Lifestyle
Bisakah Penyakit Infeksi Menyebabkan Kondisi Autoimun?
Autoimun terjadi ketika sistem imun atau kekebalan tubuh yang bertugas melindungi tubuh dari serangan infeksi malah menyerang organ dan sel-sel sehat di dalam tubuh. Penyebabnya sendiri belum diketahui pasti, tapi peneliti menemukan hubungan kuat dengan faktor genetik, seperti penyakit lupus dan multiple sclerosis. Terdapat pula yang menyebut bahwa infeksi kuman penyakit (patogen), seperti virus dan bakteri dapat menyebabkan respons autoimun. Benarkah?
Apa itu autoimun?
Saat kuman penyakit mulai memperbanyak diri di dalam tubuh, sistem imun akan bereaksi melawan infeksi tersebut. Akan tetapi, saat Anda mengalami penyakit autoimun, sistem imun tubuh sebenarnya sudah tidak lagi berfungsi dengan baik.
Sistem imun tidak lagi dapat membedakan antara sel-sel sehat dengan sel-sel berbahaya, seperti virus dan bakteri. Akibatnya, sistem imun tubuh akan meproduksi antibodi yang dinamakan auto anitibodi yang menyebabkan kerusakan sistemik pada sel sehat dan organ di dalam tubuh.
Bagaimana penyakit infeksi menyebabkan autoimun?
Dari berbagai penelitian yang dilakukan hingga kini, penyakit infeksi diketahui dapat memicu munculnya respons autoimun.
Seperti yang dijelaskan oleh spesialis autoimun, Ana-Maria Orbai, ketika melawan infeksi patogen, respons sistem imun terkadang bereaksi berlebihan. Berlebihan berarti turut menyerang sel sehat. Respons inilah yang kemudian menyebabkan sejumlah masalah kesehatan.
Meski begitu, penyakit autoimun tertentu tidak disebabkan oleh satu infeksi kuman penyakit saja. Dari temuan yang ada, kondisi autoimun terbentuk diakibatkan dari sejumlah infeksi bakteri atau virus yang bisa terjadi secara bersamaan (koinfeksi) ataupun berbeda waktu.
Pada studi berjudul The Role of Infection in Autoimune Diseases, diuraikan bahwa beberapa infeksi dari patogen tertentu dapat secara spesifik menyebabkan suatu respons autoimun.
Infeksi virus Epstein Barr dan campak, misalnya, mungkin memicu terjadinya multiple sclerosis. Penyakit autoimun lainnya, seperti rheumatoid arthritis atau lebih dikenal dengan rematik juga bisa terjadi akibat infeksi virus hepatitis B dan bakteri Escherichia coli.
Maria Orbai menambahkan, dalam beberapa kasus, respons autoimun seperti psoriasis (peradangan yang menyebabkan kulit bersisik) juga ditunjukkan setelah seseorang terinfeksi bakteri streptococcus penyebab strep throat.
Faktor selain infeksi yang bisa menyebabkan autoimun
Teori yang menjelaskan kaitan infeksi yang menyebabkan autoimun sebenarnya juga belum bisa menjelaskan mengapa respons autoimun hanya muncul pada bagian tubuh tertentu. Namun, beberapa faktor lain selain infeksi bisa memberikan penjelasan lebih lengkap mengapa respons autoimun bisa terjadi.
Genetik
Tentunya tidak semua orang yang terinfeksi patogen lantas menunjukkan respons autoimun. Suatu infeksi bisa menyebabkan autoimun juga dipengaruhi oleh faktor pendahulu lain, misalkan genetik autoimun. Memiliki anggota keluarga yang mengalami penyakit autoimun, seperti lupus, meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit tersebut.
Reaksi sistem imun melawan sel kanker
Skleroderma merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan penebalan pada kulit dan jaringan-jaringan di sekitarnya. Kondisi ini diduga disebabkan oleh reaksi sistem imun dalam melawan sel kanker. Respons sistem imun menyebabkan terjadinya peradangan yang menimbulkan skleroderma.
Luka pada urat otot
Kondisi selanjutnya selain infeksi yang dapat menyebabkan autoimun adalah terdapatnya kerusakan sel yang diakibatkan oleh luka pada bagian otot. Pada kasus psoriasis arthritis, respons autoimun muncul ketika terjadi kerusakan pada tendon yang diakibatakan oleh tekanan akibat pergerakan berlebih.
Tendon atau urat otot sendiri merupakan jaringan ikat yang merekatkan otot dengan tulang. Tekanan menyebabkan tendon mengalami kontak dengan pembuluh darah sehingga menyebabkan luka. Saat pembuluh darah berusaha menyembuhkan luka, muncul respons autoimun yang menyebabkan peradangan pada tendon.
Kabartangsel.com