Serpong

Berwisata Religi di Kramat Tajug Cilenggang Serpong

Satu lagi tempat yang dulunya menjadi saksi dan pelaku sejarah dalam merebut kemerdekaan bangsa ini yang ada di Kota Tangerang Selatan. Tempat terbuat adalah makam Kramat Tajug di Cilenggang, Kecamatan Serpong, yang hingga kini masih menjadi tujuan destinasi wisata religi bagi para pelancong.

Berdasarkan letak geografis, makam Kramat Tajug tepat berada di pinggiran Kota Tangerang Selatan. Persisnya di wilayah perbatasan dengan Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang, selaku induk dari daerah hasil pemekaran ini. Letaknya yang cukup strategis yaitu di jalan utama menuju pasar Serpong bila dari arah utara dan menuju kawasan BSD bila dari arah selatan. Sehingga memudahkan orang atau pengunjung untuk menemukannya.

Tajug itu sendiri berarti “bangunan rumah-rumahan (di atas makam) dengan atap meruncing”, gaya bangunan ini sejak lama rupanya sudah digunakan untuk tujuan-tujuan tempat yang dianggap sakral atau bahasa kesehariannya – kramat. Ditempat ini terdapat makam Raden Tubagus (Tb) Muhammad Atief, seorang Panglima Perang Kerajaan Banten pada Pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Beliau adalah salah seorang penyebar agama Islam di daerah serpong dan sekitarnya yang kini makamnya di-kramatkan.

Setelah menyelesaikan tugasnya Di Benteng Selatan, kemudian Tb Atief kembali ke Banten dan mendapatkan gelar Tubagus Wetan dari ayahandanya sendiri Sultan Ageng Tirtayasa. Karena jasa-jasanya kepada masyarakat di sini, maka masyarakat menikahkan Tb Atief dengan Siti Almiyah wanita asli Desa Cilenggang dengan mas kawinnya Masjid Jami Al Ikhlas (dahulu Surau atau Tajug) yang sekarang masih berdiri.

Kramat Tajug sudah dikenal sebagai obyek wisata religi. Peziarah komplek makam Kramat Tajug tidak hanya datang dari kawasan Banten dan Jawa Barat, tapi juga Sumatera, Jakarta, Sulawesi, dan wilayah lainnya

Advertisement

Luas tanah dari Kramat Tajug yang sejak zaman dahulu juga berfungsi sebagai tempat pemakaman warga atau masyarakat Desa Cilenggang seakan tidak pernah sempit atau selalu cukup untuk dijadikan areal pemakaman baik oleh anak cucu dari Tb Atief maupun oleh warga Desa Cilenggang sendiri.

Demi menjaga kelestarian Kramat Tajug ini telah didirikan Yayasan Tubagus Atief yang diketuai oleh H. Tubagus (Tb) Imammudin dan juga Paguyuban Keluarga Muhammad Atief yang diketuai oleh H. Tb Muin Basyuni dan Sekretaris Umumnya Tubagus (Tb) Moh. Sholeh Sutisna atau lebih dikenal dengan panggilan Sos Rendra.

Sampai saat ini ritual ziarah masih sering dilakukan oleh keluarga dari Kramat Tajug. Setiap minggu ketiga pada setiap bulannya H. Tubagus Imammudin yang juga Ketua dari Yayasan Tubagus Atief memimpin sekitar 300 orang dari keturunan Kramat Tajug untuk ziarah dan tahlil. Dan setiap tanggal empat belas di bulan Maulid diadakan pencucian benda-benda pusaka milik dari Raden Muhammad Atief atau Tubagus (Tb) Atief.

Sampai sekarangpun masih banyak dari warga di sekitar Cilenggang dan masyarakat umum bahkan dari luar Jawa yang datang untuk melakukan ziarah dan tirakat di Kramat Tajug. Seperti saat memasuki bulan suci Ramadhan sekarang ini, ratusan orang berkunjung ke makam Kramat Tajug, untuk ziarah atau nyekar.

Advertisement

Salah seorang peziarah dari Jakarta, Saepudin, mengatakan bahwa dirinya dan rombongan datang untuk mendoakan para penyiar Agama Islam yang telah wafat sekaligus berziarah ke makam orang tuanya. “Saya datang selain ke makam orang tua, juga untuk napak tilas tentang para penyiar Agama Islam, agar kita dapat tetap mengingat perjuangan dalam menyiarkan Agama Islam,” katanya.

Dikatakan Saepudin, biasanya datang ke pemakaman Tajug untuk berziarah jelang Ramadan dan sesudah Idul Fitri. “Kita juga berdoa untuk orang tua, dan kaum muslim yang sudah meninggal dunia. Alhamdullilah, kita bersyukur tahun ini bisa kembali menjalankan ibadah puasa,” ujarnya.(bpti-ts)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Populer

View Non AMP Version
Exit mobile version