Connect with us

Nasional

BNPB Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca

Operasi TMC jadi alternatif dari BNPB, BMKG, BRIN, TNI-AU dan lintas stakeholder lainnya dalam memitigasi bencana hidrometeorologi, baik kering maupun basah.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut musim hujan di Indonesia akan berlangsung hingga April 2024. Sebagian wilayah bahkan sudah dilanda hujan sejak November 2023.

Menurut laman @infobmkg, Kamis (11/1/2024) hingga pekan pertama Januari 2024, sudah 61 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Sementara itu, puncak musim hujan 2024 di Indonesia diprediksi berlangsung pada Januari hingga Februari 2024. Hal itu ditandai dengan hujan yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia dan akumulasi curah hujan yang tinggi.

BMKG menjelaskan, musim hujan di wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh aktifnya Monsun Asia. Monsun Asia membawa massa udara lembab yang berasal dari Benua Asia menuju Benua Australia melalui Benua Maritim Indonesia.

Advertisement

Musim hujan dimulai dari bagian utara Pulau Sumatra menuju ke selatan secara gradual dan selanjutnya ke wilayah bagian timur Indonesia. Wilayah ini yang mengalami puncak musim hujan pada Januari-Februari 2024. Yakni, Jambi bagian barat, Sumatra Selatan bagian selatan, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi bagian utara, sebagian Maluku Utara, Papua Barat bagian selatan, dan Papua bagian barat.

Oleh karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaksanakan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) sebagai upaya mitigasi dan antisipasi dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi basah di awal tahun 2024. Langkah ini dilakukan BNPB bersama lintas kementerian/lembaga (K/L) seperti BMKG, BRIN, Kementerian Perhubungan, TNI, Polri dan sektor lainnya.

Tim BNPB, BMKG, BRIN, Kemenhub dan TNI AU kemudian membentuk posko utama di Base Ops Pangkalan Udara Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten. Bandara seluas 170 hektare itu dipilih mengingat lokasinya sangat strategis untuk mencakup wilayah Banten, DKI Jakarta hingga Jawa Barat. Selain itu, frekuensi penerbangan di bandara Pondok Cabe juga tidak terlalu padat sehingga dipastikan tidak mengganggu lalu lintas udara.

Menyemai Garam

Advertisement

Seperti apa operasi TMC dijalankan? Pada Rabu (3/1/2024), operasi TMC yang pertama dilakukan dengan dukungan pesawat Cessna 208 Caravan BNPB bernomor lambung PK-SNS yang dioperasikan PT Smart Cakrawala Aviation. Operasi TMC tersebut dilakukan sebanyak satu kali sorti selama 2 jam 18 menit dengan menaburkan Natrium Clorida (NaCl) atau garam dapur di atas langit wilayah Kabupaten Bandung bagian barat dan Kabupaten Sukabumi bagian utara. Penyemaian itu dilakukan di atas ketinggian 11.000 kaki dengan menghabiskan bahan semai NaCl sebanyak 1 ton.

Berikutnya, pada Kamis (4/1/2024), operasi TMC dilakukan sebanyak dua kali sorti. Adapun sorti yang pertama menyisir wilayah Selat Sunda, Laut Jawa, hingga di atas langit Kepulauan Seribu. Selanjutnya sorti yang kedua menyasar wilayah Selat Sunda, Banten, bagian barat daya hingga utara dan wilayah selatan Kabupaten Pandeglang. Kedua sorti dalam operasi TMC hari kedua ini sama-sama dilakukan di atas ketinggian 11.000 kaki dengan menaburkan bahan semai NaCl masing-masing sebanyak 1 ton.

Pantauan satelit GSMaP pada 4 Januari 2024 menunjukkan, terjadi hujan ringan hingga sangat lebat di wilayah Jawa bagian barat, dengan curah hujan tertinggi mencapai 150 milimeter sebelum masuk Kabupaten Serang bagian utara. Berikutnya pada hari Jumat (5/1/2024), operasi TMC kembali dilakukan sebanyak dua kali sorti dan seluruhnya menyasar ke wilayah Laut Jawa dengan total bahan semai NaCl masing-masing 1 ton setiap sortinya dan dijatuhkan dari ketinggian antara 10.000-11.000 kaki.

Selanjutnya pada Sabtu (6/1/2024) operasi TMC dilakukan sebanyak tiga kali sorti dengan menyemaikan NaCl masing-masing 1 ton. Pada sorti pertama dilakukan di wilayah Selat Sunda pada ketinggian antara 9.000 hingga 11.000 kaki.

Advertisement

Sorti yang kedua dilakukan di wilayah timur Teluk Jakarta dan Laut Jawa di bagian timur laut di atas ketinggian 11.000 kaki. Sorti ketiga dilakukan di wilayah perairan selatan Pulau Jawa bagian barat dengan ketinggian 10.000 sampai 11.000 kaki. Operasi TMC lintas kementerian/lembaga pemerintah dan berbagai sektor ini berlangsung sampai Senin (8/1/2024).

Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat (DSDD) Kedeputian Bidang Penanganan Darurat BNPB Agus Riyanto mengatakan bahwa upaya TMC ini dapat dimaknai sebagai upaya meminimalisir dampak risiko bencana hidrometeorologi. Tentunya, dengan memakai teknologi yang ada.

Operasi TMC merupakan salah satu alternatif yang sudah beberapa kali dilakukan BNPB, BMKG, BRIN, TNI-AU dan lintas stakeholder lainnya untuk mitigasi bencana hidrometeorologi kering maupun basah. Pada kasus kekeringan, TMC dilakukan untuk menurunkan hujan ke wilayah terdampak maupun titik-titik kebakaran hutan dan lahan. Sedangkan untuk kondisi seperti saat ini, TMC dilakukan untuk redistribusi curah hujan, sehingga hujan diharapkan dapat turun di wilayah lain dan tidak terfokus di satu daerah.

Pihak BNPB juga menerangkan bahwa meski TMC ini dilakukan, maka bukan berarti kemudian tidak memerlukan lagi mitigasi dan antisipasi. Sebab, faktor pemicu terjadinya bencana tidak hanya cuaca saja, melainkan dari berbagai hal mulai dari bagaimana kondisi hulu hingga tata kelola di bagian hilirnya.

Advertisement

Populer