Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ma’ruf Amin menggagas “Dialog Nasional” untuk memfasilitasi komunikasi seluruh elemen bangsa.
Dialog nasional ini menurutnya guna menghindari kecurigaan-kecurigaan, prasangka yang justru bisa membuat salah paham.
“Ada praduga-praduga yang tidak tepat. Ini tidak baik jika terus didiamkan, karena berpotensi memecah persatuan seluruh elemen bangsa. Jadi perlu dibangun komunikasi semua pihak,” ujarnya, Selasa (29/11/2016).
Dialog nasional tersebut diharapkan bisa terselenggara setelah Aksi Super Damai 212 yang disepakati berlangsung di Lapangan Monumen Nasional (Monas) dengan kegiatan Salat Jumat berjamaah, dilanjutkan dengan zikir.
Menurutnya, perlu ada konsensus kembali untuk membela NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Ma’ruf mengingatkan kepada semua pihak, agar agama tidak dipahami secara eksklusif dan ekstrim.
Disinilah menurutnya peran tokoh-tokoh agama melihat secara objektif Indonesia yang beragam, agar lebih bisa moderat, dan tentu saja tanpa harus mengorbankan ajaran dasar agama.
“Agama memiliki posisi penting, dan tidak terlepas dari keberadaan Indonesia yang religius,” tegasnya.
Dalam konteks Indonesia yang berdasarkan Pancasila, lanjut dia, telah mengakui posisi penting agama, pelindung terhadap kebebasan beragama, harus dipadukan dengan perlindungan terhadap kemurnian agama.
Hal ini berarti bahwa beragama memang harus dijamin, tetapi kebebasan beragama secara menyimpang, tidak dapat dibenarkan – dijamin.
Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Hery Haryanto Azumi mendukung langkah Rais Aam PBNU Ma’ruf Amin yang menggagas dialog nasional. Menurutnya, dialog ini penting karena selama ini masyarakat sudah terlalu banyak menerima informasi tidak benar, sehingga memicu beragam pandangan yang negatif.
“Kita lihat di dunia maya, begitu mudah mencaci maki, menghujat. Ini terjadi karena masyarakat disuguhi informasi yang belum tentu benar akibat perbedaan pandangan politik yang tajam. Kondisi ini mengarah pada ketidaksantunan berpolitik,” tandasnya.
Menurut Hery – sapaan akrabnya, komunikasi politik tidak bisa dibangun hanya pada entitas politik, tapi juga entitas sosial. Dialog nasional yang digagas Kyai Ma’ruf menurutnya, adalah upaya merajut kembali komunikasi dengan kekuatan sosial masyarakat.
“Ini perlu dirapihkan,” pungkasnya. (rls/sm/fid)
- Banten24 jam ago
Membangun Masa Depan Bersama, Pertemuan Strategis Bank Banten dan Angkasa Pura
- Bisnis24 jam ago
Aksi Restorasi Bumi, Cara Telkom Wujudkan Pilar Environmental ESG
- Banten24 jam ago
Proses KUB Lancar, Harga Saham Bank Banten Meningkat
- Nasional24 jam ago
Wapres Gibran Rakabuming Kunjungi Warga Terdampak Banjir Rob di Muara Angke, Jakarta Utara
- Bisnis24 jam ago
Dari COP29 Azerbaijan, PLN Boyong Lima Kerja Sama Strategis untuk Transisi Energi di Tanah Air
- Hukum24 jam ago
Peringati HUT ke-74 Korpolairud, Kabaharkam Polri Pimpin Transplantasi Terumbu Karang
- Bisnis24 jam ago
Desa Energi Berdikari Omah Sinau Binaan PTK, Kelola 31,5 Ton Sampah Hingga Jadi Pusat Eduwisata
- Nasional24 jam ago
Presiden Prabowo Subianto Gelar Pertemuan Bilateral dengan Presiden Macron di KTT G20 Brasil