Oleh: Sarah Florentine Sinartio (Murid Kelas 11 SINARMAS WORLD ACADEMY)
Feminism: 8 huruf, 1 kata, dan merupakan kitab kisah perjuangan. Kisah tentang Raden Ajeng Kartini merupakan kisah kesukaan saya. Kartini merupakan pahlawan bangsa yang berjasa memperjuangkan emansipasi wanita pada akhir 1800-an dan awal 1900-an. Berlandaskan pada rasa prihatin terhadap minimnya pendidikan yang diterima oleh kaum wanita di Indonesia saat itu, dia mendobrak stereotip wanita hanya sebatas pengurus rumah, dan mencetuskan sekolah dasar pertama untuk wanita di Indonesia pada tahun 1903 (The Editors of Encyclopaedia Britannica, 2020).
Kartini menjadi pondasi wanita modern di Indonesia mendapatkan kesempatan setara dalam pendidikan dan pekerjaan, dan dia pun menjadi alasan saya menyebut diri seorang feminis. Hari ulang tahun Kartini, dirayakan setiap tahun sebagai hari perayaan nasional, tapi lebih dari itu, tanggal 21 April merupakan perayaan untuk wanita di seluruh Indonesia, yang menandai perjuangan masa lalu kita, kontribusi kita di masyarakat saat ini, dan kemenangan kita di masa depan.
Hari Kartini menjadi hari nasional yang penting untuk dirayakan oleh seluruh bangsa, terlebih lagi oleh sekolah. Di sekolah kami, Sinarmas World Academy, hari Kartini dirayakan dengan pertunjukan dan pembacaan puisi yang menggambarkan perjuangan Kartini dan perjalanannya dalam menginspirasi pergerakan feminis di Indonesia. Sebagai warga Indonesia yang dibesarkan di luar negeri, yang telah terpisahkan dengan tanah-airku, menjadi sebuah kehormatan untuk dapat mendedikasikan suatu karya untuk menghargai warisan Indonesia. Di kelas Bahasa Indonesia, kami membacakan puisi karya Kartini; dan meskipun secara fisik kita terpisah dan tidak merayakan hari Kartini seperti biasanya, kita tetap berusaha merayakan makna hari ini. Ini adalah contoh dampak nyata dari upaya beliau di bidang pendidikan. Hal ini pun, membuat kita menghargai keadaan kita saat ini, bahkan jika situasi ini masih belum sempurna, mendorong kita menjadi life-long learner. Di atas semua itu, dengan adanya pandemi COVID-19 saat ini tidak memungkinkan untuk merayakan hari Kartini seperti biasanya. Meski demikian, kami masih dapat menunjukkan rasa terima kasih kami kepada wanita di seluruh Indonesia, terutama petugas kesehatan yang berdedikasi.
Saya berkesempatan untuk mewawancarai seorang dokter dari Eka Hospital BSD, yang berjuang di garis depan memerangi pandemi COVID-19.Dr. Vanessy Theodora Silalahi SpAn.KIC.Msc, memberikan saya gambaran perjuangannya di tengah pandemi.
“Sebagai spesialis anestesi dan konsultan perawatan intensif, kami memiliki tanggung jawab yang sama dengan laki-laki, meskipun kami memiliki anak dan keluarga yang harus kami pikirkan di rumah.”
Hal ini akan menjadi munafik jika kita mengasumsikan hanya petugas kesehatan wanita yang berjuang dengan ini. Situasi ini merupakan masalah universal yang dihadapi semua orang, namun dalam artikel ini, saya berfokus dalam perjuangan yang dilakukan oleh Dr. Silalahi dan jutaan pekerja kesehatan wanita lainnya di seluruh dunia.
Di masa genting seperti ini, peran para wanita di garis depan yang berjuang melawan pandemi dapat terpecah antara peran mereka sebagai dokter dan peran mereka sebagai seorang ibu. Dr. Silalahi berjuang pula dalam mengendalikan diri memeluk dan mencium anak-anaknya karena eksposurnya dengan pasien COVID-19 setiap hari. Keseimbangan hidup terasa bergeser. Kita hanya dapat berharap bahwa ini adalah perubahan sementara dan untuk tetap melakukan bagian kita, mendukung petugas kesehatan dengan tetap tinggal di rumah dan menjaga kesehatan. Ini adalah salah satu dari banyak pelajaran yang diajarkan Kartini kepada kita, persatuan.
Pada akhirnya, Kartini menggunakan hak istimewa pendidikan yang dia memiliki dan membuat dampak dan perubahan historis bagi seluruh hak wanita di Indonesia. Hal yang sama dapat kita lakukan. Dengan beragamnya ketersediaan platform media komunikasi yang ada, saatnya kita membicarakan perubahan dan kesetaraan. Meskipun kemajuan pesat telah dirasakan semenjak masa Kartini, namun kesetaraan wanita sama dengan pria masih jauh dari yang seharusnya. Penting untuk kita ingat seberapa jauh kita telah melangkah sejak era Kartini , bagaimana seorang wanita seperti dia telah membuka gerbang hak-hak dan kesetaraan wanita. Sebuah perjuangan yang akan selalu diingat dan tidak akan disia-siakan, seperti upaya Dr. Silalahi, bersama dengan wanita hebat lainnya sebagai petugas kesehatan. Melalui mereka, kita bisa melihat wujud dan semangat Kartini, dan dengan semangat dan gelora yang sama, Indonesia akan melalui masa pandemi COVID-19 ini dengan jaya.
- Politik19 jam ago
Debat Kedua Pilkada Tangsel, Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan Sodorkan Program Pengentasan Kemiskinan
- Nasional8 jam ago
Kelola Pasar Gas Bumi, Keberadaan PGN Sesuai dengan UUD 1945
- Nasional7 jam ago
Wapres Gibran Rakabuming Tegaskan Pemuda Sebagai Ujung Tombak Menuju Indonesia Emas 2045
- Nasional7 jam ago
Hadiri CEO Roundtable Forum, Presiden Prabowo Subianto Raih Komitmen Investasi 8,5 Miliar Dolar AS
- Nasional14 jam ago
Presiden Prabowo Subianto akan Hadiri Undangan Raja Charles III hingga PM Keir Starmer
- Hukum7 jam ago
Dittipidsiber Bareskrim Polri Tangkap Kembali DPO Kasus Judi Online W88 di Filipina
- Nasional58 menit ago
Menag Nasaruddin Umar dan Sekjen IIFA Bahas Peran Masjid untuk Pendidikan Islam
- Nasional58 menit ago
Wamenag: KPMN 2024 Bekali Peserta Semangat Kebangsaan