Connect with us

Opini

Watak Rakus di Hiruk-pikuk Utang dan BBM

Oleh: Sonny Majid

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) adalah satu dari banyaknya rangkaian menuju kebangkrutan sebuah negara. Kebangkrutan inilah yang disebut-sebut sebagai ujung skenario pandemi Covid 19. Meski angkanya menurun, namun residunya masih terasa.

Alasan pemerintah menaikkan BBM, lantaran anggaran untuk subsidi membengkak. Memang, mengenai subsidi BBM ini akan selalu menjadi tema politik. Makanya sampai sekarang pemerintah belum berani dengan tegas memutuskan untuk menyetop subsidi khususnya untuk BBM. Dilema, di lain sisi BBM harus naik, tapi disisi lainnya, pendapatan masyarakat belum bisa mengimbangi.

Kenaikan harga BBM memang tak bisa dihindari, kenapa? Karena mengenai harga minyak, akan selalu berpatokan pada perkembangan dunia, terkhusus harga minyak mentahnya.

Advertisement

Di tengah himpitan masyarakat yang selalu menjadi objek pertama yang terkena dampak, kita masih saja dipertontonkan dengan watak kleptokrasi, di semua aspek. Pastinya ini soal kerakusan. Justru watak kleptokrasi inilah yang lebih berbahaya ketimbang skenario ekonomi apapun.

Kita bisa belajar dari Sri Lanka yang justru hancur lebur perekonomiannya, bukan lantaran utang. Melainkan pengelolaan utang yang tidak peruntukkannya atau digunakan untuk kegiatan produktif. Utang tersebut diduga dibajak oleh para elite di Sri Lanka oleh kerakusan untuk memenuhi syahwat gaya hidup.

Saat masyarakat berjibaku dengan ketidakpastian dalam hidupnya, paling tidak sekadar bertahan akibat kebijakan politik kekuasaan, namun di sisi yang paling gelap, masih saja ada oknum-oknum yang punya kekuasaan menumpuk keuntungan, lagi-lagi karena kerakusan.

Akhirnya kita akan selalu bertahan, dan berpura-pura tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dilingkar elite kekuasaan. Pertanyaannya apakah kerakusan itu watak, atau watak yang dimasifkan menjadi budaya!

Advertisement

Populer