Connect with us

Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, kabar duka datang dari Jawa Timur. Sejarawan yang juga Ketua Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU KH Agus Sunyoto meninggal dunia di Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya, Jawa Timur, Selasa (27/4).

Melansir dari nu.or.id, kabar itu disampaikan salah seorang pengurus Lesbumi PBNU Sastro Adi, pagi ini. Bakda subuh tadi, lewat sebuah grup aplikasi perpesanan WhatsApp, ia sempat memohon doa untuk kesembuhan pengasuh Pesantren Global Tarbiyatul Arifin, Malang, Jawa Timur itu yang sedang opname di rumah sakit.

Agus Sunyoto lahir di Surabaya, 21 Agustus 1959. Ia termasuk budayawan yang produktif menulis. Salah satu karya fenomenalnya adalah buku Atlas Wali Songo yang mengisahkan penyebaran agama Islam di Nusantara. Ia berusaha meyakinkan publik bahwa Wali Songo adalah fakta sejarah, bukan sekadar dongeng.

Karya-karya lainnya yang bisa dibaca khalayak adalah Resolusi Jihad, Banser Berjihad Melawan PKISunan Ampel: Taktik dan Strategi Dakwah Islam di Jawa, dan Suluk Abdul Jalil: Perjalanan Ruhani Syeh Siti Jenar. Ia juga produktif menghasilkan karya fiksi yang banyak dipublikasikan dalam bentuk cerita bersambung, antara lain di Jawa Pos: Anak-Anak Tuhan (1985); Orang-Orang Bawah Tanah (1985); Ki Ageng Badar Wonosobo (1986); Khatra (1987); Hizbul Khofi (1987); Khatraat (1987); Gembong Kertapati (1988); dan lain-lain.

Advertisement

Pada momen Pidato Kebudayaan 2014, NU Online bersama Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) NU memberikan Asrul Sani Award kepada sejumlah tokoh budayawan dan seniman. Salah satu tokoh yang mendapat anugerah tersebut adalah Agus Sunyoto yang masuk kategori Penulis Kreatif. Saat itu Lesbumi PBNU diketuai Ngatawi Al-Zastrow.

Agus Sunyoto mengemban amanat sebagai ketua Lesbumi PBNU pada periode kedua kepemimpinan KH Said Aqil Siroj setelah Muktamar Ke-33 NU di Jombang pada 2015. Lesbumi merupakan perangkat departementasi Nahdlatul Ulama yang bertugas melaksanakan kebijakan NU di bidang pengembangan seni dan budaya. (red)

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Populer