6 November 2019
“Mommy, aku mau potong rambut!!” ucap Arya.
Sambil terus menyetir, pandanganku lurus ke depan. Aku ingat di dompet hanya tersisa uang satu lembar 50 ribuan dan satu lembar 5 ribuan.
Indikator bahan bakar tampak menyala di balik setirku. Uang itu aku niatkan untuk membeli bensin dalam perjalanan dari sekolah menuju rumah.
“Hmm, Dek…, tapi udah jam berapa itu coba liat, 16.20, mau setengah lima lo, Dek… kesorean kayanya.. kasian Aby cariin Mommi, Dek.”
“MAU POTOOONG RAMBUUUTTT!! Mommi sudah janji potong rambut kemaren, kan!!” rengek Arya.
Salahku memang, aku menjanjikanya memangkas rambut hari ini, karena aku pikir hasil keuntunganku memvaksin kucing dua ekor akan cukup untuk membayar biaya cukur.
Qodarullah ternyata, si Mbak asisten rumah tanggaku meminta aku harus membeli beras dan susu Aby yang habis. Sisa uang yang tersisa hanya cukup untuk membeli bahan bakar mobil.
“Hmm soalnya kita tadi mampir clandya, Dek, beli susu Aby, kan habis. Nanti kalau potong rambut makin sore lagi sampai rumahnya, Sayang…,” bujukku.
Clandya adalah tempat perbelanjaan kebutuhan balita di kotaku.
“Tapi, Mommi kemarin sudah janjiii… katanya hari ini….”
Aku tak berani menatapnya, pandanganku lurus ke depan. Arya anak keduaku, mirip sekali Daddynya pendiriannya kuat sekali, sangat sukar dibelokkan bila sudah kemauannya. Apalagi sudah berjanji padanya, jangan coba-coba membatalkannya, dia akan sangat marah.
Bukan hanya pendiriannya yang mirip si biang, dia juga sangat peduli penampilan, rambut panjang sedikit dan tidak rapi, dia akan segera meminta ke barbershop.
“Ya Mommi ya… ya potong rambut yaaa,” kejar Arya.
“Kita ke pom bensin dulu ya….”
“Habis itu potong rambut?”
“Kalau di tempat potong rambutnya antre gak jadi aja ya, nanti nabrak magrib lo.”
“Coba tadi gak usah ke clandya.”
“Lah kasian Aby nanti mau minum susu gimana?”
Arya manyun, tapi mulai mengalah….
Aku memutar otak mencari cara agar Arya mau diajak berkompromi sambil terus bersalawat dalam hati.
Aku berusaha memperlambat laju mobil dan mampir ke pom bensin.
Selesai mengisi bensin, aku bujuk anak keduaku itu dengan permen kesukaannya.
“Kalau beli milkitos mau gak, Dek? Tapi potong rambutnya insyaAlloh besok ya, mau gak?”
“Pokonyaaa mau potong rambuuut!!!”
“Ya we ya wes ya wess.. بسم الله liat kalau tidak antre, ya! Coba adek sambil berdoa semoga rejeki Arya bisa potong rambut” Arya diam, menunduk. Berdoa dengan wajah penuh pengharapan. Aku tak tahu apa yang dia doakan, apa benar dia berdoa. Aku tak begitu yakin.
Salawat terus kulantunkan, aku berjalan perlahan dari pom bensin menuju tempat cukur rambut dekat rumah kami, berharap tempat cukur tersebut sangaaat ramai.
Mendekati tempat cukur.. memang sepertinya ada beberapa motor terparkir,
“Tuh Dek kayanya rame loh….”
Arya menolak percaya ucapanku begitu saja, dia membuka kaca mobil,
“Coba lihat ke dalam dulu….”
Aku menghentikan mobil, mengintip jam di handphoneku,
16.53 belum mendekati waktu magrib.
Arya pasti akan sangat marah kalau aku terus melaju pulang dan beralasan harus sholat magrib.
Ada tanda pesan teratas, wa dari sahabatku, Lina.
[ Neng mandiin kucing gw yah, sekalian cek kulitnya, gw titip 3 hari ya, mau cabut ke bandung besok. Tlg jemput ke rumah ya. Si Ucup ama Icip.. gw tt dp dlu.. kabari kurangnya berapa ok. Makasih, neng ]
Lina sertakan bukti transfer ke rekening bankku.
ما شاء الله
Ya Rabb ya salam, ya mujiiib ya Rahman
Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh.
‘Dek dek kalau memang sdh rezeki dek Arya,’ batinku
Aku bergegas menelepon Lina via Wa audio call. Tersambung.
“Lin, gw mandiin si ucup icip besok ya,, إن شاء الله!”
“Lah iya pan”
“Duit nya gw pake sekarang!”
“Pakelah….”
“Tapi mandiin besok.”
“Apaan sih? Kurang berapa?”
“Engga kurang.. makasih Lin assalamualaikum,” tutupku
“Apasih neng.. iye.. waalaikumsalam.”
Kumatikan teleponku, aku menatap ke Arya sambil tersenyum lebaaar sekali.
“Ayo Dek, kita masuk.”
Kumatikan mesin mobilku. Aku turun bersama Arya dan memasuki barbershop yang sedang ada diskon untuk cukur rambut itu.
-TUTUP-
“Ya Alloh dek, tutup dek..” aku megetuk pintu kaca barbershop tersebut. Masih ada beberapa orang di dalamnya.
Seorang perempuan muda membuka kunci pintu kaca tersebut
“Bu maaf, kita buka mulai besok, ini masih rapi rapi saja bu.”
“Oalah dek, belom buka loh dek… besok ya Dek.. mommi janji besok kita sepulang sekolah langsung kesini, langsung potong rambut ya”
“Iya sayang besok kesini lagi ya, kakak tunggu” kata mbak berseragam hitam tersebut.
Arya mengangguk lemah. Tapi tidak protes dan menurut diajak kembali kemobil.
Kami tidak langsung masuk mobil, aku mengajak nya membeli permen milkitos ditoko sebelah, karena mau bersabar menunggu esok. Kini dia yang tersenyum lebaaar sekali.
*******
*******
*******
Ini cerita fiksi ya..
emang cerita fiksi karena tokohnya bukan nama sebenernya yak..
tp disadurnya dari cerita nyata 😬.
Tulisannya boleh fiksi, tapi pertolongan Alloh itu nyata
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”.
💙
Nb : anak mommi jadi potong rambut keseokan sorenya. Dia happy banget punya rambut yang sudah rapi 🙂
Sumber: Mommi asf
- Bisnis6 hari ago
Inilah 3 Fitur Tersembunyi di Samsung Galaxy A16 5G Bikin Kerja Jadi Lebih Efektif
- Pemerintahan6 hari ago
DWP Tangsel Rayakan HUT ke-25 dengan Pelestarian Budaya Lokal
- Hukum6 hari ago
Pesan Presiden Prabowo Subianto: Amankan Nataru dengan Baik di Apel Kasatwil Polri 2024
- Nasional6 hari ago
Menag Nasaruddin Umar Ajak Akademisi Proaktif dalam Menjaga Lingkungan dan Keseimbangan Alam
- Nasional6 hari ago
Menag Nasaruddin Umar Minta Badan Moderasi Beragama Proaktif Petakan Kerukunan Umat
- Bisnis6 hari ago
Galaxy AI: Asisten Terbaik untuk Aktivitas Magang Kamu!
- Hukum6 hari ago
Server Judi Online Berada di Luar Negeri, Ini Langkah Polri Menindaklanjutinya
- Nasional6 hari ago
Spirit Deklarasi Istiqlal, Kemenag Usung Masjid Ramah untuk Pelestarian Lingkungan