Citizen Journalism
Bundaran Alam Sutera Serpong Tanpa Lampu Pengatur Lalu Lintas
Padahal, kepadatan lalu lintas di situ sudah tak bisa diprediksi waktunya. Yang diperlukan adalah pengaturan yang bisa berfungsi selama 24 jam tanpa mengenal cuaca. Petugas Dishub Tangsel juga sering lebih sibuk mencegat truk-truk yang lolos melanggar peraturan pembatasan kawasan daripada mengatur kesemrawutan lalu lintas.
Lampu pengatur lalu lintas di bundaran tersebut sebenarnya sudah ada, tetapi hanya pernah dilakukan uji coba satu kali sekitar setahun lalu. Pada waktu uji coba itu pergantian waktunya terlalu lama sehingga malah mengakibatkan antrean panjang dan kemacetan di segala arah. Sejak itu, seakan-akan lampu pengatur lalu lintas itu sudah dianggap gagal dan tak pernah difungsikan lagi.
Keadaan saat ini sangat membahayakan, mengerikan, dan juga mengesalkan. Apalagi bagi yang setiap hari harus melintasi bundaran tersebut beberapa kali sehari.
Masyarakat dibiarkan bertarung dengan hukum rimba: siapa yang kuat, yang berani ”pasang badan” untuk mendapatkan jalan terlebih dahulu, dialah yang menang. Etika dan toleransi berkendara makin luntur. Bukan diajak dan diajarkan berdisiplin, masyarakat justru didorong untuk menjadi semakin egois, mau menang sendiri, sebab kalau mengalah berarti tidak mendapatkan giliran jalan.
MEIYANI
Sutera Elok VI, Serpong Utara, Tangerang, Banten
(kabartangsel.co/wk)