Nasional

HIPMI Minta Pemerintah Tidak Pangkas Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat

Bahlil Lahadalia

Nasional — Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) meminta pemerintah tidak memangkas bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sebab, KUR sangat strategis mengatasi pelemahan ekonomi dan ancaman pengangguran. Tak hanya itu, Presiden Joko Widodo dan Hipmi sudah menyepakati untuk menekan bunga KUR hingga 7 persen tahun depan. Demikian disampaikan Ketua Umum BPP Hipmi Bahlil Lahadalia di Jayapura, Papua, menanggapi rencana Kemenkeu memangkas subsidi KUR.

Bahlil mengatakan, sebaiknya pemerintah mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut. Pasalnya, posisi program pemerintah seperti KUR justru sangat strategis dalam mengatasi dampak pelemahan ekonomi, pemutusan hubungan kerja dan ancaman pengangguran.

Menurut Bahlil, Hipmi memahami, pemerintah sedang mengalami kesulitan keuangan sehingga dibutuhkan penghematan di sana-sini. Program-program yang tidak penting dan memboroskan uang negara semestinya segera dipangkas.

Akan tetapi, penyaluran KUR merupakan program yang sangat strategis karena disalurkan untuk sektor produktif yang dapat mendorong perekonomian rakyat, dan menciptakan permintaan domestik (domestic demand) yang kuat.

Advertisement

”Ekonomi kita kan titik lemahnya pada sisi permintaan, KUR bisa bantu disini dan dia ciptakan lapangan kerja serta mencitpakan pengusaha-pengusaha baru,” ujar Bahlil dalam keterangan tertulisnya, Minggu (18/9).

Bahlil mengatakan, bersama Presiden, pihaknya sudah menyepakati upaya mendorong bunga KUR hingga 7 persen tahun depan. Dengan demikian, subsidi bunga KUR semestinya ditambah.

Namun rencana tersebut akan sulit terealisasi bila pemerintah kemudian memutuskan akan memangkas subsidi tersebut. Pemerintah beralasan pemangkasan ini sebab melihat minimnya penyerapan anggaran subsidi bunga KUR yakni baru sebesar Rp1,5 triliun. Pemerintah memperkirakan, penyerapan tahun ini hanya 50 persen atau sekitar Rp5 triliun.

Hipmi mensinyalir, rendahnya serapan subsidi bunga KUR tersebut disebabkan bank-bank penyalur KUR tidak serius menerapkan bunga single digit. ”Sebagian menyalurkan KUR dengan bunga yang normal atau bunga pasar,” ujar Bahlil.

Advertisement

Hal itu terlihat dari tingginya realisasi penyaluran KUR yakni sebesar Rp58,78 triliun per 31 Juli 2016. Jumlah itu mencapai 53,82 persen dari target Rp109,21 triliun. Realisasi paling besar yakni KUR mikro, yakni mencapai Rp39,61 triliun atau 56,65 persen dari target.

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan pemerintah akan memangkas anggaran subsidi bunga sebesar Rp1 triliun pada tahun depan. Pemerintah akan mengalokasikan anggaran subsidi untuk bunga KUR pada tahun depan sebesar Rp9,5 triliun. Alokasi tersebut lebih rendah dari tahun ini yang mencapai Rp10,5 triliun.

(mri/fid)

Advertisement

Populer

View Non AMP Version
Exit mobile version