Memastikan kadar oksigen dalam tubuh tetap berada dalam batas normal sangatlah penting, terutama bagi pasien COVID-19. Nah, salah satu upaya yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan saturasi oksigen adalah menerapkan teknik proning. Teknik ini telah terbukti secara ilmiah membantu meringankan gejala gangguan pernapasan, khususnya bagi yang terinfeksi COVID-19. Seperti apa langkah-langkahnya? Simak selengkapnya di bawah ini.
Apa itu teknik proning?
Teknik proning adalah serangkaian posisi tertentu yang dilakukan untuk mengatasi gangguan pernapasan. Teknik ini dapat membantu tubuh mengembalikan kadar oksigen secara alami. Konon, posisi proning berasal dari olahraga yoga.
Dengan melakukan proning, diharapkan saturasi oksigen pasien dapat kembali ke angka normal, yaitu di atas 94%. Saat ini, teknik proning masuk menjadi salah satu pilihan pengobatan rumahan yang direkomendasikan untuk mengatasi masalah pernapasan pada pasien COVID-19.
Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan RI sudah menganjurkan teknik ini untuk pasien yang sedang melakukan isolasi mandiri di rumah. Pasalnya, banyak pasien isoman yang mengalami kesulitan bernapas namun terpaksa menunggu ketersediaan oksigen di rumah sakit.
Untuk menanggulangi sementara masalah saturasi oksigen, pasien bisa menerapkan teknik ini agar kadar oksigen kembali normal. Tak hanya pasien yang sedang menjalani isoman, teknik ini juga dilakukan oleh pasien yang sedang dirawat inap di rumah sakit dan menggunakan ventilator untuk mempermudah pernapasan.
Namun, selain gejala COVID-19, teknik ini sudah lama digunakan untuk mengatasi gangguan pernapasan lain, terutama dengan kadar oksigen yang menurun hingga di bawah 94%.
Meski demikian, tidak semua orang boleh melakukan teknik ini. Dokter tidak merekomendasikan posisi proning untuk orang-orang yang memiliki masalah medis tertentu, seperti:
- tulang punggung tidak stabil,
- patah tulang,
- mengidap trombosis vena dalam dan penyakit jantung parah,
- terdapat luka terbuka,
- luka bakar,
- pernah menjalani operasi trakea, dan
- sedang hamil di atas 24 minggu.
Apa saja manfaat teknik proning?
Berikut adalah sederet manfaat yang bisa didapat dengan melakukan teknik ini.
1. Meningkatkan saturasi oksigen
Infeksi COVID-19 menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen secara drastis. Virus memengaruhi sistem pernapasan secara langsung, terutama pada fungsi paru-paru penderita COVID-19.
Dengan melakukan teknik proning, kinerja paru-paru dapat meningkat dan kadar oksigen diharapkan bisa kembali ke angka normal meski pasien tidak menggunakan alat bantu pernapasan seperti ventilator.
2. Menurunkan risiko pemakaian ventilator di rumah sakit
Selain memperbaiki saturasi oksigen, proning juga membantu mencegah pemakaian alat ventilator pada pasien dengan gangguan pernapasan akut.
Beberapa studi telah menunjukkan adanya angka penurunan pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit setelah melakukan teknik ini.
Salah satunya adalah studi yang terdapat di jurnal Academic Emergency Medicine. Studi tersebut menunjukkan sebanyak 64% pasien COVID-19 tidak memerlukan pemakaian alat bantu pernapasan di rumah sakit berkat teknik proning.
3. Mengurangi angka kematian akibat gangguan pernapasan akut
Penyakit dengan gangguan pernapasan akut, termasuk COVID-19, berpotensi mengancam nyawa karena merosotnya kadar oksigen dalam tubuh.
Untungnya, teknik proning dapat membantu menurunkan risiko kematian akibat infeksi pernapasan.
Menurut artikel dari Archives of Academic Emergency Medicine, posisi proning bisa membantu mengurangi angka kematian pada pasien dengan gejala gangguan pernapasan akut.
Agar hasilnya lebih optimal, pasien perlu melakukan posisi ini sesegera mungkin setelah gejala-gejala pertama kali muncul. Durasi yang direkomendasikan adalah 12 jam sehari.
Meski demikian, penting untuk diingat bahwa teknik proning bukan pengobatan pengganti tabung oksigen.
Teknik ini hanya boleh dilakukan sebagai tindakan darurat untuk mempermudah pernapasan pada pasien dengan kadar oksigen rendah.
Terlepas dari membaiknya kondisi pasien, alat bantu pernapasan seperti ventilator tetap diperlukan, terutama jika pasien berada dalam kondisi kritis dan membutuhkan pertolongan sesegera mungkin.
Bagaimana cara melakukan teknik proning?
Proning dapat Anda lakukan sendiri di rumah atau dengan bantuan tenaga medis. Apabila Anda pasien yang sedang menjalani isoman di rumah, Anda hanya perlu mempersiapkan 4-5 bantal untuk melakukan posisi ini.
Caranya pun cukup sederhana. Anda hanya perlu mengikuti langkah-langkah di bawah ini:
- Pertama, posisikan tubuh di atas tempat tidur dengan posisi tengkurap. Letakkan bantal di bawah leher, di bawah dada, serta di bawah tulang kering kaki.
- Berikutnya, ganti posisi Anda menjadi berbaring menghadap ke kiri atau kanan. Taruh bantal di bawah kepala, samping perut bawah, dan di antara kedua kaki.
- Selanjutnya, duduk dengan posisi kaki diluruskan. Letakkan bantal di belakang punggung dan kepala sebagai sandaran.
- Kembali lagi ke posisi berbaring menyamping ke kiri atau kanan.
- Pada langkah terakhir, Anda bisa kembali ke posisi tengkurap.
Masing-masing posisi idealnya dilakukan selama 30 menit hingga 2 jam. Proning bisa Anda lakukan hingga 12 jam dalam sehari.
Hindari melakukan teknik ini selama 1 jam setelah makan. Jika ada bagian tubuh yang terasa sakit atau tidak nyaman, gantilah posisi tubuh Anda.
Apakah ada risiko dan efek samping dari teknik ini?
Dikutip dari laman Hackensack Meridian Health, beberapa risiko terkait teknik proning meliputi:
- penyumbatan saluran udara,
- lepasnya tabung endotrakeal,
- cedera atau luka akibat tekanan pada kulit,
- pembengkakan pada area wajah dan saluran udara,
- hipotensi (tekanan darah rendah), dan
- aritmia (detak jantung tidak beraturan).
Oleh karena itu, pastikan posisi proning dilakukan dengan sangat berhati-hati, terutama saat Anda mencoba berpindah dari satu posisi ke posisi lainnya, untuk mengurangi terjadinya risiko.
Bila timbul gejala-gejala yang lebih berat, jangan tunda waktu untuk menghubungi rumah sakit atau layanan kesehatan terdekat.