkan full. Gambaran RS di Jakarta sudah collapse,” kata Amanda Tan, Relawan @LaporCovid.

“Mereka sudah positif COVID-19 dan statusnya suspek mereka bingung kewalahan cari rumah sakit sehingga mereka ke kami,” kata Amanda Tan, Relawan @LaporCovid.

“Mereka sangat butuh rumah sakit dan kami segera menghubungi pelapor dan mereka menjelaskan bahwa hasilnya nihil,” kata Amanda Tan, Relawan @LaporCovid.

“Masalah di rumah sakit bukan hanya (ketersediaan) tempat tidur saja, tapi ketersediaan perawat juga kurang,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Advertisement

“Yang paling benar, tracing dan testingnya diperkuat,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Untuk beberapa kasus, kita dapat info pasien meninggal dalam perjalanan saat mencari rumah sakit. Untuk kapasitas tempat tidur, walaupun ditambah, tapi nakes (banyak) meninggal,” kata Amanda Tan, relawan @LaporCovid.

“Pemerintah perlu melakukan test, tracing, dan treatment secara maksimum. Bagaimana treatment dengan kondisi RS yang sudah kolaps. Diperlukan juga PSBB ketat agar tidak terjadi mobilitas warga yang tinggi,” kata Amanda Tan, relawan @LaporCovid.

“Sebaiknya kita menambah RS khusus COVID-19 di daerah. Sekarang ini yang dibutuhkan adalah ICU, ruangan yang selama ini penuh,” kata dr. Atok Irawan, Direktur RSUD Sidoarjo.

Advertisement

“Saat ini tes kita masih kurang. Data ketersediaan rumah sakit yang declare juga (dibutuhkan). Agar masyarakat patuh protokol kesehatan,” kata dr. Atok Irawan, Direktur RSUD Sidoarjo.

Persoalan data kasus COVID-19 jadi sorotan sejak kasus pertama diumumkan. Sudah terhubung dengan #MataNajwa, Elina Ciptadi, Co-Founder @KawalCOVID19, yang intens memantau data-data kasus COVID-19 di Indonesia.

“Kita bisa lihat dari data, indikasi wabahnya jauh lebih besar dari apa yang diumumkan setiap hari di situs pemerintah,” kata Elina Ciptadi, Co-Founder @KawalCOVID19.

“Data Jabar, angka kematian di pusat 55% lebih rendah dari data yang ada di web Jabar. Di Jateng, angka kematian diumumkan pusat 47% lebih rendah dari agregasi yang diumumkan di level provinsi atau kabupaten kota,” kata Elina Ciptadi.

Advertisement

“Semakin kesini gapnya semakin jauh terkait data,” kata Elina Ciptadi, Co-Founder @KawalCOVID19.

“Begitu urusan rumah sakit yang penuh ini selesai, nomor 1 yang saya beresin yakni data karena data dibutuhkan untuk tracing-tracking dengan data yang benar,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.

“Data harus benar, kita enggak bisa ngerjain ini sendiri, saat datanya enggak bener, gimana orang bisa percaya?” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.

“Aku sudah bilang ke Biofarma, seremoni-seremoni seperti kemarin sebaiknya dikurangi. Masyarakat sangat sensitif,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menanggapi kritik publik soal upacara pengiriman vaksin oleh Biofarma beberapa waktu lalu.

Advertisement

“Saya tanya ke dokter, cek suhu yang benar di tangan atau di kepala? Keduanya sebenarnya sama saja. Yang tidak benar itu kalau enggak mau dicek di kepala karena radiasi, karena enggak ada radiasi dari thermo gun,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.

“Problem ini enggak mungkin saya selesaikan sendiri. Ini harus inklusif dengan banyak pihak. Enggak mungkin hanya selesai dengan program-program pemerintah, tapi harus bergerak bersama-sama,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Saya percaya kita punya modal sosial yang besar. Dan tugas saya memastikan institusi ini (Kemenkes) dipercaya masyarakat untuk bersama-sama menggunakan modal sosial kita,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Advertisement

Sumber: Twitter @matanajwa

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Populer

View Non AMP Version
Exit mobile version