Bisnis
Pasar Kripto Koreksi Dalam: Apakah Ini Akhir dari Bull Run Bitcoin?
Jakarta, 6 Februari 2025 – Pasar kripto kembali mengalami gejolak di awal tahun 2025. Volatilitas tinggi dan likuidasi besar-besaran hingga lebih dari Rp34 triliun dalam sehari pada 3 Februari, telah mengguncang para investor, terutama dengan penurunan harga Bitcoin yang sempat menyentuh $93.629 atau sekitar Rp1,542 miliar setelah reli ke level tertinggi sepanjang masa (ATH). Pertanyaannya, apakah ini pertanda berakhirnya bull run Bitcoin?
Sejumlah faktor makroekonomi, termasuk penerapan tarif oleh Donald Trump dan peluncuran model DeepSeek dari China, telah memperburuk fluktuasi di pasar kripto. Likuidasi besar-besaran yang terjadi sempat menyeret kapitalisasi pasar ke bawah. Namun, di tengah situasi ini, terbentuk pola “cup and handle,” sebuah sinyal bullish yang sering kali menandakan adanya momentum kenaikan besar dalam waktu dekat.
Pola ini menunjukkan bahwa pasar saat ini tengah berada dalam fase konsolidasi sebelum memasuki reli lanjutan. Bagian “cup” menandakan periode pemulihan setelah penurunan, sementara “handle” menunjukkan fase pullback singkat sebelum kenaikan signifikan terjadi.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menyoroti pola ini sebagai indikasi kuat bahwa pasar belum kehilangan momentumnya. “Banyak yang khawatir bull run telah berakhir, tetapi pola ini justru menunjukkan potensi kelanjutan tren naik. Fase konsolidasi ini penting untuk membangun fondasi yang lebih kuat sebelum Bitcoin kembali menembus rekor tertinggi baru,” ujarnya.
Optimisme Terhadap Bitcoin Masih Kuat
Setelah mencapai level $109.100 saat pelantikan Donald Trump, banyak analis kini menargetkan harga Bitcoin di angka $200 ribu tahun ini. Meski volatilitas masih tinggi, faktor-faktor teknikal seperti osilator M2 dan ekstensi Fibonacci mendukung skenario bullish ini.
Fyqieh menyebut bahwa osilator M2 telah menunjukkan sinyal beli yang kuat. Bahkan, ekstensi Fibonacci memperkirakan bahwa Bitcoin bisa mencapai $225 ribu pada Juni 2025. Jika ini terjadi, maka pasar kripto akan memasuki fase bull run terbesar sepanjang sejarahnya.
Fyqieh juga menambahkan bahwa kondisi pasar saat ini mencerminkan pola yang pernah terjadi sebelum lonjakan besar di tahun-tahun sebelumnya. “Jika kita melihat sejarah, fase volatilitas seperti ini sering kali menjadi awal dari lonjakan harga besar. Para investor harus tetap waspada dan memanfaatkan peluang yang ada,” katanya.
Di sisi lain, kebijakan pemerintah Amerika Serikat terhadap Bitcoin masih menjadi faktor yang berpotensi mempengaruhi harga. Spekulasi tentang kemungkinan BTC dijadikan aset cadangan strategis oleh AS sempat mendorong harga ke level tertinggi $109.312 pada Januari lalu. Namun, pernyataan terbaru dari David Sacks, AI dan Crypto Czar AS, meredam optimisme tersebut dengan menegaskan bahwa proses ini tidak akan berlangsung dalam waktu dekat.
Selain itu, arus masuk ke ETF BTC-spot AS juga mengalami perlambatan. Data dari Farside Investors menunjukkan bahwa total arus masuk bersih pada 5 Februari hanya sebesar $22 juta, mencerminkan sikap hati-hati para investor terhadap pergerakan pasar Bitcoin.
Akankah Bull Run Berlanjut?
Meskipun pasar mengalami tekanan, berbagai indikator teknikal masih menunjukkan potensi kelanjutan tren bullish untuk Bitcoin. Faktor-faktor seperti pola “cup and handle,” ekstensi Fibonacci, dan osilator M2 menjadi sinyal kuat bahwa kenaikan harga masih jauh dari kata selesai. Namun, para investor tetap harus berhati-hati terhadap dinamika regulasi dan likuidasi besar-besaran yang bisa mempengaruhi tren jangka pendek.
Seperti yang diungkapkan oleh Fyqieh, “Saat volatilitas tinggi, penting bagi investor untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan. Bull run mungkin belum berakhir, tetapi memahami pola pasar dan manajemen risiko tetap menjadi kunci utama dalam trading kripto.”