Connect with us

Opini

Percaya Kemampuan Diri | Mimbar Jum’at | Oleh: @Verimuhlis

*H. Veri Muhlis Arifuzzaman, S.Ag., M.Si.

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Nabi Daud tidak makan melainkan dari hasil usahanya sendiri”. [HR Bukhari, no. 2073].

Hadits mengisyaratkan agar kita berusaha dengan kemampuan diri untuk kemudian menikmati hasilnya. Pada hadis lain, Rasulullah bersabda, “tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud juga makan dari hasil usahanya sendiri”. [HR Bukhari, no. 2072]

Dengan nada berbeda, Pramoedya Ananta Tour memberi penekanan, “berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalaman sendiri.” Sebuah kalimat bijak yang bisa kita rasakan dari sosok seorang yang teguh pendirian. Yakni sosok yang tidak silau dengan hasil sementara orang lain yang tampak menggiurkan, menjadikan diri sendiri sebagai pusat kesadaran untuk meraih keutamaan hidup.

Advertisement

Kalimat di atas dialamatkan pada setiap individu yang belum percaya akan dirinya sendiri. Ini mirip ungkapan mutiara Arab dari Ali bin Abi Thalib, “bukanlah seorang pemuda yang mengatakan ‘ini bapakku’, pemuda ialah yang berkata ‘inilah aku’.” Terlebih selalu menggantungkan pada kekuatan personalitas orang lain. Tidak mampu meyakinkan dirinya sebagai pusat kesadaran di dalam memperbaiki diri.

Keyakinan diri menjadi kekuatan luar biasa kala terjadi sebuah kegagalan. Biasanya orang menganggap kegagalan secara negatif, hingga mencaci dirinya karena tak bisa melakukan yang terbaik. Padahal, “kegagalan adalah awal dari kesuksesan,” begitu biasa kita dengar. Dan kegagalan menjadikan kita mampu untuk berguru pada pengalaman. Sehingga, kita tidak terjatuh ke dalam lubang yang sama di masa mendatang.

Kita masih ingat seorang Alfa Edison, pemuda yang diyakini oleh sebagain besar teman, termasuk gurunya, tidak akan mampu berhasil di dalam hidupnya. Di suatu hari, ibunda Edison memberi satu poin penting yang menyebabkan dirinya bangkit untuk melahirkan sebuah karya. Ibunda Edison hanya mengatakan dengan penuh kasih sayang:

“Nak, aku yakin kamu bisa melakukan sesuatu yang engkau inginkan. Jangan takut engkau gagal untuk menemukan apa yang engkau cari,” ujar sang ibunda meyakinkan.

Advertisement

Selepas itu Edison terus berusaha hingga akhirnya mampu menemukan bola pijar untuk dijadikan penerang. Semua orang di sekelilingnya kaget campur bertanya, “kenapa untuk seukuran Edison dengan kecerdasan biasa bahkan di bawah rata-rata bisa menemukan lampu pijar?”

Keraguan itu dijawab dengan elegan oleh sang penemu, bahwa yang memberikan keyakinan dirinya untuk belajar dari pengalaman adalah ibunda tercintanya. Keyakinan yang sangat dalam di tengah hampir semua orang sekelilingnya bersorak setiap ia gagal menemukan lampu pijar itu.

Dalam sejarah Islam, Muhammad dikenal sebagai saudagar sukses yang dipercaya seorang janda kaya bernama Khadijah. Selain modal kejujuran di dalam melakukan aktifitas jual-beli, Muhammad diketahui rajin mengikuti setiap usaha dagang pamannya. Hampir setiap kunjungan dagang di jazirah Arab, sang paman selalu menyertakan Muhammad. Syahdan, banyak belajar tentang dunia perdagangan.

Selepas itu, Muhammad percaya bahwa dirinya mampu mengambil peran dan tanggungjawab yang lebih dari biasanya. Berkat kemampuan itulah khadijadih memercayakan barang dagangannya kepada Muhammad. Beliau dipercaya mampu menawarkan barang dengan baik, lihai membangun relasi serta amanah menjankan tanggungjawab sehingga diberi gelar al-amîn (yang terpercaya).

Advertisement

Berkaca pada pengalaman Edison dan Muhamamad, kita harus terus melakukan upaya sistematis untuk mengetahui dan mengukur kemampuan diri kita. Kita juga disarankan mengangkat seorang mentor, jika diperlukan, untuk sekedar bertanya atau share tentang cara-cara efektif dalam meraih keinginan hidup.

Tak cukup sampai di situ, yang paling penting ialah kita mampu menarik pengalaman gagal tanpa harus kehilangan kepercayaan diri. Jangan sampai kita larut dalam rutinitas pekerjaan yang tercerabut dari misi pembelajaran. Karena pembelajaran paling efektif adalah dengan mengerjakan, untuk mendapatkan suasana batin dari setiap yang kita kerjakan. Hikmah dari mencoba sendiri adalah terlihat utuh semua usaha kita, sampai akhirnya menjadikan diri kita berhasil menuntaskan setiap pekerjaan.

veri muhlis arifuzzaman   *Penulis adalah Ketua Perhimpunan Menata Tangsel, Alumni Pondok Pesantren Daar ElQolam

  Twitter: @Verimuhlis

 Website: verimuhlis.com

Advertisement

Populer