Connect with us

Lifestyle

Perhatikan, Dokter Rentan Salah Diagnosis 5 Penyakit Ini

Pernahkah Anda merasakan sakit atau gejala pada tubuh yang sulit untuk dijelaskan? Untuk mengetahui penyebabnya, tentu Anda harus pergi ke dokter. Namun, terkadang dokter juga mengalami kesulitan untuk mengenali gangguan atau kondisi medis yang terjadi pada tubuh Anda. Bahkan, parahnya bisa menyebabkan dokter salah diagnosis penyakit, meskipun ini sangatlah jarang terjadi.

Dilansir dari ABC News, dr. David Fleming, ketua American College of Physicians sekaligus seorang dosen ilmu kedokteran di University of Missouri berkata, “Setiap orang menunjukkan gejala penyakit yang berbeda-beda. Apalagi jika yang muncul bukan gejala umum.” Untuk mendapatkan diagnosis yang benar, pasien harus menjalani berbagai tes.

Apa saja kondisi yang sering membuat dokter salah diagnosis penyakit? Simak ulasannya berikut ini.

1. Sindrom iritasi usus (IBS)

Advertisement

Tidak semua penyakit dapat didiagnosis hanya dari gejala-gejala yang ditimbulkan. Sebab sebagian besar penyakit menunjukkan gejala yang hampir mirip penyakit lainnya. Untuk mengetahui apa penyakitnya dengan pasti, perlu dilakukan diagnosis eliminasi, yaitu mengesampingkan beberapa penyakit untuk mencari yang paling berpotensi.

Sindrom iritasi usus (IBS), misalnya. IBS merupakan kondisi kronis yang menyebabkan usus besar mengalami peradangan dan menyebabkan gejala sakit perut, kram, perut kembung, diare, atau sembelit. Banyak masalah gangguan pencernaan yang memiliki gejala serupa dengan IBS.

Untuk menetapkan diagnosis, pasien setidaknya merasakan gejala-gejala tersebut selama 3 sampai 6 bulan. Pria dan wanita memiliki gejala yang serupa, hanya saja wanita akan merasakan gejala yang lebih parah saat menstruasi. Diagnosis eliminasi yang dilakukan dokter untuk kondisi ini meliputi:

  • Mempelajari pola makan untuk menyisihkan kemungkinan alergi makanan
  • Tes sampel feses untuk menyingkirkan infeksi
  • Tes darah untuk memeriksa kemungkinan anemia dan menyisihkan penyakit Celiac
  • Kolonoskopi (prosedur untuk melihat adanya iritasi pada usus atau kanker)

2. Penyakit Celiac

fakta buang air besar wanita

Hingga saat ini, penyakit Celiac menjadi penyakit yang cukup sulit didiagnosis. Sebab rata-rata pasein baru didiagnosis dengan benar dalam waktu 6 sampai 10 tahun setelahnya. Penyakit Celiac menunjukkan reaksi kekebalan tubuh terhadap gluten sehingga memicu peradangan di usus kecil.

Advertisement

Orang yang memiliki kondisi ini biasanya akan mengalami gangguan pencernaan, terutama diare setelah mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, seperti gandum. Gejala lain meliputi gatal pada kulit, nyeri sendi, asam lambung naik, dan penurunan berat badan. Sayangnya, hanya setengah dari jumlah pasien yang mengalami diare dan penurunan berat badan.

Supaya tidak salah diagnsis, dokter harus melakukan pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan dulu. Kemudian, pasien akan diminta melakukan tes darah. Orang dengan penyakit Celiac umumnya memiliki tingkat antibodi tertentu, seperti antiendomysium (EMA) dan anti-tissue transglutaminase (tTGA) yang cukup tinggi.

Orang yang mengalami DH (dermatitis herpetiformis) — yaitu gejala lain dari penyakit Celiac — dapat melakukan biopsi kulit. Potongan jringan kecil dari kulit pasien akan diperiksa dengan mikroskop. Selain itu, pasien mungkin akan dianjurkan untuk melakukan endoskopi untuk melihat kerusakan pada usus kecil.

3. Fibromyalgia

mengatasi nyeri leher

Fibromyalgia adalah penyakit kronis yang menimbulkan rasa nyeri pada tulang dan otot dan menyebabkan kelelahan. Dilansir dari Health.com, ketika dokter tidak dapat menemukan penyebab rasa sakit dan kelelahan kronis pada pasien, maka diagnosis penyakit fibromyalgia akan ditetapkan. Pada suatu penelitian, orang-orang yang memiliki gejala tertentu didiagnosis fibromyalgia pada rematologi dan didiagnosis sindrom iritasi usus pada gastroenterologi.

Advertisement

Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, dokter akan menganalisis gejala yang muncul pada pasien. Biasanya rasa sakit dan nyeri pada tulang atau otot akan meluas dan terus menerus terjadi lebih dari tiga bulan. Tidak ada tes khusus untuk mendeteksi kondisi ini, tapi tes darah dapat membantu menyisihkan kemungkinan kondisi lain.

4. Multiple sclerosis

sindrom guyon

Multiple sclerosis (MS) terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel tubuh sendiri dang mengganggu komunikasi antar otak dengan bagian tubuh lainnya. Gejala MS meliputi sering mengalami mati rasa pada tubuh, kelemahan, dan kesemutan. Kondisi ini terjadi bisa bertambah parah atau menghilang sewaktu-waktu, tergantung seberapa banyak jumlah lesi pada otak.

Dokter bisa saja salah diagnosis karena gejalanya yang kadang muncul dan kadang hilang. Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, pasien perlu melakukan beberapa tes, seperti:

  • Tes pencitraan MRI untuk mengetahui adanya kerusakan pada otak dan sumsum tulang belakang
  • Pungsi lumbal untuk menemukan kelainan cairan pada tulang belakang dan menyingkirkan penyakit menular
  • Tes darah dan uji rangsangan saraf untuk mengetahui aktivitas listrik di otak

5. Rematik

rematik bisa sembuh total

Rematik atau radang sendi menyebabkan pegal dan rasa nyeri pada tulang dan sendi yang disebabkan oleh gangguan autoimun. Penyakit ini bisa terjadi pada siapa pun dan kapan pun, tidak seperti osteoarthritis yang kerap muncul pada lansia. Rasa sakit atau kaku pada sendi dapat disebabkan oleh banyak hal sehingga dokter mungkin saja salah diagnosis.

Advertisement

Untuk mendeteksi adanya peradangan pada sendi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu melihat pembengkakan, kemerahan, dan menguji refleks dan kekuatan otot. Kemudian, akan dilakukan tes darah untuk melihat kadar RA antibodi yang menyebabkan peradangan serta melakukan tes pencitraan untuk melihat seberapa parah peradangan yang terjadi pada sendi.

Kabartangsel.com

Source

Advertisement


Populer