Connect with us

Serpong Utara

Melirik Antusiasme Penumpang KRL Tengah Malam Serpong-Jakarta

Waktu menunjukkan pukul 23.10. Seorang lelaki paruh baya berbaju batik merah tergopoh-gopoh berlari menuju loket Stasiun Tanahabang, Jakarta Pusat. Sembari menggendong tas hitam, pria berambut cepak itu segera berlari menuruni tangga, menuju peron 5 untuk keberangkatan Kereta Commuter Line (KCL) menuju Serpong.

Sesampainya di peron yang dituju, lelaki itu tampak heran melihat jalur rel yang masih kosong. Dengan terengah-engah, ia pun berjalan mengampiri seorang anak muda yang tengah asyik memainkan BlackBerry (BB). “Keretanya belum datang, ya Dik?” tanya si Bapak ini.

“Belum Pak. Kan jamnya mundur,” jawab sang pemuda bertubuh kurus itu secara sopan.

Mendengar jawaban tersebut, raut wajah lelaki itu langsung lega. Sembari menghela napas panjang, ia pun melepas tas hitamnya, meletakkannya di bawah kaki, lalu duduk bergabung dengan belasan calon penumpang kereta lainnya sambil membakar kretek dari dalam saku bajunya. “Saya kira saya ketinggalan, untung deh kalau jamnya mundur,” katanya.

Di sisi kursi tunggu lainnya, seorang laki-laki bertubuh tambun tampak gusar. Ia berkali-kali menoleh ke arah rel untuk memastikan kedatangan kereta. “Kok jam segini kereta belum datang, gimana sih,” ujarnya menggerutu.

Advertisement

Pergeseran jam kedatangan dan keberangkatan KCL jurusan Tanahabang-Serpong rupanya belum banyak diketahui banyak orang. Jika biasanya kereta dari Serpong tiba di Stasiun Tanahabang pukul 22.50 dan berangkat lagi pukul 23.00, kini penumpang harus lebih bersabar karena kereta baru datang sekitar pukul 23.30 dan berangkat 15 menit kemudian.

Beberapa orang mengaku setuju dengan adanya pemunduran waktu setengah jam yang mulai diberlakukan Senin (5/11) itu. Sementara warga lain yang sudah terbiasa naik kereta tepat waktu harus menanggung resikonya.

“Ya, sebenarnya kebutuhan masing-masing sih, ya Mas. Saya sih merasa diuntungkan karena saya nggak usah buru-buru ke stasiun dari tempat kerja saya. Jadi bisa lebih santai sedikit,” ujar Rahman (28), pemuda yang bekerja di salah satu pusat perbelanjaan kawasan Menteng, Jakarta Pusat ini.

Laki-laki yang berdomisili di kawasan Sudimara, Ciputat, Tangerang Selatan itu menuturkan, setiap harinya ia harus bergegas dari tempatnya bekerja untuk mengejar kedatangan kereta. “Saya selesai kerja paling lambat pukul 22.00. Dari tempat saya bekerja, paling nggak habis waktu 20 menit untuk menuju Stasiun Tanahabang, itu juga kalau tidak macet,” ujarnya.

Advertisement

“Kadang-kadang baru selesai kerja pukul 23.00. Udah nggak keburu mengejar kereta ke sini. Akhirnya terpaksa naik taksi. Sekarang sih jadi lebih enak kalau jadwal keretanya lebih malam,” ujar Didi, salah seorang karyawan yang berkantor di kawasan Kemandoran, Kebayoran Lama.

Namun, tidak sedikit juga warga yang mengeluhkan pergeseran jam keberangkatan KCL terakhir dari Tanahabang ke Serpong tersebut. “Sampai di rumah jadi lebih malam. Belum lagi kalau angkutan umum sudah tidak ada yang menunggu di stasiun. Sebenarnya sih sudah pas kereta terakhir itu pukul 23.000. Itupun masih sering telat kok,” kata Daniel (26), seorang mahasiswa Bina Nusantara (Binus) yang naik dari Stasiun Palmerah.

Pergeseran waktu kedatangan dan keberangkatan KCL ini sendiri digagas oleh Wali Kota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany Wardana dan sejumlah pekerja lain yang berdomisili di kawasan Tangerang Selatan. Pergesseran jam operasional itu diusulkan untuk memfasilitasi mereka yang membutuhkan layanan kereta hingga tengah malam.

Sekitar pukul 23.35, kereta pun akhirnya datang. Puluhan penumpang dari berbagai kalangan pun bergegas naik, mulai dari orang-orang berkemeja rapi dengan sepatu pantovel mengkilap hingga mereka yang hanya mengenakan kaos lusuh dan sandal jepit.

Advertisement

Kendati beroperasi tengah malam, kereta pun tetap berhenti di stasiun-stasiun yang dilalui. Penumpang-penumpang yang naik dari stasiun seperti Palmerah dan Kebayoran Lama pun bisa dibilang cukup banyak.

Kendati kondisi di dalam gerbong padat, malam itu tidak ada satu penumpang pun yang sampai berdiri. Semuanya duduk manis di kursi mereka masing-masing. Harga tiket pun disesuaikan dengan harga normal Kereta Commuter Line, yakni Rp 8.000. (Wartakota/kt)



Populer