Connect with us

Refleksi

Persahabatan Tak Sekadar Main

Pertemanan dalam Islam tak sekadar pertalian biasa dan normatif. Atau, seperti yang banyak disalahpahami oleh banyak kalangan muda belakangan ini. Bergerombol, tawuran, atau terjebak dalam jeratan narkoba atas dasar pertemanan.

Menurut Ketua Yayasan Pondok Pesantren Sinar Islam, Ustadz Veri Muhlis Arifuzzaman, tuntunan persahabatan semacam ini jauh dari Islam. “Persahabatan itu persaudaraan dalam kebaikan,” katanya.

Berikut petikan lengkap perbincangan seputar makna pertemanan dalam Islam menurut Veri Muhlis Arifuzzaman.

Persahabatan sering dimaknai negatif, mengapa?
Fenomena ini memang terjadi di masyarakat, namun kemunculannya tidak berdiri sendiri. Ada faktor yang menyebabkan pemaknaan persahabatan seperti itu. Persahabatan yang menjelma menjadi geng atau kelompok pemuda yang meresahkan bermula dari kurangnya perhatian orang tua.

Advertisement

Ayah dan ibu tidak lagi berperan sebagai madrasah atau sekolah yang mendidik anak. Keduanya sibuk dengan diri sendiri. Akhirnya, anak mengabaikan orang tua. Mereka berkumpul bersama anak-anak yang bernasib sama.

Hubungan seperti ini tidak berdiri atas asas manfaat. Mudaratnya lebih besar. Ini menjadi kekhawatiran bersama karena tentu akan mengancam generasi muda. Pada intinya mereka mencari sensasi agar diperhatikan.

Mereka berkumpul untuk membangun solidaritas buta. Mereka melakukan tawuran. Belum lagi yang terlibat dalam konsumsi, bahkan peredaran gelap narkoba. Mereka melindungi teman-teman sekelompok. Kemudian, mengabaikan orang-orang sekitar. Temannya dilindungi habis-habisan meskipun melakukan kejahatan yang merugikan khalayak ramai.

Bayangkan, ketika teman seperti itu dilindungi maka pasti kejahatan terus dilakukan. Misal, ada di kelompok itu yang mengonsumsi narkoba. Pada mulanya hanya satu orang saja yang mengonsumsi. Lambat laun bertambah hingga akhirnya satu kelompok mengonsumsi. Yang dirugikan bukan hanya diri mereka, tapi juga orang tua dan orang-orang sekitar.

Advertisement

Bisa jadi kalau terus-terusan mengonsumsi akhirnya mati. Sikap mereka sebenarnya membunuh teman sendiri. Perilaku seperti itu bukanlah persahabatan dalam Islam.

Apa pandangan Islam soal persahabatan?
Persahabatan positif dibangun berdasarkan rasa persaudaraan. Ada rasa saling mengingatkan agar satu dan lainnya sama-sama melakukan kebaikan. Ada upaya peningkatan iman bersama-sama sehingga tidak masuk surga sendirian. Inilah yang disebut Allah SWT bahwa sesungguhnya orang beriman bersaudara atau innamal mu’minuna ikhwah.

Kemudian tercipta rasa tolong-menolong dalam kebaikan. Saat ada yang kesusahan, misalkan kekurangan uang untuk membeli beras, teman datang menolong dengan memberikan uang. Ini baru namanya pertemanan. Teman yang baik adalah yang hadir pada saat kesusahan.

Persahabatan dalam Islam tidak main-main. Maknanya adalah persaudaraan. Harus saling membantu untuk sama-sama menuju ketakwaan, bukan kemungkaran. Persaudaraan harus membantu berdakwah, bukan bermaksiat.

Advertisement

Salah satu nikmat Ilahi yang Allah berikan kepada manusia adalah rasa sosial dan kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain dan menjalin hubungan persahabatan dengan anggota masyarakat. Orang yang memiliki teman yang baik dan memanfaatkan hubungan itu dengan benar dan logis akan memiliki kehidupan individu dan sosial yang lebih baik.

Rasulullah SAW dalam banyak kesempatan menekankan untuk memilih sahabat dan kawan dengan benar. Misalnya, dalam hadis disebutkan bahwa beliau bersabda,  “Manusia beragama seperti sahabatnya. Karena itu, hendaknya dia teliti dengan siapa dia menjalin persahabatan.”

Hadis ini menerangkan sejauh mana pengaruh seorang kawan sehingga bisa memengaruhi keberagamaan sahabatnya. Dalam hadis disebutkan, “Sahabat yang baik lebih baik dari kesendirian dan kesendirian lebih baik dari sahabat yang buruk.”

Islam menekankan kepada kita untuk teliti dalam memilih kawan dan sahabat. Oleh karena itu, kecintaan kepada seseorang tidak lantas meniscayakan jalinan persahabatan. Sebab, untuk bersahabat, kita harus melihat dengan teliti dari mana munculnya kecintaan itu dan apakah orang tersebut layak untuk dijadikan sahabat.

Advertisement

Imam Ali bin Abi Thalib berkata, “Orang yang menjalin persahabatan setelah teliti dalam memilih sahabat maka persahabatannya akan langgeng dan kokoh.”

Apa solusi agar persahabatan tidak negatif?
Pertama, orang tua harus berfungsi maksimal mendidik anak-anaknya. Sempatkanlah sedikit waktu untuk mengontrol mereka sehari-hari. Kemudian, lingkungan sekitar harus dikondisikan untuk selalu baik. Artinya, lingkungan jangan sampai menjadi tempat melakukan kejahatan dan maksiat. Lingkungan buruk akan melahirkan keburukan juga.

Kedua, mari bersama-sama menciptakan lingkungan yang baik. Namanya kebaikan pasti akan menciptakan pribadi-pribadi yang baik. Kalau pribadi yang baik berkumpul dan berteman, tentu mereka berteman dalam kebaikan.

Advertisement

Populer