Connect with us

Artikel

Membumikan Bismillah

Oleh: Kang Utay

Sebagai seorang muslim, kita tidak ragu untuk mengucapkan bismillah sebelum melakukan sesuatu. Mengingat basmalah merupakan kalimat pembuka penuh makna; pengakuan Allah sebagai pemberi kasih dan sayang.

Masalahnya, seringkali pengucapan basmalah tidak paralel dengan perbuatan. Ada jarak panjang antara perbuatan dan makna bismillah itu. Indah diucapkan tapi kering dari aplikasi di lapangan. Kita sering menyaksikan prilaku kurang sesuai dengan norma kasih sayang di tengah lautan muslim yang terus mengucapkan basmalah.

Adalah M Quraish Shihab yang mengkampanyekan “Membumikan Alqur’an” lewat sebuah yang fenomenal. Alasan memilih judul itu, M. Quraish Shihab ingin menempatkan Alqur’an seorang turun kepada diri kita, hingga merasa dekat dari yang dibaca dengan yang dilakukan. Bukan sebaliknya, semakin sering Alqur’an dibaca semakin memperlebar makna Alqur’an dari perbuatan kita.

Advertisement

Basmalah (Quran Miracles)

Alangkah indah setiap muslim bisa membumikan basmalah, seperti yang dilakukan dalam upaya menyelami makna Alqur’an oleh M. Quraish Shihab. Tidak sulit untuk melakukan selama kita bisa memisahkan diri dari godaan perbuatan buruk di tengah kebiasaan baca basmalah.

Jangan sampai basmalah menjadi hiasan pembuka sekaligus identitas muslim tanpa realisasi. Sama halnya dengan mengucapkan salam yang tidak dibarengi dengan upaya kongkrit untuk keselamatan dari perbuatan dosa. Begitu juga menempatkan Alqur’an sebagai alunan ayat yang indah diperdengarkan tapi sulit untuk dilaksanakan dalam perbuatan sehari-hari.

Boleh jadi kebiasaan mengucapkan basmalah hanya dipahami sebagai syarat pembuka. Bukan sebuah doa dan harapan untuk melakukan sesuatu. Syarat pembuka yang lepas dari makna aktual, yaitu memberi kasih sayang kepada sesama. Baik dalam tingkat keluarga, masyarakat maupun negara.

Terkait dengan mengucapkan basmalah dalam konteks bernegara, kita sungguh prihatin. Mengucapkan basmalah kontras dengan prilaku para pemimpin yang terbukti kurang baik di mata hukum. Para pemimpin mayoritas muslim itu telah menjauhkan diri dari amanah basmalah kala mereka menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan sesaat. Baik bagi dirinya, kelurga maupun golongannya. Dan mengorbankan kepentingan rakyat.

Advertisement

Kita ini negara mayoritas muslim dengan riuh ramai ritual keagamaan. Tapi tidak bisa mengelak dari prestasi memalukan dengan indeks korupsi yang belum membaik. Media massa masih menyisakan berita para pemimpin divonis menyalahgunakan kekuasaan. Bahkan ada yang dilakukan secara terang-terangan mengatasnamakan kepentingan rakyat, tapi ternyata untuk kepentingan sesaat dirinya sendiri.

Dalam konteks pemulihan tata kelola negara, makna aktual basmalah harus segera diselami. Allah SWT dengan senagaja menghadirkan kalimat basmalah dalam setiap surah Alqur’an sebagai pengingat, sekaligus pengawal komitmen kemanusiaan universal. Setiap muslim harus memaknakan bismilah sebagai itikad luar biasa untuk memberikan rahmat bagi kemanusiaan itu sendiri.

Islam dihadirkan sebagai agama yang bisa memberikan rahmat bagi seru sekalian alam. Ini yang dipadatkan dalam kalimat basmalah, “dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Setiap muslim harus mampu memancarkan makna aktual basmalah di manapun dia berada. Bukan hanya untuk sesama muslim, tapi untuk seluruh umat manusia. Bahkan seluruh isi bumi ini.

Allah menurunkan nabi adam ke bumi sebagai khalifah, yang mengemban amanah melaksnakan sifat Rahman dan Rahim itu. Tugas kekhalifahan itu harus terus ditumbuhkan agar tata hidup ini bisa ramah bagi semua penghuni bumi ini. Jangan sampai menyebabkan kehancuran yang pada gilirannya akan merugikan generasi berikutnya.

Advertisement

Alqur’an sendiri melukiskan kerusakan muka bumi ini oleh ulah manusia. Tapi itu bisa diantisipasi sepanjang memegang teguh pada makna rahman-rahim. Kerusakan akan berubah menjadi berkah bagi semua penghuni muka bumi ini. Dan selanjutnya akan menyisakan keberkahan untuk generasi mendatang.

Moga saja kita bisa menjalankan amanah rahman-rahim dalam kalimat basmalah. Tidak hanya terbiasa diucapkan dalam setiap memulai melakukan sesuatu, tapi menjadi pengingat kala kita digoda oleh nafsu sesaat. Dan muslim yang baik itu adalah yang terbiasa mengucapkan sekaligus mengamalkan makan aktual basmalah dalam hidupnya.

(Artikel Kang Utay Vol. 5)

Advertisement

Populer