Opini

Biden Ngomongin Jakarta Tenggelam, Jangan-jangan…?

Oleh: Sonny Majid

DALAM sebuah konferensi pers, Presiden Amerika Serikat Joe Biden tanpa eling-eling ngomongin soal Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia bakal tenggelam akibat perubahan iklim.

Melihat itu, saya punya pandangan yang mungkin gak penting, alias gak jelas. Begini, memang benar pemerintah merencanakan pemindahan ibukota negara di Kalimantan Timur, kalau tidak salah di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), sedikit beririsan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).

Dalam proyek tersebut, China disebut-sebut sangat berkeinginan dominan menggarap sejumlah mega proyek. Kabarnya sih, beberapa lahan disana sudah dibebaskan, bahkan harganya sudah melambung jauh.

Advertisement

Beberapa asumsi subjektif disini yang ingin saya sampaikan. Pertama, adalah pernyataan Biden tersebut semacam “kode” bahwa AS berkeinginan juga menggarap mega proyek ibukota negara baru. Mengingat di sejumlah wilayah di Kaltim, ada perusahaan multinasional milik AS beroperasi disana menggarap minyak dan batubara. Sudah pasti AS sangat berkepentingan menjaga aset perusahaan-perusahaan tersebut.

Kedua, bisa jadi isu perubahan iklim disuarakan Biden dengan mengambil sampel Jakarta, merupakan wacana tandingan atas isu covid-19 yang sudah berlangsung setahun lebih, meski banyak rumor isu covid-19 ini akan berlangsung hingga 2024 mendatang. Beragam spekulasi bermunculan, mulai dari bisnis vaksin hingga penunggangan isu covid-19 sebagai upaya kekuasaan menjaga stabilitas politik. Ah, entahlah….ngawur.

Ah tapi nggak juga sih, data warga Indonesia yang telah divaksin dalam kurun waktu setahun ini saja, baru mencapai 40 jutaan dari 208 jutaan lebih yang ditarget. Nah, kira-kira untuk mencapai angka itu butuh waktu berapa lama? Jika sudah mencapai angka 208 jutaan lebih tadi, kita baru masuk babak herd immunity- kekebalan berkelompok.

Isu perubahan iklim ini mencuat pasca-bahwa beberapa bencana alam kini tengah marak terjadi di sejumlah negara, semisal Turki bahkan China sendiri. Atau kalau mau nyeleneh lagi, ini menjadi pertanda perang iklim “teknologi mengubah cuaca.” Indikatornya, kita lihat China yang pernah mendesain matahari. Gila, tujuannya untuk apa, maksudnya….nah sampai sekarang masih sumir. Jangan-jangan ini menyangkut sekali lagi tentang “perang iklim-“ teknologi mengubah cuaca tadi. Jika dulu isu perubahan iklim menyasar transaksi jual beli perdagangan karbon.

Advertisement

Efek dari skema covid-19 ini, China diuntungkan dengan benefit penjualan vaksin, dan meningkatnya transaksi digital. Kita tahu, China sampai hari ini masih menguasai pangsa pasar transaksi digital yang ditopang oleh perusahaan teknologi internetnya, salah satunya desain 5G yang kini sudah merambah ke pasar ponsel dan perangkat berbasis internet lainnya. AS sepertinya merasa ketinggalan.

Ketiga, Jakarta sebagai bidikan Biden, jangan-jangan pertanda kalau Anies Baswedan tak mendapat dukungan AS melangkah ke bursa capres 2024 mendatang, entahlah…! Karena Anies sebagai bakal capres yang didukung AS, katanya sih begitu.

Melihat fenomena ini, sepertinya apa yang pernah dikemukakan Hasyim Wahid (Gus Im) masih relevan. Bahwa pertarungan yang terjadi hari ini tidak bisa putus dari akar historis pertarungan negara-negara adidaya yang dibungkus dengan seteru ideologi.

Gus Im mengatakan, “Kalau pada zaman revolusi fisik imperialisme dilakukan melalui penyerbuan fisik. Kini upaya tersebut dilakukan melalui infiltrasi modal asing dan penguasaan aset industri.”

Advertisement

Gus Im menambahkan, apa yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional dipahami sebagai pengulangan penyerbuan yang beralih bentuk atas negara-negara berkembang yang dilakukan oleh kapitalisme global sebagai upaya melestarikan hegemoni dan kekuasaannya, melalui ideologi yang kerap kita sebut sebagai “developmentalisme.”

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Populer

View Non AMP Version
Exit mobile version