Connect with us

Citizen Journalism

Ridwan Saidi; Mencari Identitas Cultural Tangsel

Oleh : Ridwan Saidi

Pemakaian nomenklatur identitas mestilah berpijak pada akar budaya dan geografi daerah bersangkutan serta prospek dan arah pengembangan kota bersangkutan.

Tangerang, atau dalam lidah Porto tamaram, adalah daerah yang topografinya berbukit-bukit. Tangerang sendiri artinya bukit. Ada beberapa istilah yang digunakan di kawasan Jawa bagian barat yang bermakna bukit: Tangerang, Tomang, Tambora, dan Pasir. Untuk kawasan perbukitan seperti tangerang maka geometri menjadi penting, dalam konteks ini malah di Tangerang Selatan terdapat toponim yang berasal dari geometri : pamulang, ciputat, dan lengkong. Pamulang adalah titik kembali, ciputat, berputar, ada tanaman yang dinisbatkan pada putat. Sedangkan lengkong berarti lengkungan. Dalam scriptologi lengkung adalah segement circle.

 

Penghadapan segment circle tidak ke barat atau timur seperti dalam kosmografi Indonesia tetapi ke utara.

Advertisement

Dengan memasukkan unsur dot (.) di bawah segement circle ini maka menjadi

 

Maka lengkung itu menjdi sebuah pioctograf yang berdiri sendiri sebagai inisial mengandung makna beth, atau rumah. Inilah yang menjadi icon Tangerang Selatan sekarang yaitu perumahan-perumahan moderen di sepanjang kawasan Lengkong yang dulunya tanah-tanah perkebunan.

Mengenang Lengkong masa penjajahan Belanda, maka hanya ada satu kesan : menyeramkan. Bahkan seorang tokoh kriminal, yang kemudian dinyatakan sebagai jago: Jampang, pada tahun 1918 dihukum gantung di halaman kantor polisi Lengkong. Penonton bertepuk tangan ketika kepala Jampang terkulai. Kenapa? Karena berbeda dengan  apa yang didongengkan, Jampang terkenal sebagai pemburu isteri orang. Suaminya melawan niscaya dibunuh.

Tapi kini Lengkong menjadi simbol modernitas Tangerang Selatan. Modernitas adalah indikasi ke arah terbentuknya peradaban baru.

Advertisement

Tak terbayangkan lagi kalau orang mau ke TangSel itu dengan tujuan jalan-jalan ke SKA Cisauk. Tidak bisa lain orang ke Lengkong. Sayang nama ini sudah ditelan gemerlap nama-nama perumahan moderen. Orang berwisata ke TangSel sekarang ini dengan tujuan melihat-lihat perumahan moderen yang dibangun di atas tanah bernama Lengkong.

Toponim Tangerang memang bukan cuma geometri tapi juga flora seperti Jelupang dan Pondok Aren. Tetapi apa mau dikata modernitas menelan nama-nama archaic. Kampung Pondok Jengkol serta merta berubah namanya menjadi Pondok Jaya. Entah apa kesalahan jengkol sehingga mesti sirna dari nama sebuah kampung.

TasngSel memiliki banyak universitas bahkan yang berafiliasi ke luar negeri. Di TangSel juga ada sejumlah Rumah Sakit moderen. TangSel juga menawarkan jajan pasar. Di TangSel pun rumah ibadat pelbagai agama berkecukupan jumlahnya. TangSel juga tidak kekurangan Taman Kota. Sebuah peradaban baru sedang merangsek di tepi kota raya Jakarta.

Tentu saja Tangsel bukan pusat peradaban baru, tetapi TangSel merupakan lengkung peradaban baru, tanpa lengkung TangSel maka peradaban baru Indonesia yang sedang berproses, dengan kota raya Jakarta sebagai jantungnya, niscaya tak kan sempurna.

Advertisement

Musik dari Tari TangSel

Tari cokek biasanya diiringi gambang kromong. Cokek digemari antero penduduk Tangerang, baik asli mau pun keturunan. Sedangkan tari jaipongan berasal dari Jawa Barat. Di Tangerang banyak terdapat komunitas penduduk warga keturunan yang telah berbaur total dengan penduduk asli. Penyanyi cokek umumnya warga keturunan.

 Wayang Betawi juga digemari di Tangerang, tetapi tidak meliputi antero penduduk

Gambar atas Orkes Melayu Kenangan, 1950-an, sedang mengiringi penyanyi Emma Gangga. Emma Gangga penyanyi dan pemain biola, yang mempunyai darah Tangerang. Selain Emma Gangga juga Rubiah yang berkiprah di Orkes Studio Medan yang berdarah Tangerang (sikumbangtenabang.com)

Masyarakat Tangerang menyukai seni dan budaya. Karena itu memang pada tempatnya jika Pemkot TangSel menjadikan gambang kromong dan tari (ngibing) cokek sebagai ikon budaya Tang Sel. (http://sikumbangtenabang.com)

RIdwan Saidi (Budayawan Betawi)

RIdwan Saidi (Budayawan Betawi)

Tentang Ridwan Saidi

Nama                          : Ridwan Saidi

Advertisement

Nama Kecil                   : Awan

Lahir                           : Jakarta, 2 Juli 1942

Rumah                        : Jl. Merak IV/31 Blok N3 Bintaro Jaya Sektor I

Istri                            : Yahma Wisnani

Advertisement

Pendidikan                  : Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI)

 

 

 

Advertisement

Buku yang telah ditulis, diantaranya :

  1. Betawi dan Modernisasi Kota Jakarta
  2. Warisan Budaya Betawi
  3. Profil Orang Betawi
  4. Diburu Mossad (Novel) yang kemudian dicetak ulang kemudian judulnya menjadi Anak betwai diburu Intel Yahudi
  5. Babad Tanah Betawi
  6. Lagu dari Tengah Kota Jakarta (entang musik melayu Betawi)
  7. Romanza Batavia (kumpulan puisi)
  8. Lagu Pesisir (kumpulan puisi)
  9. Glosari Betawi (kamus)
  10. Sejarah Jakarta dan peradaban Melayu Betawi
  11. Riwayat Tanjung Priok dan Tempat-Tempat lama di Jakarta
  12. Kepemimpinan Politik Betawi d Jakarta 1942-1957
  13. Potret Budaya Manusia Betawi

 

Advertisement

2 Comments

2 Comments

  1. Bang Jali

    Selasa, 9 Juli 2013 / 11:41 WIB at 11:41 am

    Terimakasih Bang Saidi atas tulisannya tentang Tangsel, sangat menambah wawasan untuk orang Tangsel. Terimakasih kabartangsel.com, sudah mempubish…

  2. Rudi

    Selasa, 9 Juli 2013 / 11:42 WIB at 11:42 am

    Saya suka dengan kabartangsel.com, sudah berbagi kabar tentang Tangerang Selatan tercinta.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Populer