Connect with us

Refleksi

Salam Idul Fitri

Idul Fitri yang menutup Ibadah puasa selama bulan ramadhan sedianya meninggalkan pesan penyucian bagi kita. Baik untuk invidu karena diminta untuk menahan lapar-dahaga dari imsaq sampai adzan maghrib, bagi masyarakat dengan menghadirkan saling menghargai sekaligus bagi negara yang masih dililit persoalan nestapa kemanusiaan.

Jika mau memulai, setiap individu bisa merasakan derita kaum dhuafa yang berjumlah separuh lebih penduduk negeri ini. Kaum dhuafa tidak dibatasi lapar-dahaga seperti yang dirasakan oleh yang melaksanakan puasa. Tidak sedikit dari kaum dhuafa yang meraskan puasa permanen, karenan kondisi lapangan pekerjaan dan upah yang tidak manusia. Belum lagi mereka punya beban melanjutkan hidup lainnya, terutama pendidikan sebagai bekal untuk meraih kehidupan layak.

Mereka sudah tidak merindukan suasana kemerdekaan yang sesungguhnya. Bukan kemerdekaan yang terdengar di berita dan terpajang di bibir para penguasa. Tapi kemerdekaan yang bisa didapatkan dari pagi buta mengais rezeki, dengan pendapatan yang layak untuk dibawa pulang pas adzan maghrib berkumandang. Ada yang mengais rezeki sampai malam buta, tapi kehidupan mereka tak kunjung membaik di hari esoknya.

Kabartangsel Selamat Hari Raya Idul FitriKondisi kaum dhuafa diperparah dengan situasi dan kondisi masyarakat yang mudah terkoyak. Pesan puasa untuk bisa saling menghargai satu sama lain membentur ruang hampa. Katup ketentraman gampang mudah terbuka, melahirkan perbenturan di masyarakat, baik karena alasan ekonomi, idiologi maupun dinamika politik. Kita mudah melihat rentetan beberapa peristiwa pasca suksesi kepemimpinan  yang makin liar. Meruntuhkan sendi-sendi kehidupan hanya karena mempertaruhkan amanah kepemimpinan yang belum tentu mampu diemban.

Secara khusus, pesan idul fitri untuk negara dialamatkan pada tahun politik untuk melahirkan tatanan sosial-politik yang adil dan makmur. Kita bisa menyaksikan pesan aktual idul fitri untuk negara kala para calon pemimpin melakukan kampanye sistematis. Apakah masih mengindahkan norma demokrasi atau malah sebaliknya. Idul fitri 2014 dipertaruhkan dengan dinamika politik yang kerap menyeret masyarakat sikap pragmatis kontraktual. Atau malah membuat masyarakat makin cerdas di dalam memilih mana yang paling menguntungkan bagi tatanan kenegaraannya.

Advertisement

Jika menelisik kata idul fitri kita optimis masyarakat akan melakukan yang terbaik. Asal tidak merasakan “mendadak idul fitri”, karena tidak mampu menyelami  “hari raya kemerdekaan” sebagai terjemahan kata “idul fitri”. Jangan-jangan idul fitri bernasib sama dengan ritual agama lainnya, yang manis dan meriah di tataran simbolik tapi kering dari kosakata kemerdekaan itu sendiri. Seperti halnya terbukti dari makin meriahnya ritual keagamaan di negeri ini, tapi prilaku berbangsa-bernegara makin berjarak dengan gugusan nilai mulia ada di dalam sikap keberagamaan itu sendiri.

Idul fitri bisa juga diartikan kembali kepada asal adalah sangat relevan dengan konteks kehidupan bernegara. Ibadah puasa adalah sarana untuk penyucian diri, tentu saja apabila dijalankan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan serta disadarinya tujuan puasa itu sendiri dengan cara sense of objetive.

Rasa memiliki atas realitas aktual negeri ini bisa menjadi atraksi positif untuk menyertai tahun politik ini. Jangan membiarkan diri serba mendadak untuk mengembalikan rasa kebangsaan kita ketika kontestasi pemimpin hadir. Kita sudah menempuh jalan reformasi dengan ongkos terlalu mahal untuk ukuran zamannya. Telah banyak nyawa melayang untuk meruntuhkan rezim otoriter hanya untuk satu kata “reformasi”. Jangan sampai ongkos mahal itu tidak mampu membeli tatanan paripurna bernegara sebagai yang dikumandangkan para pendiri negeri terdahulu.

Demikianlah makna idul fitri paling relevan bagi individu, masyarakat dan negara. Makna idul fitri itu akan membumi jika kita mau mempersiakan diri untuk mengembalikan jadi diri bangsa yang merdeka, adil dan beradab. Rasa kemandirian untuk membangun negeri ini sesuai cita-cita luhur parta founding father. Dan mampu mengembalikan amanah refomasi pada relnya. Sebuah tantangan bagi kita, di tengah kebiasaan tahunan setelah bulan puasa. Jangan sampai kaget yang akhirnya lupa diri akan makna idul fitri itu sendiri. Salam Idul Fitri 2015.

Advertisement

Populer