Lifestyle
Pengobatan untuk Diabetes Insipidus Sesuai dengan Jenisnya

Diabetes insipidus adalah kelainan yang menyebabkan cairan dalam tubuh tidak seimbang. Meski sama-sama diabetes dan gejalanya mirip, penyakit ini berbeda dengan diabetes melitus. Orang dengan kondisi ini akan sangat mudah haus dan buang air kecil terus-menerus. Lantas, adakah pengobatan yang bisa menyembuhkan diabetes insipidus?
Pengobatan dan perawatan untuk pasien diabetes insipidus
Penyebab terjadinya diabetes insipidus adalah karena kurangnya produksi hormon antidiuretik (ADH). Hormon ini bertugas untuk membantu ginjal dan tubuh mengendalikan jumlah air yang tepat. Awalnya, hormon ini diproduksi oleh otak, disimpan dalam kelenjar hipofisis, dan dialirkan ke darah.
Hormon, bersama darah, akan sampai pada ginjal dan digunakan untuk mengatur kadar air sehingga tubuh tidak dehidrasi. Selain rasa haus dan frekuensi buang air kecil yang tidak terkontrol, orang dengan kondisi ini juga akan mengalami gejala seperti dehidrasi.
Hingga kini, belum ada obat yang dapat mengobati diabetes insipidus. Pengobatan dan perawatan yang selama ini diberikan hanya fokus untuk mengurangi gejalanya.
Diabetes insipidus memiliki dua jenis. Pengobatan yang diberikan juga akan bergantung pada jenis diabetes insipidus yang diderita, antara lain:
Pengobatan untuk diabetes insipidus kranial (sentral)
Diabetes insipidus kranial terjadi akibat adanya kerusakan pada kelenjar hipofisis. Kerusakan itu bisa disebabkan oleh oleh tumor, cedera kepala, atau efek samping pembedahan. Akibatnya, produksi, penyimpanan, dan pelepasan ADH menjadi terganggu.
Pada kasus ringan, kondisi ini tidak membutuhkan perawatan medis apa pun. Kondisi ini dianggap ringan jika pasien menghasilkan sekitar 3 hingga 4 liter urine dalam sehari.
Perawatan lebih mungkin dilakukan untuk meredakan gejala dengan banyak minum air untuk mencegah dehidrasi. Dokter atau ahli endokrin akan menyarankan pasien untuk minum air setidaknya 2,5 liter per hari.
Bila kondisinya cukup parah, memperbanyak air putih tidak akan cukup untuk mengendalikan gejala. Dokter akan menggantikan hormon ADH dengan obat desmopressin. Obat ini dapat bekerja seperti ADH dalam membantu ginjal ketika memproduksi urine.
Pengobatan diabetes insipidus dengan desmopressin tersedia dalam bentuk semprotan hidung dan tablet. Untuk obat semprotan hidung, Anda cukup menyemprotkannya sekali atau dua kali sehari. Obat dapat menyerap dengan cepat dalam aliran darah. Namun, saat pilek, obat ini tidak direkomendasikan untuk digunakan.
Sementara untuk bentuk tablet, Anda perlu meminumnya lebih dari dua kali sehari. Pasalnya, obat ini tidak diserap secara efektif oleh usus ketimbang lewat saluran hidung. Itu sebabnya Anda membutuhkan lebih banyak obat ini untuk mendapatkan efek yang sama.
Desmopressin umumnya aman dengan sedikit efek samping, seperti sakit kepala, sakit perut, hidung tersumbat, dan mimisan. Jika diminum terlalu banyak, Anda akan merasa kembung, sakit kepala, pusing, dan kadar natrium rendah dalam darah (hiponatremia).
Pengobatan untuk diabetes insipidus nefrogenik
Diabetes insipidus ini lebih umum menyerang orang yang mengonsumsi obat seperti lithium atau tetracycline. Ini terjadi karena obat bisa mengurangi respons ginjal pada hormon ADH. Untuk mengatasinya, dokter akan menghentikan penggunaan obat tersebut dan menggantinya dengan obat lain.
Beda dengan diabetes insipidus kranial, pengobatan lewat desmopressin tidak akan ampuh. Pada kondisi ringan, dokter akan menyarankan pasien untuk mengurangi asupan garam dan protein dalam makanan, serta minum banyak air.
Jika kondisinya parah, dokter akan meresepkan obat kombinasi, yakni diuretik thiazide dan obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) untuk membantu mengurangi jumlah urine yang diproduksi ginjal.
Meskipun thiazide merupakan salah satu jenis obat yang meningkatkan jumlah urine (diuretik), pada beberapa orang, obat diuretik thiazide dapat mengurangi laju ginjal dalam menyaring darah.
Itu artinya, jumlah urine yang dikeluarkan tubuh akan berkurang. Meski aman, obat ini tetap memiliki efek samping seperti pusing, kulit sensitif, masalah pencernaan, dan gangguan ereksi.
Sementara pengobatan diabetes insipidus lewat obat NSAID, seperti ibuprofen dapat mendukung kinerja obat diuretik thiazide. Bila digunakan dalam jangka panjang, obat golongan NSAID dapat menyebabkan tukak lambung. Oleh karena itu, dokter akan meresepkan obat tambahan, yaitu proton pump inhibitor (PPI) untuk mengurangi risiko masalah pada lambung.
Kabartangsel.com
-
Bisnis3 hari ago
Transportasi Rendah Emisi: 17,7 Juta Pelanggan KAI Kurangi Sekitar 420 Ribu Ton CO₂ dalam 4 Bulan
-
Bisnis2 hari ago
WSBP Pacu Suplai Spun Pile, Progres Proyek Pembangunan Tanggul Pengaman Pantai NCICD Paket 2 Tembus 69%
-
Bisnis2 hari ago
Pembangunan Stasiun Surabaya Gubeng : Komitmen Peningkatan Layanan Transportasi Umum dan Permohonan Maaf Atas Potensi Gangguan Sementara
-
Bisnis2 hari ago
Investor Kembali Serbu Bitcoin, Potensi Tembus Rp1,8 M Semakin Nyata?
-
Bisnis2 hari ago
Telkom Indonesia Berikan Dukungan Penuh Pada Kompetisi Perencanaan Bisnis NBPC Business Project 5.0 di Makassar
-
Bisnis2 hari ago
Telkom Indonesia Ciptakan Ruang Baru untuk Developer Lokal Makassar Melalui AI Community Gathering
-
Bisnis1 hari ago
Bitcoin Naik Tajam Mendekati USD $107.000, Dekati Rekor Tertinggi Sepanjang Masa
-
Bisnis2 hari ago
LindungiHutan Capai Target 1 Juta Pohon, Ini Pihak-Pihak yang Mendukung Kesuksesannya