Pemerintahan

Tangsel Kembangkan Urban Farming

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tangerang Selatan memperkenalkan sistem teknologi urban farming dalam penanggulangan masalah sampah perkotaan. Sistem tersebut diyakini mampu mengatasi masalah sampah karena ramah lingkungan dan punya nilai ekonomis. Urban farming adalah suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar perkotaan yang melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya dan pengolahan makanan. Hal utama yang menyebabkan munculnya aktivitas ini adalah upaya memberikan kontribusi pada ketahanan pangan, menambah penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi dan hobi.

Walikota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany mengatakan, bahwa setiap Rukun Warga diharapkan minimal punya satu bank sampah. Bagi wilayah yang belum memiliki bank sampah harus bisa mengembangkannya. “Untuk bank sampah yang kurang aktif kami akan melaksanakan pembinaan lebih intensif dan berkelanjutan. Sehingga diharapkan bank sampah yang belum atau sudah tidak aktif dapat lebih kreatif lagi,” katanya di Wisma 1 Universitas Terbuka, Pondok Cabe Ilir, Kecamatan Pamulang, Rabu, 30 Desember 2015 lalu.

Di lokasi yang sama, Kepala DKPP Kota Tangerang Selatan, M. Taher Rochmadi menjelaskan, institusinya telah mencanangkan akan mulai menerapkan teknologi urban farming pada tahun anggaran 2016 besok. Sebelum memulai maka perlu disosialisasikan kepada ratusan orang warga sekitar yang terlibat langsung serta tergabung dalam kelompok bank sampah. “Kami sebenarnya sudah melakukan tugas ini sebelumnya di bilangan Pondok Aren. Agar lebih serius dan dapat dikenal banyak masyarakat kami undang dari berbagai unsur perwakilan di lingkungan,” jelasnya.

Berdasarkan catatan DKPP Kota Tangerang Selatan, papar Taher, hingga kini sudah terbentuk 105 bank sampah yang tersebar di tujuh kecamatan. Menurutnya, dalam kegiatan itu Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dipimpinnya menghadirkan narasumber dari penggiat sampah. Peserta dibekali bagaimana proses pembuatan kompos dan manfaat yang diperolehnya secara keseluruhan dari bahan sampah. “Peserta supaya memahami lebih jauh mereka diberikan ilmu tentang membuat kompok sekaligus pokoknya semua dari bahan sampah,” paparnya.

Advertisement

Estimasi DKPP Kota Tangerang melalui urban farming per satu kepala keluarga bisa mengolah sampah menjadi kompos sebanyak 1,5 kilogram per hari.  “Kami hitung terkecil satu koma lima kilogram untuk satu rumah jika dikalikan dengan ratusan hingga ribuan orang sudah berapa ton sampah bisa dikurangi dalam satu hari,” tambah Taher.

Sementara itu, Kepala Bidang Kebersihan DKPP Tangerang Selatan, Yepi Suherman menegaskan tujuan program urban farming sebagai upaya untuk mengurangi jumlah sampah di Tangsel. Melalui urban farming akan semakin maksimal pengolahan sampah di setiap warga di Tangsel. “Pengelolaan sampah melalui urban farming dengan tujuan mengurangi tumpukan sampah,” tegasYepi. Selain tujuan utama mengurangi tumpukan sampah akan ada hasil yang dapat dipetik dari kegiatan urban farming. Hasil yang dapat dipetik misalkan dari hasil yang diolah misalkan tanam cabe atau tomat.

Diprioritaskan jenis tanaman dengan usia pendek berupa sayur mayur. “Kami sarankan supaya cepat dipanen harus sayur-sayuran agar cepat panen. Media tanam simpel ini bisa diletakan di samping rumah masing-masing,” paparnya. Metode urban farming menggunakan olahan sampah yang menghasilkan kompos kemudian dikemas menggunakan polybag. Kompos itu dihasilkan dari pengolahan sampah organik berupa sisa makanan atau sayur dan buah-buahan. Untuk media tanam diakui sangat subur.

“Akan banyak manfaat – bisa dapat sayuran, uang pun bisa diperoleh dengan memilah sampah yang bisa dijual atau diproduksi jadi barang bekas,” utara Yepi. (ts/ris)

Advertisement

Populer

View Non AMP Version
Exit mobile version