Connect with us

Lifestyle

Bukan Ular atau Kelelawar, Novel Coronavirus Berasal dari Trenggiling

Novel coronavirus yang kini merebak di 28 negara sempat diduga berasal dari ular dan kelelawar. Akan tetapi, dugaan ini ditampik oleh beberapa peneliti di Tiongkok, setelah mereka meneliti sampel virus pada lebih dari 1.000 hewan liar. Hasil pengamatan tersebut menemukan bahwa novel coronavirus kemungkinan berasal dari trenggiling.

Coronavirus adalah virus yang menular dengan perantara hewan. Jenis hewan yang berpotensi menyebarkan coronavirus pun beragam, mulai dari yang umum dikonsumsi hingga yang jarang ditemui seperti kelelawar dan trenggiling.

Banyaknya hewan yang berpotensi menyebarkan coronavirus menjadi kendala bagi peneliti dalam melacak penyebarannya. Lantas, bagaimana coronavirus akhirnya bisa ditemukan pada trenggiling?

Mengenal berbagai hewan penyebar coronavirus

Sumber: Wikimedia Commons

Coronavirus merupakan kelompok virus yang kerap menginfeksi saluran pernapasan manusia dan hewan. Virus berukuran besar ini terbagi menjadi beberapa tipe, dan novel coronavirus yang berasal dari Kota Wuhan, Tiongkok, adalah jenis yang paling baru.

Ada empat genus (marga) coronavirus yang sudah diketahui, yakni:

Advertisement
  • Alphacoronavirus dan betacoronavirus, hanya ditemukan pada mamalia seperti kelelawar, babi, serta manusia.
  • Gammacoronavirus dan deltacoronavirus, keduanya bisa menginfeksi mamalia serta burung.

Sebelum muncul isu novel coronavirus berasal dari trenggiling, peneliti di Tiongkok pada Januari lalu meyakini virus ini menyebar melalui ular. Dalam Journal of Medical Virology, mereka menyebut virus berpindah ke manusia melalui konsumsi daging ular.

Namun, hasil studi ini menuai kritik karena coronavirus belum terbukti dapat menjangkiti hewan selain mamalia dan burung. Menurut peneliti dari Pasteur Institute of Shanghai, Tiongkok, hewan penyebar virus berkode 2019-nCoV ini kemungkinan besar adalah kelelawar.

Mereka menemukan kemiripan antara 2019-nCoV dan coronavirus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang pernah mewabah pada 2003 lalu. Keduanya termasuk dalam kelompok betacoronavirus dan banyak ditemukan pada kelelawar.

Analisis genetik juga menunjukkan bahwa tipe virus yang saat ini mewabah 96% mirip dengan coronavirus pada kelelawar. Seluruh dunia pun meyakini coronavirus memang berasal dari kelelawar, hingga muncul hasil studi yang menemukan kaitan antara virus ini dengan trenggiling.

Belum lama ini, peneliti di Tiongkok dan Prancis menemukan bahwa mamalia yang menjadi asal penyebaran novel coronavirus bukanlah kelelawar, melainkan trenggiling. Seperti kelelawar, hewan ini pun dijual di Pasar Huanan, Wuhan, dan kerap dikonsumsi.

Advertisement

Menurut Arnaud Fontanet, seorang peneliti epidemiologi dari Pasteur Institute Prancis, coronavirus tidak berpindah secara langsung dari kelelawar ke manusia. Virus ini butuh hewan perantara untuk berpindah spesies, dan trenggiling mungkin adalah perantaranya.

Trenggiling, mata rantai penyebaran coronavirus dari kelelawar

Sumber: Wikipedia

Ada banyak hewan yang dapat menyebarkan virus ke spesies lain, dan hampir semua tipe coronavirus yang menjangkiti manusia ditularkan dari hewan liar. Kendati demikian, perpindahan virus dari hewan ke manusia tidak selalu terjadi secara langsung.

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa virus yang berasal dari kelelawar tidak mempunyai molekul yang diperlukan untuk menempel pada reseptor sel manusia. Virus-virus ini memerlukan missing link, atau mata rantai berupa hewan perantara.

Hewan yang menjadi perantara tidak selalu diketahui. Pada kasus novel coronavirus, peneliti awalnya belum menduga penyebarannya bersumber dari trenggiling. Fontanet meyakini perantaranya merupakan mamalia dari famili hewan yang sama dengan luak.

Pada 2003 ketika SARS merebak, mata rantai penularannya juga berasal dari kerabat luak, yakni musang. SARS-CoV dari kelelawar awalnya menjangkiti musang, kemudian berpindah ke manusia yang mengonsumsi daging hewan ini.

Advertisement

Guna menentukan mata rantai penyebaran novel coronavirus, peneliti dari South China Agricultural University, Tiongkok, menguji sampel virus pada lebih dari 1.000 jenis hewan liar. Hasilnya, urutan gen virus pada trenggiling memiliki 99% kemiripan dengan coronavirus yang berasal dari Wuhan.

Sebelum studi ini dilakukan, banyak peneliti sebenarnya telah mencurigai trenggiling sebagai perantara penularan virus dari kelelawar ke manusia. Inilah mengapa para peneliti tidak terkejut begitu mengetahui coronavirus pada trenggiling memiliki molekul yang dibutuhkan untuk berikatan dengan sel tubuh manusia.

Temuan ini memang menjanjikan, tapi ini tidak dapat dijadikan satu-satunya bukti. Para peneliti masih harus melakukan investigasi lebih lanjut untuk betul-betul mengetahui dalang di balik wabah yang telah memakan korban jiwa ratusan orang ini.

Pentingnya memutus mata rantai penyebaran virus

Sumber: Business Insider Singapore

Hasil penelitian menemukan kaitan kuat antara susunan genetik virus pada trenggiling dengan novel coronavirus dari Wuhan. Walau demikian, masih ada banyak faktor yang perlu dikaji sebelum para peneliti dapat memastikan hal ini dan menyebarluaskannya.

Saat ini, langkah terbaik yang dapat dilakukan masyarakat adalah melakukan upaya pencegahan dan menghentikan konsumsi daging hewan liar. Pasalnya, kedua faktor tersebut berperan penting dalam mencegah wabah bertambah luas.

Advertisement

Trenggiling merupakan hewan yang dilindungi, bahkan beberapa spesies trenggiling kini tergolong sebagai hewan langka. Sayangnya, kondisi tersebut ternyata tidak cukup untuk menghentikan perburuan hewan liar yang merajalela.

Tingginya minat beberapa kelompok masyarakat terhadap daging hewan liar membuat perburuan kian marak. Sebelum novel coronavirus merebak, daging trenggiling adalah satu dari 112 jenis hewan liar yang dijual di sudut terdalam pasar tersebut.

Indonesia pun mempunyai beberapa tempat penjualan daging hewan liar yang mirip dengan Pasar Huanan di Tiongkok. Meski telah lekat dengan keseharian masyarakat, pasar hewan liar sebenarnya merupakan tempat ideal bagi berkembangnya virus baru.

Hingga saat ini, tidak ada laporan mengenai perkembangan novel coronavirus di pasar daging hewan liar yang ada di Indonesia. Namun, masyarakat disarankan untuk menghindari konsumsi daging liar guna mencegah penyebaran virus lebih lanjut.

Advertisement

Kabartangsel.com

Source

Populer