Lifestyle
Daftar Obat Kemoterapi untuk Kanker Tenggorokan
Salah satu metode pengobatan kanker yang paling umum adalah kemoterapi. Kemoterapi adalah cara pemberian obat kanker berdosis tinggi lewat suntikan langsung ke pembuluh darah, atau juga bisa diminum dengan air. Tergantung jenisnya, obat kemoterapi bekerja untuk memperlambat perkembangan sel kanker atau menghentikan pertumbuhannya. Lantas, apa saja obat kemoterapi yang paling sering diresepkan dokter untuk mengobati kanker tenggorokan?
Obat kemoterapi untuk kanker tenggorokan
Ada banyak jenis obat yang bisa digunakan untuk mengobati kanker tenggorokan. Namun, empat macam obat di bawah ini termasuk yang yang paling sering diresepkan dokter dalam rangkaian pengobatan kanker tenggorokan.
1. Cisplatin
Cisplatin adalah obat kemoterapi untuk kanker tenggorokan yang mengandung platinum.
Obat ini dapat diresepkan sebagai obat tunggal atau digabung bersama obat lain untuk mengatasi pertumbuhan sel kanker di tenggorokan.
Dokter akan menentukan dosis obat cisplatin bersadarkan jenis dan stadium kanker tenggorokan Anda, serta kondisi kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Cisplatin tersedia dalam bentuk cair yang diberikan melalui suntikan ke dalam pembuluh darah Anda. Sebelum itu, Anda mungkin akan diinfus lebih dulu selama 8 hingga 12 jam.
Beri tahu dokter perihal semua obat yang sedang rutin Anda minum saat ini, termasuk vitamin, suplemen makanan, hingga obat herbal untuk menghindari risiko interaksi antar obat yang serius. Interaksi antar obat juga dapat mengubah kinerja obat kemoterapi sehingga efeknya mungkin tidak maksimal.
Salah satu efek cisplatin yang umum adalah penurunan penglihatan. Hindari mengemudi atau melakukan sesuatu yang membutuhkan ketelitian tinggi setelah menjalani perawatan ini.
2. Carboplatin
Carboplatin adalah obat golongan cytotoxic yang juga umum digunakan dalam kemoterapi kanker tenggorokan. Obat ini dapat menghancurkan tumor, mencegah metastasis (penyebaran), dan mengurangi gejala kanker.
Carboplatin hanya akan diberikan lewat suntikan oleh dokter atau perawat. Banyaknya dosis obat yang disuntikkan akan disesuaikan dengan kondisi kesehatan, berat badan, dan respon tubuh Anda terhadap pengobatan.
Idealnya obat ini harus terus disuntikkan selama 15 menit untuk satu dosisnya. Pemberian carboplatin tidak boleh lebih dari 4 kali seminggu.
Carboplatin memiliki risiko efek samping ringan yang biasanya dapat mereda dalam hitungan hari. Di antaranya:
- Sakit perut
- Diare
- Nyeri otot
- Badan lemas, lesu, dan tidak bertenaga
- Mual dan muntah
Orang yang punya alergi terhadap carboplatin atau sejenisnya, seperti oxaliplatin dan cisplatin tidak dianjurkan menggunakan obat ini. Pengidap penyakit hati, ginjal, dan yang memiliki sistem imun lemah juga sebaiknya menghindari obat ini.
3. Epirubicin
Epirubicin adalah obat kemoterapi untuk kanker tenggorokan yang termasuk golongan antibiotik antrasiklin. Obat ini mematikan sel kanker dengan merusak DNA yang ada di dalamnya.
Setiap pasien mungkin diresepkan dosis obat yang berbeda, karena disesuaikan dengan jenis kankernya, tinggi dan berat badan, serta kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Beberapa efek samping obat epirubicin yang paling umum termasuk:
- Rasa sakit atau terbakar di tempat suntikan
- Muncul ruam kemerahan di kulit
- Nafsu makan menurun
- Urin berwarna gelap
- Mual dan muntah
- Kerontokan rambut
- Perubahan warna kuku
Senyawa kimia dalam epirubicin dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang luas dan lepuhan bila bocor dari pembuluh darah. Maka, bila Anda melihat kulit di area suntikan bengkak dan memerah segera beri tahu dokter.
4. Decotaxel
Decotaxel adalah obat kelas taksan golongan antineoplastik yang biasa digunakan dalam rejime kemoterapi kanker tenggorokan. Obat ini bekerja mengganggu proses pembelahan sel kanker, sehingga laju pertumbuhannya dapat dihambat atau dihentikan.
Decotaxel diberikan lewat suntikan ke pembuluh darah selama lebih dari 1 jam. Dokter dapat menggabungkan obat ini dengan obat kemoterapi lainnya untuk memaksimalkan pengobatan.
Efek samping yang dapat timbul selama pemberian obat docetaxel meliputi:
- Rambut rontok
- Diare
- Mual dan muntah
- Badan pegal-pegal
- Pembengkakan di bagian pergelangan kaki dan perut
Untuk mencegah risiko efek samping seperti kulit yang bengkak atau reaksi alergi, dokter dapat meresepkan obat kortikosteroid seperti deksametason setelah pengobatan.
Efek samping kemoterapi lainnya
Beberapa obat kemo di atas dapat menyebabkan efek samping yang tidak biasa. Misalnya, cisplatin dan docetaxel yang dapat menyebabkan kerusakan saraf (neuropati). Kerusakan saraf tepi dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan, atau bahkan rasa sakit di tangan dan kaki. Dalam kasus tertentu, kerusakan saraf juga dapat dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
Namun, peluang efek sampingnya sedikit banyak tergantung dari beberapa faktor, seperti dosis, durasi, serta kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat. Bagi beberapa orang, gangguan pendengaran akan hilang setelah dosisnya dihentikan. Meski begitu, beberapa orang dapat mengalami gangguan pendengaran permanen dan tidak bisa disembuhkan.
Maka, diskusikan dengan dokter terkait obat apa saja yang akan digunakan dan potensi apa saja yang bisa ditimbulkan. Pastikan juga Anda memerhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuh. Bila merasakan efek samping yang mencurigakan atau bahkan mengganggu, jangan ragu untuk segera konsultasi ke dokter. Dokter dapat meresepkan obat kemoterapi lain yang sesuai dengan kondisi Anda.
Aturan memberi obat kemoterapi untuk kanker tenggorokan
Obat kemoterapi untuk kanker tenggorokan biasanya diberikan dalam beberapa siklus. Per siklusnya dapat memakan waktu sekitar 2-3 minggu.
Selain itu, obat kemo seringnya diresepkan sebelum atau setelah operasi untuk menghindari risiko kehilangan sel darah merah dalam jumlah banyak.
Selama pengobatan, dokter bisa meresepkan obat lain di samping obat kemoterapi untuk meningkatkan jumlah sel darah putih. Obat ini biasanya diberikan setelah kemoterapi untuk memastikan bahwa jumlah sel darah putih normal tetap stabil untuk siklus pengobatan berikutnya.
Kabartangsel.com