Keringat berfungsi menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu luar yang ditandai dengan pengeluaran cairan dari dalam kulit. Namun, bagaimana bila ada orang yang terlalu sering berkeringat atau selalu berkeringat setiap saat? Ini mungkin pertanda hiperhidrosis.
Apa itu hiperhidrosis?
Hiperhidrosis adalah suatu kondisi di mana tubuh menghasilkan keringat berlebih pada saat tubuh tidak seharusnya berkeringat, seperti saat cuaca dingin atau tidak ada pemicunya.
Gejalanya dapat muncul dengan frekuensi yang bervariasi, minimal satu hari dalam seminggu. Bagian tubuh yang berkeringat dapat berbeda-beda, atau bahkan seluruh tubuh baik bagian kanan dan/atau bagian kiri.
Walau begitu, terdapat beberapa bagian tubuh yang lebih sering mengalami kondisi ini, seperti ketiak, telapak tangan dan kaki, wajah, dada, serta di sekitar selangkangan.
Berdasarkan penyebabnya, hiperhidrosis terbagi menjadi dua jenis, yaitu hiperhidrosis primer dan hiperhidrosis sekunder.
Hiperhidrosis primer
Pada jenis primer, penyebab penyakitnya seringkali tidak diketahui dengan jelas, tapi kemungkinan besarnya terjadi karena peningkatan aktivitas saraf simpatis atau bisa juga karena penyebaran kelenjar ekrin dalam tubuh yang tidak normal.
Jenis ini terjadi pada area tubuh yang sangat spesifik dan biasanya lebih merata, baik bagian tubuh di sebelah kiri dan sebelah kanan sama-sama terdampak. Area yang sering berkeringat adalah tangan, kaki, ketiak, serta wajah atau kepala.
Hiperhidrosis primer kerap dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja, kebanyakan diawali dengan keluarnya keringat berlebih pada telapak tangan dan kaki.
Orang-orang yang mengalami kondisi ini biasanya mengalami keringat berlebih sedikitnya satu kali seminggu. Namun, gejalanya jarang terjadi ketika mereka tidur di malam hari.
Hiperhidrosis sekunder
Pada jenis sekunder, keringat yang keluar berlebihan disebabkan oleh kondisi lain yang dimiliki para penderitanya. Jenis ini terbagi lagi atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
- Hipohidrosis emosional, dipicu oleh perasaan takut dan cemas. Umumnya menyerang ketiak, telapak tangan, dan telapak kaki.
- Hipohidrosis lokal, disebabkan oleh kerusakan saraf simpatis yang terjadi karena cedera dari kecelakaan atau bawaan lahir.
- Hiperhidrosis general, muncul karena gangguan saraf otonom (saraf tepi) atau adanya penyakit lain seperti diabetes insipidus, penyakit jantung, Parkinson, efek menopause, dan efek obat-obatan.
Selain penyebab, yang membedakan jenis sekunder dan jenis primer adalah waktu kemunculannya. Mereka yang mengalami jenis sekunder sering berkeringat pada malam hari saat tidur. Kejadiannya juga baru dimulai pada saat seseorang telah dewasa.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Tidak diketahui secara pasti berapa banyak individu yang mengalami hiperhidrosis di Indonesia. Namun, diperkirakan ada sekitar 1 persen penduduk di dunia yang memiliki kondisi ini. Jumlah ini masih bisa bertambah mengingat banyak kasus yang tidak didata.
Baik laki-laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk mengalami hiperhidrosis. Hanya saja, hiperhidrosis lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pria.
Kondisi ini kemungkinan dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya, dengan peluang lebih besar sekitar 30 – 50% penderita memiliki riwayat keluarga hiperhidrosis.
Gejala hiperhidrosis pertama kali dapat muncul pertama kali pada setiap usia, tapi munculnya gejala dan perkembangan sebagian besar terjadi pada usia remaja hingga dewasa awal.
Apakah hiperhidrosis berbahaya?
Pada dasarnya hiperhidrosis tidak mengancam jiwa seseorang dan tidak menyebabkan komplikasi lainnya.
Akan tetapi, individu yang mengalami hiperhidrosis sering kali merasa cemas dan tidak nyaman akan kondisinya sehingga mereka lebih menghindari kontak dengan orang lain maupun mengendalikan kondisinya meskipun dapat dikendalikan.
Hal tersebut mengakibatkan orang-orang dengan kondisi ini akan menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka jarang berpartisipasi dalam kegiatan sosial terutama yang menyangkut aktivitas fisik seperti olahraga karena takut akan berkeringat.
Segera lakukan upaya pengendalian dan konsultasikan dengan dokter umum Anda jika kondisi tersebut sudah dirasa mengganggu aktivitas berikut ini.
- Merasa bahwa harus menghindari kontak fisik dengan orang lain, seperti berjabat tangan.
- Merasa terlalu khawatir akan keringat setiap saat.
- Memilih menarik diri dari kegiatan olahraga dan belajar.
- Mengganggu pekerjaan seperti tidak bisa menulis atau mengetik.
- Terlalu sering berganti pakaian atau mandi.
- Menarik diri dari lingkungan sosial.
Jika Anda memiliki kondisi penyakit yang memicu hiperhidrosis, perhatikan perkembangan penyakit Anda dan segera berobat jika kondisi berkeringat bertambah parah dan menyebabkan:
- penurunan berat badan secara drastis,
- disertai dengan demam, nyeri pada dada, kesulitan bernapas dan jantung berdebar,
- dada terasa tertekan saat berkeringat, serta
- gangguan saat waktu tidur.
Pada beberapa kasus, bila tidak ditangani dengan baik, hiperhidrosis juga dapat berujung pada masalah lain seperti infeksi jamur akibat kondisi tubuh yang lembab, kelainan kulit seperti bisul dan kutil, serta bau badan.
Bagaimana cara mengendalikan keringat berlebih?
Penanganan awal yang sebaiknya dilakukan saat tahu bahwa Anda memiliki kondisi hiperhidrosis adalah dengan mengubah gaya hidup Anda sehari-hari. Di bawah ini adalah beberapa hal yang dianjurkan.
- Mengenakan baju tipis dan longgar.
- Menghindari pemicu berkeringat berlebih seperti konsumsi alkohol dan makanan pedas.
- Mengenakan pakaian berwarna gelap untuk menyamarkan bercak saat berkeringat.
- Menghindari pakaian ketat dengan serat buatan seperti nilon.
- Menggunakan kaus kaki yang dapat menyerap keringat dan menggantinya setiap hari.
- Menggunakan sepatu yang berbeda setiap hari.
Jika tidak berhasil dan kondisi hiperhidrosis terlalu mengganggu aktivitas Anda, terdapat beberapa produk dan terapi yang mungkin dapat ditawarkan sebagai berikut.
- Antiperspirants untuk menekan produksi keringat.
- Menjalani iontophoresis yang merupakan terapi listrik bertegangan rendah pada area tubuh yang sering berkeringat.
- Injeksi botulinum toxin untuk menghambat kinerja saraf yang memproduksi keringat di bawah lengan.
- Tindakan operasi endoscopic thoracic sympathectomy (ETS) pada area tubuh yang berkeringat dengan memutuskan saraf.
Pada umumnya hiperhidrosis mempengaruhi kondisi seseorang seumur hidup, namun bagi sebagian orang gejala dapat membaik setelah dikendalikan.
- Politik20 jam ago
Debat Kedua Pilkada Tangsel, Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan Sodorkan Program Pengentasan Kemiskinan
- Nasional9 jam ago
Kelola Pasar Gas Bumi, Keberadaan PGN Sesuai dengan UUD 1945
- Nasional8 jam ago
Wapres Gibran Rakabuming Tegaskan Pemuda Sebagai Ujung Tombak Menuju Indonesia Emas 2045
- Nasional8 jam ago
Hadiri CEO Roundtable Forum, Presiden Prabowo Subianto Raih Komitmen Investasi 8,5 Miliar Dolar AS
- Hukum8 jam ago
Dittipidsiber Bareskrim Polri Tangkap Kembali DPO Kasus Judi Online W88 di Filipina
- Nasional15 jam ago
Presiden Prabowo Subianto akan Hadiri Undangan Raja Charles III hingga PM Keir Starmer
- Nasional2 jam ago
Menag Nasaruddin Umar dan Sekjen IIFA Bahas Peran Masjid untuk Pendidikan Islam
- Nasional2 jam ago
Wamenag: KPMN 2024 Bekali Peserta Semangat Kebangsaan