Connect with us

Hasil Periksa Fakta Ani Nur MR (Universitas Airlangga).

Informasi yang salah. Judul video tidak sesuai dengan yang dibahas. Dalam video dinyatakan, yang mengalami ganguan saraf adalah relawan uji coba vaksin Sinopharm. Selain itu, hasil validasi dari pemberitaan media dapat diketahui bahwa yang mengalami gangguan saraf adalah relawan uji coba vaksin Sinopharm, bukan Sinovac.

Selengkapnya baca di PENJELASAN dan REFERENSI.

====

Advertisement

KATEGORI: KONTEN MENYESATKAN

====

SUMBER: Facebook

https://archive.vn/anCmV

====

Advertisement

NARASI:

DI SUNTIK VAKSIN SINOVAC RELAWAN ALAMI GANGGUAN SYARAF

KABAR BURUK!!! MENAKUTKAN!!! SETOP UJI VAKSIN COVID CHINA SETELAH RELAWAN ALAMI GANGGUAN SARAF

YOUTUBE.COM

Advertisement

BERITA TERBARU HARI INI – STOP UJI SINOVAC

PRODUKSI CHINA

====

PENJELASAN:

Advertisement

Akun Facebook bernama Kurniawati membagikan postingan berupa link Youtube di grup “Buruh Bersatu”. Link video yang telah disebarkan sebanyak 169 kali dan mendapat 78 likes ini berjudul “BERITA TERBARU HARI INI – STOP UJI SINOVAC PRODUKSI CHINA”. Selain itu, thumbnail yang tampak dalam video menyatakan bahwa relawan uji coba vaksin Sinovac mengalami gangguan saraf.

Hasil pemutaran video yang berdurasi 10 menit 13 detik di Youtube tidak ditemukan narasi yang menyatakan relawan uji coba vaksin Sinovac mengalami gangguan saraf. Namun justru narator mengungkapkan relawan vaksin Sinopharm yang mengalami gangguan saraf.

Berikut detail narasinya :

(00:00:29 – 00:00:45) “Peru stop uji vaksin Covid China setelah relawan alami gangguan saraf”.

Advertisement

(00:00:46 – 00:00:58) “Peru menangguhkan sementara uji klinis vaksin Covid-19 yang diproduksi raksasa obat China Sinoph- (dipotong oleh narator) telah mendeteksi masalah neurologis di salah satu sukarelawan uji coba”.

(00:00:59 – 00:01:11) “Melansir AFP pada Sabtu, 12 Desember 2020, Institut Kesehatan Nasional menyatakan bahwa mereka menghentikan uji coba vaksin Corona setelah relawan mengalami kesulitan menggerakkan lengan mereka”.

(00:01:12 – 00:01:33) “Beberapa hari yang lalu peringatan sudah kami berikan kepada otoritas regulasi, yaitu bahwa salah satu peserta uji coba menunjukkan gejala neurologis yang mirip dengan kondisi yang disebut sindrom Guillain-Barre, kata kepala peneliti German Malaga dalam komentarnya kepada media lokal pada Jumat, 11 Desember 2020”.

(00:02:05 – 00:02:12) “Uji klinis Peru untuk vaksin Sinopharm akan selesai minggu ini setelah menguji sekitar 12.000 orang”.

Advertisement

Setelah dilakukan penelusuran di Google dengan kata kunci “gangguan saraf pada relawan uji coba vaksin”, ditemukan artikel berita dari kompas.com berjudul “Relawan Alami Gangguan Saraf, Peru Tunda Uji Klinis Vaksin Sinopharm” yang tayang pertama kali pada 12 Desember 2020, pukul 19:15. Narasi yang dipaparkan di artikel Kompas tersebut sama persis dengan narasi dalam video pada durasi 00:00:46 – 00:01:33.

Dilansir dari health.detik.com, Peru menghentikan uji klinis vaksin Sinopharm setelah 12 ribu relawan mengalami gangguan saraf hingga kesulitan menggerakkan tangan.

Vaksin Sinovac dan Sinopharm diproduksi dari perusahaan farmasi yang berbeda. Vaksin Sinopharm dikembangkan oleh China National Pharmaceutical Group, sedangkan vaksin Sinovac dikembangkan oleh perusahaan Sinovac dan bermitra dengan Bio Farma di Indonesia.

Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa judul video yang dibagikan tidak sesuai dengan isi narasinya, berikut klaim bahwa uji coba vaksin Sinovac menyebabkan relawan alami gangguan saraf juga tidak benar. Sehingga postingan akun Facebook Kurniawati adalah HOAX dan termasuk kategori KONTEN MENYESATKAN.

Advertisement

====

REFERENSI:

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5298434/disetop-gegara-relawan-alami-sindrom-langka-ini-update-uji-vaksin-corona-china

https://www.kompas.com/global/read/2020/12/12/191548670/relawan-alami-gangguan-saraf-peru-tunda-uji-klinis-vaksin-sinopharm

Advertisement

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5147267/perbandingan-3-jenis-vaksin-corona-buatan-china-yang-bakal-dipakai-di-indonesia

Copyright ©

Populer