Opini
Makna Sosial Puasa
Oleh: H. Veri Muhlis Arifuzzaman, M.Si *
Dalam banyak literatur Islam, Ramadhan diceritakan sebagai bulan penuh keutamaan. Terdapat media pelatihan banyak untuk setiap insan yang mengalaminya. Tapi mayoritas muslim membatasi pada menahan lapar dahaga dari fajar menyingsing sampai matahari tenggelam. Karena, lapar dahaga yang paling mungkin dirasakan langsung oleh orang berpuasa.
Perlu kelapangan rasa dan fikiran untuk menangkap banyak keutamaan yang ditawarkan Ramadhan. Mengingat puasa yang sering menyesatkan orang dalam merengkuh keutamaan ramadhan itu, masih saja dipahami sebagai ketentuan fikih saja. Ada potensi untuk menolak efek glory dari pelaksanaan puasa dalam dimensi luas.
Mungkin satu sisi, fikih sangat diperluan bagi pelaksana puasa agar sesuai ketentuan hukumnya. Hanya sisi lain ibadah puasa jangan sampai dilupakan meski godaan untuk melewatkannya begitu atraktif. Fungsi fikih harus diperkaya dengan kecakapan menyelami makna hakikat puasa bagi kehidupan. Hikmah puasa jangan sampai tenggelam oleh rintihan menahan lapar dahaga di siang hari.
Adalah Ali Iyazi, seorang pengkritik praktik fikih sekaligus provokator hikmah mengatakan hikmah satu ibadah adalah kunci berhamda paling otentik. Lewat bukunya “hikmatu tasyfi wa falsafatuhu; hikmah dan filosofi syariah”, Ali Iyazi mencoba menjelaskan pada kita bahwa hikmah satu ibadah bisa menjadi sentuhan menentukan untuk merengkuh fungsi aktual satu ibadah.
Satu sisi saja, makna sosial dari lapar dahaga di siang hari bagi pelaksana puasa. Mereke bisa merasakan bagaimana lingkungan sekitar para penderita penyakit sosial. Yang telah lama dibenturkan dengan sistem sosial yang tidak berkeadilan. Dari mulai kecil menimba ilmu sampai menjadi dewasa yang penuh dengan kosakata kedzaliman. Seringnya mereka membentur ruang hampa, termasuk pada keyakinan ke-Islaman itu sendiri.
Ternyata, keyakinan ke-Islaman itu sangat menyejukkan bagi di dalam simbol-simbol keta’atan gaduh penuh citra. Sering terlihat dengan bungkusan ragam cara beribadah. Bahkan diperdengarkan di mana-mana. Hampir membuat mereka bingung dan mempertanyakan sendiri keyakinan ke-Islaman yang selama ini dipegang.
Ini karena di dalam aspek paling terasa di dalam hidup, kedzaliman sosial masih memperlihatkan dirinya. Kesantunan sosial yang sedianya ditawarkan oleh puasa tergilas oleh kedzaliman sosial yang dipertontonkan oleh puasa yang terpaut karena lapar-dahaga.
Puasa belum mampu, misalnya, menahan laju memburu kekuasaan dengan tidak mengindahkan norma sosial. Daftar penyalahgunaan kekuasaan yang mengeruk hak sosial mereka tidak pernah menurun. Bahkan grafiknya semakin hari semakin terasa meninggalkan semua keinginan mulia pendiri negeri ini. Indonesia yang dimerdekakan belum merdeka hingga sekarang meski puasa terus-terusan dilaksanakan.
Selayaknya kita merenung, satu sisi saja untuk mengaktualisasikan pergerakan sosial karena puasa. Cobalah menikmati lapar-dahaga dengan mengindahkan kemampuan kita untuk mempertajam kepedulian sosial. Hingga bulan ramadhan pamit nanti, para penderita sosial berkurang secara bertahap. Niatkanlah aktualisasi pergerakan sosial setiap hari dengan segala fungsi sosial yang dimiliki.
Moga saja puasa tahun ini bisa memberikan pancaran perbaikan tatanan sosial. Tidak akan bisa diraih hanya mengandalkan mimpi dari pemaknaan setiap pesan puasa. Tapi harus diwujudkan dengan aksi taktis dan kongkrit di lapangan. Biarkanlah sedikit, asal berarti dan terasa bagi perbaikan sistem sosial masyarakat. Yakin usaha sampai!
*Penulis adalah Ketua Perhimpunan Menata Tangsel, Dosen Metodologi Hukum Islam di Sekolah Tinggi Perencanaan Keuangan Syariah (IARFC) Jakarta.
Twitter: @verimuhlis
Website: verimuhlis.com, verimuhlisariefuzzaman.com
- Pemerintahan7 hari ago
Pemkot Tangsel Raih Penghargaan Realisasi DAK Fisik Tercepat 2024
- Tangerang Selatan7 hari ago
Bersama Tangsel Ska Orchestra, Pilar Saga Ichsan Pukau Ribuan Penonton di Tangsel Sejiwa Fest 2024
- Pemerintahan7 hari ago
DWP Tangsel Raih Juara 1 Apresiasi E-Reporting dan E-Asuh Tingkat Provinsi Banten
- Pemerintahan7 hari ago
Tutup Tangsel Sejiwa Fest 2024, Benyamin Davnie: Tahun Depan Kita Bikin Lebih Seru Lagi
- Pemerintahan7 hari ago
ICCF 2024: Transformasi Tangsel dari Kota Satelit ke Pusat Ekonomi Kreatif
- Pemerintahan6 hari ago
Tangsel Investment Forum 2024, Benyamin Davnie: Kita Dorong Investasi di Sektor Wisata Kesehatan
- Pemerintahan7 hari ago
ICCF 2024: Penanaman Pohon di Kampung Keranggan, Perkuat Ekosistem Hijau di Tangsel
- Tangerang Selatan7 hari ago
Ditutup Kotak Band, Hari Pertama Tangsel Sejiwa Fest 2024 Sukses Pukau Puluhan Ribu Penonton