Ciputat Timur
Pancasila Menyatukan Warga Indonesia yang Multietnik
Pancasila memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. “Kalau di Amerika ada civic religion, maka di Indonesia ada Pancasila (yang berperan) sebagai agama publik,” kata Konsultan politik Veri Muhlis Arifuzzaman.
Hal tersebut disampakan Veri saat menjadi narasumber pada kuliah umum Semangat Agama Dalam Membangun Civil Society di Auditorium Fisip UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis, (14/4).
Ia mengatakan bahwa Pancasila memiliki peran penting untuk menyatukan warga Indonesia yang multietnik yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa ada tiga model hubungan antara agama dan negara. “Pertama, kelompok simbolistik-formalistik, yang menginginkan Islam menjadi dasar negara. Saya berani mengatakan sebenarnya kelompok ini fundamentalis,” papar pendiri Kantor Konsultan Politik Konsep Indonesia (Konsepindo) itu.
Kedua, kelompok sekularistik. Veri menganggap bahwa kelompok kedua bertolak belakang dengan kelompok pertama. Kalau kelompok pertama percaya bahwa Islam mencakup cara hidup total sebagaimana yang dinyatakan dalam syariat, maka kelompok kedua ini menyatakan bahwa antara agama dan negara itu tidak ada hubungannya sama sekali.
“Kelompok yang ketiga ini adalah kelompok yang subtantif. Pandangan ini tidak hanya menolak agama dan negara disatukan, tapi juga menolak adanya pemisahan secara total,” jelas Veri.
Sementara itu, Ahmad Rumadi menganggap bahwa Pancasila itu sebuah dokumen kenegaraaan. “Berhasil atau tidak (menyatukan bangsa Indonesia) itu bukan terletak pada dokumen itu sendiri, tapi bagaiamana kita semua terutama para pimpinan politik,” terang laki-laki yang juga dosen UIN Jakarta tersebut.
“Kalau kita lihat nilai-nilai dasarnya, menurut saya Pancasila itu luar biasa,” lanjutnya.
Rumadi menilai bahwa Pancasila merupakan salah satu alat diplomasi bangsa Indonesia dalam percaturan politik luar negeri. “Dan itu yang selalu kita pamerkan di hampir seluruh negara di dunia, termasuk negara-negara yang mayoritas (penduduknya) muslim,” ungkap ketua Lakpesdam NU ini.
Rumadi mengkritik kelompok-kelompok Islam yang merasa paling Islam dan menganggap bahwa Indonesia itu negara kafir karena berdasar pada Pancasila sebagai dasar negara. Baginya, kelompok-kelompok tersebut tidak mengerti dan memahami bagaimana Pancasila itu dirumuskan dan negara ini dibangun.
“Menurut saya, kalau kita ingin memasarkan bahwa Indonesia itu negara moderat, negara Muslim terbesar di dunia yang berbeda dengan negara Islam lainnya yaitu menjadi bagian alat diplomasi kita ke luar negeri, kita harus tetap mempertahan moderatisme itu,” tandasnya.
Pada dasarnya, imbuh Rumadi, masyarakat Indonesia itu moderat, namun mereka tidak memiliki daya tahan dari pengaruh intoleransi. “Kita semua memiliki kewajiban untuk melakukan imunisasi kepada masyarakat kita ini (dari intoleransi), supaya virus-virus mudah marah, mudah mengusir orang, teriak-teriak dan lain sebagainya itu bisa kita lawan,” pungkasnya. (nu/*)
- Tips5 hari ago
5 Rekomendasi Android Smart TV Terbaik dan Terjangkau 2024
- Pemerintahan6 hari ago
Perkuat Strategi Tangani Isu Publik dan Krisis Komunikasi di Era Digital, Diskominfo Tangsel Gelar Forum Kehumasan
- Politik6 hari ago
Benyamin Davnie Dorong Anak Muda di Tangsel Jadi Pemuda Mandiri
- Pamulang6 hari ago
Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan Janji Akan Terus Lanjutkan Program Bedah Rumah
- Pemerintahan6 hari ago
Pjs Wali Kota Tabrani Dorong Sinergi Implementasi UU HKPD di Tangsel Lewat FGD Opsen PKB dan BBNKB
- Tangerang Selatan4 hari ago
Ribka Tjiptaning Puji Kepemimpinan Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan
- Banten4 hari ago
Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi Akan Dorong MRT Hingga Reaktivasi Jalur Kereta Api di Banten
- Nasional6 hari ago
Menag Nasaruddin Umar dan UIII Bahas Indonesia Sebagai Pusat Keilmuan Islam Dunia