Connect with us

Opini

Introspeksi Diri

Oleh: @Verimuhlis *

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok; dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. Al-Hasyr: 18)

Ayat di atas mengandung makna lahir dan makna batin yang cukup mendalam. Makna lahir bisa ditangkap dari arti harfiah tiap kata dalam suatu kalimat. Yakni, kata di mana masing-masing memiliki maknanya sendiri sehingga merangkai pesan yang lugas, tegas dan bernas. Akal sederhana pun mampu memahami ayat itu tanpa pengecualian sedikit pun.

Paling tidak, ada dua anjuran yang bisa digarisbawahi: bertaqwa kepada Allah (ittaqȗ Allȃh) dan melihat apa yang diperbuat di masa lalu untuk hari esok (wa al-tanzhur nafsun mȃ qaddamat lighad). Bertaqwa kepada Allah punya pengertian sederhana, yaitu mengikuti semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Begitu pula dengan pengertian kedua di mana kita dituntut untuk melihat apa yang telah berlalu.

Advertisement

Namun, memahami ayat tersebut dari makna tersurat (aspek lahiriyah) tentu saja belum cukup. Kita perlu mengungkap makna tersirat (aspek batiniyah) yang tersembunyi di balik teks. Hal ini bisa dilakukan dengan cara melihat penggunaan kata dalam ayat, konteks turunnya ayat serta kaitannya dengan ayat lain. Lebih dari itu, bagaimana kita memadukan antara dunia ketika ayat itu diturunkan (horizon teks) dengan dunia di mana kita berada (horizon pembaca).

Meski di sini tidak mungkin membahasnya dari seluruh aspek itu, ada beberapa hal yang penting diketengahkan. Pertama, jika ditelisik dari segi penggunaan kata, maka kata “wa al-tanzhur” tidak sekadar bermakna “melihat” saja. Kata ini berasal dari kata kerja nazhara yanzhuru yang berarti memandang, memerhatikan atau merenungkan. Dalam artian, terdapat upaya sadar yang melibatkan pertimbangan rasional dan intutif dalam melihat sesuatu. Dengan demikian, melihat apa yang telah diperbuat di masa lalu berarti melakukan perenungan, refleksi, atau introspeksi diri.

Instrospeksi ditujukan untuk menimbang hal yang telah diperbuat, dilakukan di masa lalu. Di sini kita menjalankan kualitas kemanusiaan kita dalam arti sesungguhnya. Kita mengambil jarak dari diri sendiri untuk menanyakan kelampauan laku dan lakon hidup. Apakah perilaku kita menjadikan pribadi kita lebih baik atau lebih buruk? Mengantarkan diri kita menjadi orang beruntung atau justru merugi?

Pertanyaan semacam itu beserta jawabannya hanya mampu diajukan dan didatangkan oleh manusia. Bahkan bisa dikatakan, satu-satunya mahluk yang mampu bertanya tentang dirinya sendiri hanya manusia. Ini karena manusia punya kesadaran yang menegaskan bahwa keberadaannya tidak hanya mengikuti arah mata angin (hukum alam), melainkan juga harus ber-ada untuk dirinya. Manusia harus berbuat untuk dirinya demi kesejatian dan kesempurnaan hidup.

Advertisement

Kedua, penggunaan kata “li ghad” (untuk hari esok). Banyak pandangan mengenai arti kata ghadin. Arti dasarnya ialah besok atau hari esok. Namun tidak sedikit penafsir yang mengartikannya dengan hari kiamat atau hari akhir nanti (lihat misalnya Tafsir Ibn Katsir).

Akan tetapi, menurut hemat penulis, pemaknaan keduanya secara substansial sama, yaitu sama-sama merujuk pada ke-nanti-an. Sehingga, baik diartikan hari esok maupun hari kiamat, maknanya tidak akan jauh beda. Kesamaan pengertian itu semakin jelas jika dibawa ke dalam konteks teologis-eskatologis yang menyatukan konsep fisik dan metafisik secara esensial. Bahwa, seluruh kehidupan kita di dunia akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Singkatnya, introspeksi menghubungkan “kelampauan” dan “kenantian” dalam satu refleksi waktu yang berkesadaran. Kesadaran akan waktu ini sangat penting sehingga kita bisa mengukur diri, memperbaiki kesalahan dan mempertegas tujuan di masa depan. Lebih penting lagi, dengan sadar waktu kita tidak akan lupa diri sehingga Tuhan pun tidak akan melupakan kita.

H.Veri Muhlis Arifuzzaman (Ketua Perhimpunan Menata Tangsel dan Alumni Pondok Pesantren Daal El-Qalam)

Advertisement

Populer