Connect with us

Melansir dari Bisnis, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto menjelaskan Pemuda Muhammadiyah tidak pernah menyatakan menolak acara harlah NU, hanya meminta panitianya untuk memiliki tepa selira terkait tempatnya yang berada di kampung basis Muhammadiyah.

“Karena lokasi Harlah NU berada di Kampung Basis Muhammadiyah, Kauman, panitia diminta untuk memindahkan kegiatan tersebut ke kampung atau tempat yang lebih kondusif untuk kegiatan-kegiatan yang membawa bendera NU,” katanya kepada Harian Jogja, Senin (2/3/2020).

Menanggapi perkataan Sunanto, melalui akun facebooknya, Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas memberikan tanggapan. Berikun tangggapan lengkapnya:

“Kami semua berterima kasih diingatkan sekaligus diajari tepo seliro oleh Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Sunanto. Banyaknya sekolah, rumah sakit, rumah yatim sebagai bagian dari amal usaha Muhammadiyah di basis-basis NU dan baik-baik saja adalah salah satu praktek tepo seliro itu. Kami tidak terusik apalagi terganggu. Malah sebagian kami ada yang sekolah dan berobat di aset milik Muhammadiyah tersebut.

Advertisement

Beberapa acara Muhammadiyah pun, kami ikut menjaga dan mengamankannya. Bahkan, waktu Pemuda Muhammadiyah tersandung masalah Kemah Pemuda di Prambanan, kami juga tepo seliro dengan berusaha untuk tidak berselancar di tengah gelombang yang menerpa mereka. Meskipun kami tahu, anggaran untuk mereka tidak digunakan sebagaimana kesepakatan. Kami tahu. Tapi kami memilih diam dan menyerahkan urusan ini kepada polisi. Hatta ketika kasus ini menguap begitu saja, dan aktornya hanya berhenti jadi saksi dan sekarang sudah menjadi idola baru bagi politisi muda muhammadiyah, kami pun diam. Ini tepo seliro bukan sih?

Waktu Sunanto maju sebagai Ketum Pemuda Muhammadiyah, kami pun tepo seliro. Meskipun sebenarnya kami mau teriak-teriak waktu ada info kantor deputi sebuah lembaga intel dipakai rapat. Logistik disamarkan dengan sebutan “Garam India” dan berasal dari mana, kami pun tahu. Tapi demi tepo seliro, kami diam. Karena itu urusan mereka sendiri. Cukup bagi kami tahu. Tak perlu bikin gerakan kontra intelijen meskipun saat itu sangat bisa. Jadi, tolonglah. Jika ada yang baca ini dan dekat Sunanto, kasih tahu, sekarang ajari kami cara bersabar. Karena stok sudah hampir habis,” demikian tulis pria yang akrab disapa Gus Yaqut, Rabu (4/3/2020).

Berikut ini kronologi yang dinukil secara lengkap dari harianjogja soal penolakan acara yang diselenggarakan oleh PCNU Kota oleh kelompok dan warga Muhammadiyah:

1. Berdasar rapat tanggal 5 Februari 2020 pembentukan Panitia PCNU (Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama) Kota Jogja menyepakati akan mengadakan acara Harlah NU pada tanggal 5 Maret 2020 di Masjid Gede Keraton dengan tujuan untuk dapat bersilaturahmi dengan pengurus dan warga Muhammadiyah.

Advertisement

2. PCNU Kota Jogja membuat surat permohonan ijin Resmi ke Pihak Kraton Jogja terkait peminjaman tempat (Mesjid Gede Kagungan Dalem) dan hasilnya dari pihak Kraton mengeluarkan izin tertulis tertanggal 12 Februari 2020 untuk acara tersebut dengan salah satu tembusanya diberikan kepada Takhmir Mesjid Gede Kraton atau yang sering dikenal Mesjid Gede Kauman.

3. PCNU bersamaan dengan surat pengajuan ijin kepada Kraton, tiga hari setelah izin keluar PCNU Kota Jogja mengirimkan surat permohonan audiensi/silaturahmi kepada FUI Kota Jogja, Pengurus Muhammadiyah Kota Jogja, Takhmir Masjid Gede Keraton dan Pengahageng Kawedanan.

4. PCNU Kota Jogja bersilaturahmi dengan pihak kepolisian terkait pengamanan dan dari pihak kepolisian bersedia mengamankan acara tersebut dari awal hingga selesai.

5. Tanggal 119 Fabruari 2020 di media sosial sudah bermunculan penolakan terhadap acara Harlah NU Kota Jogja yang akan dilaksanakan di Masjid Gedhe Kraton.

Advertisement

6. Tanggal 25 Februari 2020 Pengurus Muhammadiyah Kota Jogja menerima silaturahmi PCNU Kota Jogja, hasil dari pertemuan tersebut mendukung acara Harlah NU Kota dan dalam acara tersebut dari pihak PDM juga diberikan kesempatan untuk sambutan, namun ada masukan bahwa terkait Penceramah dimohon untuk dipertimbangkan kembali karena menuai kontroversi.

7. Tanggal 27 Februari 2020 Pemuda Muhammadiyah Kota Jogja mengirim surat ke Kantor Sekretariat PCNU Kota Jogja, tetapi dalam Surat tersebut tidak menyebut kepadanya siapa, isi surat tersebut ada tujuh poin yang isinya adalah meminta agar PCNU Kota Jogja agar pindah ke lokasi lain dan Nahdlatul Ulama Kota Jogja dianggap tidak memiliki tatak krama dan sikap tepo sliro kepada masyarakat kauman yang mayoritas warga Muhammadiyah.

8. Berkembang di sosial media penolakan terhadap acara Harlah NU di Mesjid Gede, meluas sampai banyaknya spanduk yang bertebaran di wilayah kampung kauman yg berisi penolakan acara Harlah NU Kota Jogja.

9. Tanggal 28 Februari 2020, ada surat pernyataan sikap dari warga kauman yang diwakili oleh empat RW (10, 11, 11, 13), yang intinya MENOLAK DENGAN TEGAS ATAS PENYELENGGARAAN HARLAH NAHDLATUL ULAMA DI MESJID GEDE KAUMAN.

Advertisement

10. PCNU Kota Jogja bersilaturahmi dengan pihak Kraton dan hasilnya Pihak Kraton menimbang untuk mengurangi segala bentuk potensi konflik, meminta pada PCNU Kota Jogja mengganti penceramah dan PCNU Kota menyetujui hal tersebut agar semua dapat berjalan lancar dan tertib, ahirnya Kraton berupaya menengahi kesalahpahaman keduanya dengan mengundang pihak PCNU Kota Jogja dengan Pengurus Muhammadiyah Kota Jogja, namun dari pihak PDM Kota Jogja baru bisa menjadwalkan pertemuan setelah tanggal 5 Maret 2020.

11. Tanggal 29 Februari 2020 Gerakan Pemuda Ansor dan Banser Kota Jogja melihat banyaknya kemungkinan konflik yang terjadi maka mencoba untuk menghubungi secara informal kepada Dispora Kota Jogja agar dipertemukan dengan Pemuda Muhammadiyah dan Kokam Kota Jogja dengan tujuan agar ada dialog untuk meredam hal-hal yang dapat menimbulkan konflik horisontal maupun vertikal, namun pihak Pemuda Muhammadiyah Kota Jogja menjawab baru bisa menjadwalkan pertemuan setelah tanggal 5 Maret 2020.

12. Tanggal 1 Maret 2020 di Pintu Gerbang Mesjid Gedhe Kraton sudah terbentang spanduk acara Tadarus Safari Akhbar yang dimulai badha maghrib yang akan dilaksanakan pada Tanggal 5 Maret 2020, tanggal dan jam yang sama dengan pelaksanaan Harlah NU Kota Jogja di Masjid Gedhe Kraton.

13. Tanggal 1 Maret 2020 Pihak PCNU Kota Jogja diterima bersilaturahmi dengan Takhmir Masjid Gedhe Kraton dan tidak menemukan win-win solution (jalan tengah), hanya ada tawaran dari pihak Takmir untuk nonton bareng film “Jejak Langkah Dua Ulama”, namun pihak PCNU Kota Jogja tidak setuju karena PCNU Kota Yogayakarta menginginkan acaranya dalam kemasanya pengajian/ngaji, sehingga disini tidak ada titik terang.

Advertisement

14. Tanggal 1 Maret 2020, PCNU Kota Jogja bersilaturahmi dengan pihak Kraton, hasil pertemuan tersebut adalah, pihak Kraton mendukung acara Harlah NU Kota di Mesjid Gedhe Keraton bahkan Ngarso Dalem (Sri Sultan Hamengkubuwono X) dijadwalkan akan hadir dalam acara Harlah NU yang akan dilaksanakan di Mesjid Gedhe Keraton.

15. Tanggal 2 Maret 2020, muncul di halaman bisnis.com, Sunanto selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, “meminta panitia untuk memindahkan kegiatan tersebut ke kampung atau tempat yang lebih kondusif untuk kegiatan-kegiatan yang membawa bendera NU dan Sunanto juga mengatakan bahwa berdasar acara konsolidasi Ketua PDPM dan Kokam Se-DIY pada tanggal 1 Maret 2020 di Kantor PDM Kota Jogja menghasilkan keputusan akan menggelar apel Akhbar Kokam di Masjid Gedhe Kauman untuk menjaga aset Muhammadiyah di Langgar Kidoel Kauman dan membersamai warga Muhammadiyah Kauman terkait adanya ancaman keamanan atas kedatangan orang-orang dari luar kampung mereka”, begitu katanya sperti yang tertulis di halaman web bisnis.com.

16. PCNU Kota Jogja tidak terlambat didalam menjalin silaturahmi dengan semua pihak terkait (point 3), namun respon pihak terkait sangat lambat sehingga kemudian tidak ditemukan jalan keluar untuk pelaksanaan Harlah NU ke 94 tersebut.

17. Tanggal 2 Maret 2020, pukul 22.00 WIB, para Kiai Nahdlatul Ulama Se-Yogyakarta bermusyawarah menanggapi semua permasalahan yang muncul di permukaan, baik yang terjadi antar organisasi, warga masyarakat dan semua pihak terkait, terutama untuk menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kerukunan antar ummat serta menjaga segala bentuk kemungkinan terjadinya konflik. Pada akhirnya para Kiai mendasari pada pertimbangan kaidah ushul fiqh Dar’u al-mafasid muqoddamun ‘ala jalb al-mashalih (menghindari kerusakan lebih diutamaken atas upaya membawa kebaikan), diputuskan bahwa Tempat pelaksanaan Harlah PCNU Kota Jogja bergeser/pindah ke Universitas Nahdlatul Ulama di Jalan Lowanu Umbulharjo Jogja. *

Advertisement

Populer