Politik
Pilkada Tangsel, Pengamat: Belum Terjadi Kontes Serius
Pilkada Kota Tangerang Selatan (Tangsel) selalu menarik perhatian banyak pihak. Kali ini perhatian tertuju karena yang bertarung adalah para anggota dari keluarga dinasti politik yang sedang berkuasa. Pilar Saga Ichsan, keponakan Airin Rachmi Diany yang merupakan walikota petahana maju di pilkada Tangsel dengan slogan melanjutkan kesuksesan bibinya. Kemudian anak kandung Wapres Ma’ruf Amin yang tadinya sebagai pegawai Kemenag maju mau gantikan Airin, sementara Rahayu Saraswati Djojohadikusumo keponakan Menhan Prabowo merasa cukup maju jadi calon wakil walikota mendampingi anak buah Airin yakni Muhamad Sekda Tangsel yang sedang melakukan proses pengunduran diri.
Dengan tiga paslon yang sudah memenuhi syarat maju di pilkada itu, banyak pihak meyakini akan terjadi kontestasi yang seru dan intens. Ada dugaan wapres akan turun tangan karena kalau anak kandungnya kalah, istana akan malu. Ada juga asumsi Menhan Prabowo akan mengerahkan segala sumber daya untuk menghibur keponakannya jadi wakil walikota.
Sementara Airin diduga akan bergerak maksimal dan habis-habisan untuk mengamankan keberlanjutan kekuasaannya di Tangsel melalui keponakannya. Memang muncul wacana poros ke empat dan bahkan sudah mendeklarasikan diri, dimana artis Ramzi muncul sebagai calon wakil walikota, namun semua meragukan meraka akan jadi peserta kontes, mengingat tak ada partai yang mendukung pasangan itu.
Dugaan akan serunya pertarungan antar kandidat di Pilkada Kota Tangsel ini dibantah pengamat politik Veri Muhlis Arifuzzaman. Menurutnya sejauh ini pertarungan masih biasa saja, tak ada perdebatan dahsyat baik antara para pendukung maupun kandidat sendiri. Berbeda dengan pilkada pertama Tangsel dimana saat itu ada Jaringan Pemilih Tangerang Selatan (JPTS) yang sangat eksesif menyerang Airin dengan isu dinasti.
“Kata banyak orang sih seru, nyatanya biasa saja. Tak ada perdebatan program yang memancing antusiasme warga. Di dunia maya maupun di alam nyata, kondisinya biasa saja,” ujarnya saat dihubungi, Sabtu, (8/8).
Veri menyampaikan, para tokoh dan aktivis kritis di Tangsel mungkin apatis melihat peta pilkada Tangsel. Semua mewakili dinasti politik dan tak ada adu program yang menarik bagi mereka untuk terlibat. Bisa juga karena puas atas kepemimpinan Airin-Benyamin selama hampir satu dasawarsa.
“Selama kondisinya berlangsung adem ayem dan sunyi dari perdebatan, saya kira pilkada Tangsel akan berlangsung sama saja seperti di daerah penyangga lain seperti Kota Depok,” ujarnya.
Saat ditanya pasangan mana paling berpeluang unggul di pilkada kali ini, direktur Lembaga Survei Konsep Indonesia ini menyatakan harus disurvei. Survei yang fokus dengan nama-nama yang sudah mengerucut dan pasangan yang sudah pasti dapat rekomendasi parpol.
“Tentu survei ya yang bisa memotret detail peta mutakhir pilkada Tangsel. Saya kira pada waktunya nanti akan terlihat mana yang paling potensial unggul. Prinsipnya sederhana di pilkada itu, siapa saja yang kerja keras, bertemu rakyat dan tak henti berkampanye dalam kondisi apapun, dia akan unggul. Kalau di pesawat ada jam terbang, di pilkada itu ada jam terjun. Berapa lama terjun ke akar rumput, itu akan berkontribusi pada kemenangan secara signifikan,” pungkasnya. (red/fid)