Connect with us

Lifestyle

Kejang Pada Anak Belum Tentu Epilepsi – Begini Penjelasan Medisnya

Menyaksikan si kecil kejang untuk pertama kalinya pasti membuat Anda khawatir sekaligus cemas. Pasalnya, kejang sering kali dikaitkan dengan penyakit epilepsi. Apakah kejang selalu jadi pertanda epilepsi? Kapan kejang pada anak itu dinyatakan sebagai penyakit epilepsi? Cari tahu jawabannya berikut ini.

Apakah kejang pada anak pasti jadi tanda epilepsi?

Kejang memang menjadi salah satu gejala khas penyakit epilepsi. Namun, tidak semua kejang itu menandakan adanya penyakit epilepsi. Anak tanpa penyakit epilepsi pun kemungkinan besar pernah mengalami kejang. Kejang disebabkan oleh adanya letupan listrik pada otak sehingga mengganggu aktivitas otak.

Sebagian besar anak-anak pernah mengalami kejang, normalnya hanya sekali. Biasanya kejang ini terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Saat kondisi ini terjadi, anak bisa melakukan gerakan aneh berulang, seperti entakkan tangan dan kaki atau hilang kesadaran sekitar 30 detik atau lebih lama lagi sekitar 2 menit.

Kapan kejang pada anak didiagnosis sebagai penyakit epilepsi?

Kejang yang terjadi tanpa sebab dan lebih dari satu kali bisa dipertimbangkan sebagai gejala epilepsi. Epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat yang menyebabkan aktivitas otak jadi tidak normal. Selain melakukan hentakkan kaki atau tangan, kejang juga bisa ditandai dengan tatapan kosong yang terfokus pada satu titik.

Advertisement

Mungkin Anda sering melihat bahwa kejang akibat epilepsi akan membuat mulut anak mengeluarkan busa. Namun, tidak semua orang akan mengalami gejala epilepsi yang sama. Ini tergantung area otak yang dipengaruhi. Kemudian, kejang juga tidak selalui ditandai dengan entakan kaki atau tangan, ada banyak variasi kejang yang mungkin terjadi pada anak, seperti:

  • Anggota badan jadi kaku seolah tak bisa digerakkan
  • Muncul sensasi kedutan di sebelah mata atau sebagian wajah
  • Anak tampak bengong atau melamun beberapa saat kemudian hilang kesadaran
  • Anak tiba-tiba terjatuh seperti kehilangan tenaga

Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, anak harus dites

Saat Anda melihat anak mengalami kejang pertama kalinya, bawa anak ke dokter. Anak akan mendapatkan perawatan yang lebih baik dan kemungkinan berbagai hal yang tidak diinginkan dapat dicegah. Selain itu, Anda tentu jadi lebih tenang setelah konsultasi dengan ahlinya.

Pemberian obat antikejang mungkin akan diresepkan jika anak berisiko mengalami kejang kembali. Si kecil mungkin direkomendasikan untuk melakukan tes kesehatan lebih lanjut, seperti:

  • Tes darah. Memeriksa adanya tanda-tanda infeksi, kondisi genetik, atau kemungkinan penyakit lain selain epilepsi.
  • Pemeriksaan neurologis (saraf). Menguji kemampuan motorik, fungsi mental, dan perilaku anak untuk menentukan jenis epilepsi.
  • Elektroensefalogram (EEG). Tes paling umum untuk mendiagnosis epilepsi dengan cara menempelkan elektroda ke kulit kepala untuk melihat aktivitas otak.
  • Tes pencitraan, seperti CT scan dan MRI. Tes ini dilakukan untuk menentukan area otak mana yang mengalami masalah.

Tes kesehatan tersebut dilakukan bukan hanya untuk mendapatkan diagnosis, tapi juga menentukan jenis obat epilepsi, jenis epilepsi, dan prognosis penyakit.

Jika si kecil dinyatakan posistif memiliki epilepsi, ia harus minum obat antikejang. Menurut laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, sebagian besar anak dengan epilepsi memerlukan pengobatan hingga 2 tahun bebas kejang. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa angka kekambuhan kejang akan semakin kecil jika si kecil minum obat sampai 2 tahun bebas kejang dibanding hanya minum obat sampai setahun bebas kejang.

Advertisement

Kabartangsel.com

Source

Populer