Budaya
Si Ungu yang Cantik, Bawa Berkah untuk Kota Tangsel
Foto yang dimuat di atas adalah foto dari lahan kebun tanaman Anggrek milik Sanan, 62 tahun, warga RW 09 di Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Luas kebun miliknya sekitar 300 meter persegi, dan seperti terlihat pada gambar, terdapat baris demi baris tanaman Anggrek yang berjajar rapi. Akar pohon Anggrek ini ditanam ke tanah, dan agar supaya dapat berdiri tegak, barisan tanaman Anggrek ini di-apit dengan belahan bambu.
Dalam satu barisan tanaman Anggrek yang di-apit belahan bambu, terdapat puluhan batang pohon Anggrek. Penanamannya terbilang cukup rapat, meski tidak saling bertumpukan satu sama lain. “Jadi, kalau di kebun saya ini ada 16 baris, dan masing-masing barisan terdiri atas 60 batang, itu artinya saya punya 960 batang pohon Anggrek,” jelas Sanan sewaktu dijumpai penulis di kebunnya pada hari Senin siang, 9 Desember 2013 kemarin.
Adapun jenis tanaman Anggrek yang ditanam oleh Sanan, adalah Vanda Douglas. Ciri-cirinya, seperti terlihat pada gambar, bunganya dominan warna ungu, dengan sedikit warna putih. Kalau diperhatikan, pinggiran kelopak bunganya lurus, atau tidak bergelombang.
“Anggrek yang saya tanam ini namanya Vanda Douglas, yang sudah terkenal dengan keindahan dan sekaligus merupakan Anggrek yang paling banyak dipasok dari sekitaran Kecamatan Pamulang, Kota Tangsel ini. Bahkan, dalam persaingannya di salah satu sentra bunga ternama yakni Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat, Anggrek Vanda Douglas asal Pamulang ini terkenal dengan kualitasnya yang memang unggulan. Misalnya, dari segi warna ungu-nya yang penuh atau dominan, dan pada satu tangkainya bisa terdapat tujuh sampai sebelas kuncup bunga,” tutur Sanan, kakek dari dua orang cucu ini.
Usaha membudi-dayakan tanaman Anggrek, menurut Sanan, tidak pernah mengenal kata rugi. Meskipun patut dicatat, bahwa harga bunga Anggrek potong selalu mengalami fluktuasi, tergantung daripada kuantitas pasokan bunga Anggrek di Pasar Bunga, dan permintaan pasar atas pasokan bunga tadi.
“Harga bunga Anggrek Vanda Douglas, saat sekarang ini mencapai Rp 100.000 per ikat. Adapun satu ikatnya bisa mencapai 100 batang. Atau dengan kata lain, harganya Rp. 1.000 per batang atau tangkai. Saya tidak perlu memikirkan masalah penjualan, atau distribusi hasil panen, karena tengkulak selalu rutin datang, dan membawa hasil panen tadi ke Pasar Bunga Rawa Belong. Soal pembayarannya, tidak dibayar di muka, tapi berdasarkan berapa yang laku terjual dari hasil panen saya tadi di Rawa Belong sana,” aku Sanan yang biasa memanen bunga Anggreknya satu kali setiap minggunya.
Sanan menambahkan, bukan cuma harga bunga Anggrek saya yang naik-turun atau berfluktuatif di pasaran, tapi juga, jumlah hasil panen tidak selalu stabil produksinya. “Kalau lagi hasil panennya bagus, saya bisa memanen sekitar 500 tangkai per dua minggu sekali. Tapi, kalau lagi mengalami hasil panen yang kurang baik, hanya mencapai 100 tangkai. Nah, pas lagi jeleknya, kadang saya cuma bisa panen sebanyak 50 tangkai saja. Biar bagaimanapun, karena saya memang hobi menanam pohon Anggrek, tidak stabilnya hasil panen ini saya anggap sebagai hal yang biasa-biasa saja,” aku pembudidaya tanaman Anggrek yang sudah sejak lama menggarap lahan tanah milik orang lain ini.
Diakui Sanan, hasil panen yang kurang baik, biasanya adalah akibat perawatan yang tidak baik. Sedangkan kalau bicara perawatan yang baik, dalam budidaya Anggrek ini, mau tidak mau selalu berhubungan erat dengan aspek permodalan. “Untuk perawatan, kita memerlukan penyemprotan sejumlah bahan kimia untuk memusnahkan jamur dan hama, begitu pula dengan pupuk kandangnya yang harus berasal dari kotoran ayam, bukan kotoran kambing atau sapi. Juga, kita membutuhkan serbuk kayu hasil sisa penggergajian, serabut buah kelapa, bambu, juga harus telaten mencabuti rumput-rumput yang tumbuh liar di dekat-dekat akar pohon Anggrek. Semua itu perlu biaya modal, juga perawatan,” paparnya sewaktu dijumpai penulis di warung makan Nasi Uduk milik istrinya.
Upaya membudidayakan tanaman Anggrek memang menjadi salah satu concern dari Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel yang dipimpin oleh Walikota Airin Rachmi Diany. Kepedulian Airin terhadap budidaya Anggrek hingga blusukan ke pelosok Kota Tangsel ini tak lepas kaitannya untuk menggerakkan ekonomi warga melalui pembudidayaan Anggrek potong, dan membuktikan komitmennya untuk menjadikan Anggrek Vanda Douglas sebagai ikon atau maskot Tangsel, kota yang baru merayakan hari jadinya ke-5 pada Selasa, 26 November 2013 kemarin.
Tak hanya itu, sejak awal tahun kemarin, Airin juga sudah menitahkan kepada seluruh jajaran dinas dan instansi Pemkot Tangsel, untuk menanam pohon Anggrek di halaman kantor masing-masing. “Dipilihnya Anggrek lebih dikarenakan cara menanam dan media tanamnya yang tak memerlukan lahan luas. Cukup lahan seluas 4×4 meter saja, sudah bisa membudidayakan bunga hias yang cantik ini. Sekalinya berbunga pun, usia kesegaran bunga bisa sampai satu hingga dua minggu,” tuturnya seperti dikuitp bantenhits.com.
Sementara itu, hasil penelusuran penulis di lapangan menunjukkan, sentra-sentra Anggrek di Kecamatan Pamulang, berada di Jalan Arjuna, Kelurahan Pondok Benda, dan juga di Jalan Anggrek, Kelurahan Benda Baru. Khusus untuk yang di Jalan Anggrek, sesuai namanya, begitu banyak dan mudahnya ditemukan kebun-kebun Anggrek milik warga di sepanjang jalan yang sudah di-beton dan conblock ini. Bahkan, sejumlah cluster perumahan yang ada di Jalan Anggrek pun tak luput menonjolkan ikon Anggrek.
* * *
‘Tengkulak’ vs Koperasi Anggrek
Meski sudah ada kelompok tani binaan yang khusus membudidayakan tanaman Anggrek di Kota Tangsel ini, tapi penulis menemukan fakta di lapangan, bahwa tidak semua petani Anggrek bersedia untuk sukarela bergabung bersama kelompok petani Anggrek, yang bahkan sudah mendirikan koperasi tersebut. Kiranya, inilah tantangan sekaligus pekerjaan rumah tambahan bagi Pemkot Tangsel dalam rangka lebih mengembangkan budidaya Anggrek yang keterkaitannya jelas berkorelasi positif terhadap perekonomian dan kesejahteraan warga.
Sebut saja, misalnya saja No’ih. Petani Anggrek yang sudah mulai membudidayakan bunga hias ini sejak tahun 1980-an, dan tinggal tak jauh dari lokasi warung Nasi Uduk serta kebun Anggrek milik Sanan. “Saya menolak untuk bergabung dengan wadah koperasi petani Anggrek. Alasannya sederhana, saya belum melihat sesuatu yang bermanfaat dari wadah koperasi tersebut. Sekalipun ada unit simpan-pinjam uang, tapi ya sama saja, masak uang kita sendiri yang disimpan, lalu kita sendiri juga yang meminjam uang itu. Padahal, alangkah baiknya, kalau koperasi itu memberi bantuan modal kepada petani Anggrek, dengan pengembalian yang dicicil,” tuturnya ketika penulis bertandang ke rumahnya.
No’ih, memiliki kebun Anggrek yang luasnya mencapai 300 meter persegi. Di lahan milik orang lain yang digarapnya itu, ada sekitar 10 ribu pohon Anggrek yang dimilikinya. Sama seperti petani lainnya, No’ih memanen Anggrek-Anggrek potongnya seminggu sekali. Paling banter, ia berhasil memproduksi sepuluh ikat Anggrek (ada 100 tangkai Anggrek per ikatnya). Harga jual yang ditawarkan tengkulak, biasanya kalau lagi bagus bisa mencapai Rp 100.000 per ikat. Tapi, kalau sedang kurang bagus pemasarannya, harganya bisa ‘terjungkal’ menjadi Rp 10.000 per ikat, dengan catatan, kondisi buruk seperti ini tidak berlangsung lama, atau terus-menerus. “Saya ini, termasuk generasi yang paling awal menjadi petani Anggrek di kawasan Kelurahan Benda Baru,” akunya dengan tenang.
Baik Sanan maupun No’ih sama-sama berpendapat, bahwa koperasi petani Anggrek yang ada saat ini, belum sampai pada tahap bagaimana hasil panen para petani Anggrek ini didistribusikan secara bersama-sama, dan mendapatkan laba penjualan yang lebih menggembirakan. “Kalau misalnya, koperasi ingin mengumpulkan hasil panen kita, lalu menjualnya ke pasar, boleh jadi, koperasi juga akan mendapatkan keuntungan seandainya harga pasaran juga sedang bagus, atau menguntungkan. Tapi, kalau harga pasaran sedang kurang baik, dan kurang menguntungkan, apakah koperasi juga bersedia ikut merasakan kondisi yang akan dialami para petani?” tanya No’ih, kakek beranak empat dan sudah memiliki lima orang cucu ini.
Sedangkan Sanan, lebih mempersoalkan kiprah koperasi petani Anggrek yang cenderung terfokus pada masalah keuangan, tanpa menyentuh aspek-aspek lain yang juga dibutuhkan oleh para anggotanya. “Akibatnya, karena fokus koperasi ini hanya kepada masalah keuangan, ya akhirnya malah kacau. Saya sendiri misalnya, biar pun secara jujur saya akui sudah meminjam uang ke koperasi, tapi karena hasil panen yang belum lebih dari cukup, maka sudah lama saya pun tidak membayar cicilan pinjaman tersebut. Lama-kelamaan, keberadaan koperasi itu pun semakin kurang diminati oleh petani-petani Anggrek di sini,” terangnya.
Beda lagi dengan Saman. Dirinya mengaku enggan bergabung dengan koperasi karena alasan usaha budidaya Anggrek yang sudah puluhan tahun digelutinya, sudah dapat berjalan mandiri dan langgeng. “Saya sudah sejak tahun 1980-an menjadi petani Anggrek. Sementara koperasi, baru hadir belakangan ini. Jadi, apa-apa yang disampaikan oleh koperasi mengenai teknik pembudidayaan dan lain sebagainya, saya sudah paham, bahkan sudah saya tekuni sejak lama. Termasuk, pemasaran hasil panen Anggrek potong ini, saya panen sendiri, dan saya jual sendiri langsung ke Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat,” urai Saman sembari mengizinkan penulis untuk mengambil sejumlah foto di kebunnya.
Kebun Anggrek milik Saman berlokasi di Jalan Arjuna, Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang. Rumahnya yang luas, dikelilingi oleh kebun Anggrek yang didominasi oleh dua jenis yakni Vanda Douglas dan Renanthera Matutina alias “si Anggrek Jingga”. Terlihat juga tanaman sayur-mayur dan buah-buahan, seperti pepaya, singkong, jagung, paria, dan masih banyak lagi.
“Harga jual Anggrek Jingga, lebih mahal dibandingkan dengan Vanda Douglas. Kalau Vanda Douglas, Rp 1.000 per tangkai, maka Anggrek Jingga bisa mencapai Rp 3.500 per tangkai. Saya juga pernah coba membudidayakan Anggrek Dendrobium, tapi sepertinya kurang berkembang-biak dengan baik, sehingga sewaktu panen, hasilnya jauh dari yang diharapkan. Sedangkan untuk tanaman sayur-mayur, sengaja saya tanam di sela-sela reimbunan barisan pohon Anggrek, untuk dipetik dan dimasak sehari-hari,” tutur Saman dengan nada penuh syukur.
Mengawetkan Kesegaran Anggrek
Meskipun usaha budidaya Anggrek di Kota Tangsel nyata-nyata sudah membawa berkah tersendiri bagi kesejahteraan warga, tapi tak dapat dipungkiri pula bahwa para petani masih menggantungkan pola pendistribusian hasil panennya kepada ‘pengumpul’ Anggrek potong, yang mereka sebut sebagai tengkulak. Begitu juga dengan keberadaan koperasi, yang masih belum mendapat sambutan hangat dari kalangan petani dan penggarap lahan untuk pembudidayaan Anggrek. Kiranya, dengan langkah persuasif yang komprehensif dan multi aspek, Pemkot Tangsel beserta seluruh jajarannya diharapkan mampu untuk menyatukan seluruh sumber daya yang ada, demi semakin menaikkan gengsi dan pamor Anggrek (unggulan) dari kawasan yang memang ‘bertetangga’ dengan ibukota Jakarta ini.
Masih terkait usaha dan budidaya Anggrek di Kota Tangsel, kini informasi terbaru dari Institut Teknologi Indonesia (ITI) yang berlokasi di Jalan Raya Puspiptek, Serpong. Kabar ini menggembirakan, karena ternyata, sejumlah peneliti di “Kampus Jingga” ini sudah berhasil menemukan formula yang dapat membuat kesegaran bunga Anggrek potong lebih lama lagi periode waktunya.
“Benar, bahwa peneliti dari kampus kami sudah berhasil membuktikan penelitian yang dapat membuat kesegaran bunga Anggrek potong menjadi lebih lama waktunya. Kalau biasanya, bunga Anggrek Vanda Douglas itu kesegarannya hanya dapat bertahan sampai tujuh sampai sepuluh hari, maka peneliti kami berhasil memperpanjang masa segar itu menjadi 21 sampai 25 hari. Ini merupakan bahagian dari program IBW atau Iptek Bagi Wilayah, dimana penelitian kami ini adalah hasil kolaborasi juga antara ITI, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Tangsel, beserta peneliti lain dari kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Serang, Banten,” jelas Abu Amar selaku Direktur Lembaga Penelitian, Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP3M) ITI kepada penulis di ruang kerjanya, pada Senin, 9 Desember 2013 kemarin.
Ditambahkan Abu Amar, selain berhasil menambah usia kesegaran bunga Anggrek potong, ITI bersama dengan DPKP Kota Tangsel juga berencana untuk memaksimalkan peran dan fungsi Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman yang ada di kawasan Jombang, Tangsel. “Realisasinya akan dilaksanakan pada tahun depan, dan nantinya banyak hal yang dapat dikembangkan. Mulai dari membantu petani, termasuk petani Anggrek, agar semakin pandai membudidayakan tanamannya; menjadikan proyek kerjasama ini sebagai rumah pintar untuk Anggrek; dan mewujudkan harapan sebagai wisata edukasi Anggrek bagi khalayak umum, dan khususnya pula bagi para siswa-siswi. Inilah harapan kami, sekaligus menjadi implementasi ITI menerapkan abdimas atau pengabdian bagi masyarakat,” terangnya mantap.
Begitulah usaha pembudidayaan Anggrek di Kota Tangsel. Ke depan, diyakini prospeknya masih sangat cerah. Jangankan untuk memenuhi permintaan pasar domestik yang selalu bergairah dan terus bertambah, bahkan untuk dijadikan komoditi ekspor pun, Anggrek Vanda Douglas dan jenis-jenis unggulan lainnya amat sangat potensial dan menjanjikan keuntungan.
“Si Ungu” yang cantik, Anggrek Vanda Douglas memang menjadi berkah tersendiri dari Yang Maha Kuasa bagi Kota Tangsel ini”
Penulis: Gapey Sandy ( Kompasiana)
- Pemerintahan7 hari ago
Pemkot Tangsel Raih Penghargaan Realisasi DAK Fisik Tercepat 2024
- Tangerang Selatan7 hari ago
Bersama Tangsel Ska Orchestra, Pilar Saga Ichsan Pukau Ribuan Penonton di Tangsel Sejiwa Fest 2024
- Pemerintahan7 hari ago
DWP Tangsel Raih Juara 1 Apresiasi E-Reporting dan E-Asuh Tingkat Provinsi Banten
- Pemerintahan7 hari ago
Tutup Tangsel Sejiwa Fest 2024, Benyamin Davnie: Tahun Depan Kita Bikin Lebih Seru Lagi
- Pemerintahan6 hari ago
Tangsel Investment Forum 2024, Benyamin Davnie: Kita Dorong Investasi di Sektor Wisata Kesehatan
- Pemerintahan7 hari ago
ICCF 2024: Transformasi Tangsel dari Kota Satelit ke Pusat Ekonomi Kreatif
- Pemerintahan7 hari ago
ICCF 2024: Penanaman Pohon di Kampung Keranggan, Perkuat Ekosistem Hijau di Tangsel
- Tangerang Selatan7 hari ago
Ditutup Kotak Band, Hari Pertama Tangsel Sejiwa Fest 2024 Sukses Pukau Puluhan Ribu Penonton