Connect with us

Pemerintahan

Mathodah: Kurikulum Pendidikan Lingkungan pada Tingkat SD Mulai Diajarkan Tahun Ini

Pada tahun ajaran baru 2016-2017 Kurikulum Pendidikan Lingkungan sudah mulai diajarkan pada siswa kelas 3 SD di seluruh sekolah di Tangsel. Hingga saat ini baru ada 30 sekolah yang dibina oleh Dinas Pendidikan dan IEPF dalam pelatihan.

Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) telah melakukan MoU dengan Indonesian Education Promoting Foundation (IEPF) dan didukung oleh Japan Cooperation Agency (JICA) untuk membuat Kurikulum Pendidikan Lingkungan pada Sekolah Dasar (SD) di Tangsel.

Kerjasama ini telah dilakukannya sejak tahun 2014, dengan menyusun sebuah buku guru dan buku siswa yang dirancang langsung oleh orang-orang yang ada di Tangsel. Setelah buku siswa dan buku guru rampung dibuat, kini saatnya mereka melatih para pengawas dan guru agar mampu mengimplementasikannya.

Pada tahun ajaran baru 2016-2017 Kurikulum Pendidikan Lingkungan sudah mulai diajarkan pada siswa kelas 3 SD di seluruh sekolah di Tangsel. Hingga saat ini baru ada 30 sekolah yang dibina oleh Dinas Pendidikan dan IEPF dalam pelatihan.

Pada Tanggal 2 hingga 4 Mei 2016 Dinas Pendidikan Tangsel bersama IEPF melakukan pelatihan kepada 25 pengawas SD untuk diberikan pemahaman tentang buku Kurikulum Pendidikan Lingkungan. Kegiatan ini dilakukan di Aula SMP Negeri 11 Tangsel.

Advertisement

“Kita memang sudah melakukan MoU dengan IEPF, mulai dari penyusunan kurikulum hingga buku jadi. Dalam penyusunannya saja kita sudah beberapa kali pergi ke Jepang dengan melibatkan guru dan tim penyusun kurikulum,” papar Kepala Dinas Pendidikan Tangsel Mathodah pada Selasa, 3 Mei 2016.

Menurutnya, pelatihan yang dilakukan kali ini bagus dan sangat diperlukan. Sebab dalam mengimplementasikannya nanti akan melibatkan para Pengawas. Ke depannya nanti pelatihan ini akan dilakukan kepada para guru pengajar.

“Kita sengaja membuat Kurikulum Pendidikan Lingkungan, karena ini dirasa perlu. Kita buat kurikulum agar bisa melakukan pembelajaran kepada siswa, dengan adanya kurikulum guru pun mengajarkannya jelas karena ada materi di dalam bukunya,” pungkasnya.

Sementara, Kepala Seksi SD pada Dinas Pendidikan Tangsel Yahya Sutaemi menjelaskan bahwa kurikulum yang dirancang ini untuk kota Tangsel. Dengan ini dirinya berharap Kota Tangsel akan tertata wilayahnya menjadi kota yang bersih, hijau, dan masyarakatnya disiplin. Hal ini harus dimulai dari SD.

Advertisement

Menurutnya, Kurikulum Pendidikan Lingkungan ini memiliki keterkaitan dengan kurikulum 2013. Pola pengajarannya bisa membentuk karakter yang disiplin, bertanggungjawab, dan pencinta lingkungan.

“Kita berupaya dari tingkat dasar ini, kita tidak  berfikir 1 atau 2 tahun tapi jauh sampai 10  hingga 20 tahun ke depan. Tidak hanya Kota Tangsel tapi juga Indonesia pun menjadi Negara yang bersih, mempunyai karakter, nyaman bagi semua orang,” paparnya.

Menurutnya, Kota Tangsel ini merupakan kota yang dipilih menjadi kota yang layak anak. Kota yang hijau, kota yang bersih untuk udara dan lingkungannya, ini akan dipertahankan dengan pola pendidikan lingkungan ini.

“Kita bekerja sama dengan JICA dan IEPF dari Jepang dalam rangka meneguhkan bahwa kita tidak sendirian bersama dengan masyarakat. Kita beruntung dibantu penuh oleh JICA dan IEPF dalam pelaksanaan  program lingkungan,” jelasnya.

Advertisement

Pada tahap ini, kata Yahya, diawali dengan memberikan pelatihan pada Pengawas di SD. Sebab Pengawas merupakan penjaminan mutu di garda depan. Kalau Pengawasnya sudah menguasai kurikulum ini, nanti gampang diimplementasikan pada tataran gugus.

“Ini jadi sebuah pilot proyek yang menghasilkan Kota Tangsel menjadi kota yang cerdas modern dan religius dalam proses yang dibingkai dalam pendidikan lingkungan sehinggga Kota Tangsel mejadi kota yang bersih indah berkarakter dan hijau,” ungkap dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Sementara, salah satu Tim Penyusun Kurikulum Pendidikan Lingkungan Yanti Herlanti mengatakan bahwa pelatihan ini diberikan pada para Pengawas untuk impelementasi pendidikan lingkungan di Tangsel.

“Pertama kita penyamaan persepsi dahulu, karena kita sudah membuat buku siswa dan buku panduan guru. Bagaimana isi dari buku tersebut dan pedagogiknya yang kita samakan persepsinya,” jelas Yanti.

Advertisement

Dijelaskan Yanti, pelatihan ini membahas dari sisi keluasan materi dan sisi target tujuan adanya pendidikan lingkungan. Paling tidak ada beberapa hal yang ingin dimunculkan. Seperti buang sampah pada tempatnya, melihat sampah mereka harus mengambil, pilah sampah, dan bisa mengajak keluarga untuk tertib membuang sampah.

“Sehingga pada akhirnya diharapkan mereka bisa membawa kebiasaan itu kepada teman dan keluarganya. Nantinya pengawas diharapkan bisa membentuk budaya sekolah yang akan diterapkan. Sebab, ini tergantung supervisi oleh Pengawas. Bagaimana budaya bisa diimpelementasikan dengan baik,” pungkasnya.

Pengawas nantinya bertugas memonitor, mengevaluasi dan menentukan target apa yang harus dilakukan oleh sekolah masing-masing di wilayah binaannya. (ts/fid)

Advertisement


Populer