Connect with us

Oleh: Dahlan Iskan

Mahathir segera berakhir. Tidak akan sampai dua tahun. Di kursi perdana menteri itu.
Anwar Ibrahim sudah memutuskan: ikut pemilu. Agar bisa segera. Menjadi anggota DPR. Sebagai syarat jadi perdana menteri.

Sejak awal skenarionya memang begitu. Lewat pemilu sela.

Waktu itu Anwar terlalu terlambat. Dikeluarkan dari penjara. Tidak keburu mendaftar ikut pemilu. Tanggal 9 Mei lalu.

Advertisement

Maka, waktu itu, Mahathir Muhamad yang disepakati. Menjadi perdana menteri. Setelah Pakatan Harapan mengalahkan UMNO. Dan Perdana Menteri Najib Razak harus berhenti.

Tapi tidak pernah ada kesepakatan: untuk berapa lama Mahathir di singgasana. Ada yang menyebut dua tahun saja. Anwar seperti memberi harapan lebih.

”Jangan ada frame waktu seperti itu. Nanti membuat perdana menteri seperti lame duck,” kata Anwar.
Maksudnya, begitu rakyat tahu Mahathir hanya dua tahun kepemimpinannya tidak akan efektif. Akan muncul sikap setengah hati. Bagi para menteri. Maupun Mahathir sendiri.

Kini lame duck itu justru kian nyata. Dalam hitungan bulan saja.

Advertisement

Akhir tahun ini Anwar Ibrahim bisa terpilih jadi anggota DPR. Awal tahun depan sudah bisa jadi perdana menteri. Kalau Tuhan menghedaki.

Jalan menuju DPR itu ternyata tidak seperti rencana semula. Awalnya dikira sang istri yang mundur dari DPR: Wan Azizah. Dari dapil di Penang. Agar Anwar, sang suami, bisa ikut pemilu sela di dapil itu.

Ternyata sang istri jadi wakil perdana menteri. Kalau mundur dari DPR jabatan itu juga harus ditinggalkan.
Lalu dikira putrinya yang mundur dari DPR: Nurul Izzah. Tapi di dapil putrinya itu rawan. Calon dari partai UMNO cukup kuat. Jangan-jangan Anwar nanti tidak berjaya.

Tapi tidak masalah. Terlalu banyak tawaran untuk Anwar. Dari dapil-dapil lain. Begitu banyak yang siap mundur dari DPR. Demi memberi jalan pada Anwar Ibrahim.

Advertisement

Misalnya dapil Sungai Petani, Alor Setar dan Port Dickson. Mereka sangat berharap. Agar Anwar mau maju dari dapil itu. Demi kemajuan negara bagian mereka.

Akhirnya Anwar memilih yang Port Dickson. Kota di tepi pantai barat semenanjung Malaka. Kota pelabuhan yang terkenal. Yang dulu disebut Teluk Kemang. Kursi DPR Port Dickson itu sekarang diduduki Datuk Danyal Balagopal Abdullah.

Baru pertama ini Danyal jadi anggota DPR. Baru 4 bulan pula. Sudah rela meninggalkan kursinya. ”Saya lihat Datuk Danyal serius sekali. Minta-minta saya menggantikannya,” ujar Anwar. ”Saya pun menemuinya. Membicarakannya. Lalu saya putuskan menerima,” tambahnya.

Datuk Danyal keturunan India. Ia pensiunan Angkatan Laut Diraja Malaysia. Ia masuk partai belum lama. Tapi aktif sekali. Untuk mengubah Malaysia. Dari gaya pemerintahan lama.

Advertisement

Ia ikhlas jadi aktivis Partai Keadilan Rakyat. Yang didirikan Anwar Ibrahim. Tidak mengharapkan apa-apa. Tidak tertarik kursi. Pencalonannya di DPR itu karena perintah partai. Itu pun sudah jam-jam terakhir. Hanya 11 jam sebelum pendaftaran ditutup. Terpilih. Dapat 36.000 suara. Lawannya, dari UMNO hanya dapat 16.000 suara. Yang dari PAS lebih kecil lagi.

Datuk Danyal orangnya serius. Badannya dempal. Rambutnya sudah memutih. Potong pendek, tapi tidak sampai sependek potongan militer. Disisir rapi.

Waktu mengumumkan pengunduran dirinya, lebih 5 kali Datuk Danyal menyebut ini: Yang berbahagia Datuk Anwar Ibrahim, Perdana Menteri in waiting.

Ia tidak sabar menunggu. Anwar Ibrahim jadi perdana menteri baru. Ia istilahkan: dari penjara ke istana.
Datuk Danyal menyebut Anwar Ibrahim sebagai Mandelanya Malaysia. Ia terkesan atas dua hal: perhatian Anwar ke orang miskin dan ke golongan minoritas. ”Saya ini dari desa. Tahu miskinnya orang desa,” katanya.

Advertisement

Ia menampik anggapan kurang bertanggung jawab. Terutama pada konstituennya di Port Dickson.
”Justru saya lebih bertanggung jawab. Dengan Anwar Ibrahim jadi anggota DPR dari Port Dickson dan nanti jadi perdana menteri Port Dickson lebih maju,” katanya.

Anwar, katanya pemimpin yang hebat. 30 tahun berjuang tanpa lelah. Saya akan selalu di sebelahnya. Katanya.
Itu pula yang membuat Anwar terharu.

Di politik itu, katanya, sering terjadi: pada mulanya ok tapi kemudian tidak ok. Datuk Danyal ok oce.(dahlan iskan)

Advertisement

Populer