Connect with us

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Islam di Indonesia bukan Islam yang radikal. Begitupula dengan Islam MUI (Majelis Ulama Indonesia). “Islam Radikal bukan Islam MUI,” tegasnya di hadapan peserta Halaqah Nasional Alim Ulama Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (13/7/2017).

Pada kesempatan itu Jokowi menyampaikan keinginannya, agar ke depan ulama, umaro dan seluruh perangkat negara bisa berjalan berdampingan untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara, mambangun hubungan yang baik.

Ia sempat menceritakan, bahwa selama kunjungannya ke luar negeri, bahwa kepala negara/pemerintahan, menanyakan tentang bagaimana mengelola Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau, 714 suku dan ragam agama.

Halaqah Nasional Alim Ulama Majelis Dzikir Hubbul Wathon dihadiri Presiden Jokowi

“Banyak presiden, raja, selama saya berkunjung mengaku terpesona dengan kerukunan yang ada di Indonesia. Ini artinya, Indonesia menjadi rujukan dunia,” tegasnya.

Advertisement

Jokowi memberikan contoh, tentang bagaimana kasus konflik di Afghanistan terjadi perang saudara akibat dua kelompok yang bertikai, sehingga pecah menjadi 40 faksi-faksi.

Beberapa pimpinan negara, raja, mengatakan ingin banyak belajar dengan Indonesia. Bila perlu nanti ada delegasi dari Indonesia untuk diajak bertukar pikiran, memberikan masukan, Jokowi menambahkan.

Di akhir pidatonya, ia menyinggng tentang jangan ada lagi politik tertutup, politik terbuka yang memiliki agenda untuk mengganti Pancasila dengan ideologi lain atau mengganti tatanan negara dengan sistem lain. Yang harus difokuskan sekarang, kata dia adalah bagaimana membangun ekonomi keummatan. (sm/fid)

Advertisement

Populer