Nasional
Isra Mikraj Tingkat Kenegaraan 2025, Menag Nasaruddin Umar Tekankan Keseimbangan Sabar dan Syukur

Menteri Agama, Nasaruddin Umar menegaskan, Isra Mikraj bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan simbol perjalanan spiritual yang mengajarkan keseimbangan antara sabar dan syukur dalam menjalani kehidupan.
Pernyataan ini disampaikannya dalam peringatan Isra Mikraj tingkat kenegaraan tahun 1446 H/2025 M di Auditorium HM Rasjidi, Kemenag, Jakarta, Kamis (30/1/25).
Menag mengungkapkan, perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam Isra Mikraj adalah sebuah refleksi seseorang menghadapi ujian hidup. “Seperti burung yang membutuhkan dua sayap untuk terbang, manusia juga membutuhkan dua kekuatan: sabar dan syukur. Ketika diuji dengan kesulitan, gunakan sayap sabar. Ketika diberi kemudahan, gunakan sayap syukur. Tanpa keseimbangan ini, kita tidak akan mampu ‘terbang’ menuju derajat yang lebih tinggi,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa dalam Al-Qur’an, ujian terbagi menjadi dua, yakni balaun hasanah (ujian berupa kebaikan) dan balaun sayyi’ah (ujian berupa keburukan). Banyak orang mampu bersabar dalam kesulitan, tetapi tidak semua bisa bersyukur saat diberikan nikmat. Sebaliknya, ada yang mudah bersyukur dalam kelapangan, tetapi gagal bersabar dalam kesulitan.
Menag juga mengulas aspek kemanusiaan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Mikraj. Dijelaskannya, ketika Nabi mencapai puncak spiritual dan bertemu langsung dengan Allah SWT, Nabi memilih kembali ke bumi demi umatnya. “Rasulullah tidak tinggal di atas sana. Nabi ingin mengajak umatnya merasakan keindahan yang ia saksikan, ingin berbagi pengalaman spiritualnya agar umatnya bisa lebih dekat kepada Allah,” jelasnya.
Dalam konteks Isra Mikraj, Menag mengingatkan bagaimana Rasulullah SAW mengalami tahun penuh kesedihan (Aamul Huzn), kehilangan istri tercinta Khadijah dan pamannya Abu Thalib. Namun, ujian berat tersebut justru menjadi pendahuluan bagi perjalanan spiritual terbesar dalam hidupnya, yakni bertemu langsung dengan Allah SWT di Sidratul Muntaha.
“Isra Mikraj mengajarkan bahwa setiap ujian adalah tanda kenaikan kelas. Setelah kesedihan mendalam, Rasulullah tidak menyerah, tetapi justru mendapatkan pengalaman luar biasa. Ini menunjukkan bahwa di balik cobaan, selalu ada hikmah besar yang disiapkan oleh Allah,” lanjutnya.
Jika merasa kehilangan semangat, lanjutnya, maka manusia perlu ‘naik ke atas’, mendekatkan diri kepada Allah. “Isra Mikraj bukan sekadar perayaan, tetapi pengingat bahwa dengan kekuatan spiritual, kita bisa bangkit dan membangun bangsa yang lebih kuat dan berdaya saing,” tegasnya.
Lebih lanjut, Menag mengajak masyarakat untuk menjadikan peringatan Isra Mikraj sebagai momentum untuk recharge spiritual, terutama menjelang bulan suci Ramadan.
Acara yang disiarkan secara langsung melalui Youtube Kemenag RI, TVRI, dan berbagai platform media ini diharapkan dapat memberi inspirasi bagi umat Islam di seluruh Indonesia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah serta menjadikan sabar dan syukur sebagai prinsip dalam menjalani kehidupan.
-
Bisnis2 hari ago
Telkom Indonesia Berikan Pelatihan Digital Berbasis AI di Makassar untuk Siapkan Talenta Digital
-
Bisnis2 hari ago
BRI Finance dukung kemandirian finansial perempuan Indonesia lewat KKB
-
Bisnis2 hari ago
KAI Ajak Gen Z dan Milenial Menjelajahi Bumi Papandayan dengan Kereta Panoramic
-
Bisnis2 hari ago
Jambore GRUF 2025: Ratusan Orang Muda NTT Unjuk Aksi Iklim, Tegaskan Gerakan Berkelanjutan
-
Bisnis2 hari ago
FILM KOMEDI TERBARU “COCOTE TONGGO” SIAP TAYANG DI BIOSKOP MULAI 15 MEI 2025
-
Kabupaten Tangerang1 hari ago
Persita Tangerang Vs PSBS Biak, Pendekar Cisadane Siap Bangkit
-
Bisnis2 hari ago
Empat Instansi Di Wilayah Daop 8 Dapat Apresiasi Dari PT KAI Atas Dukungan Pengamanan Aset Negara
-
Bisnis1 hari ago
Kebijakan Luar Negeri India terhadap Israel dan Palestina: Menyeimbangkan Diplomasi Global dan Kepentingan Nasional