Di tengah situasi perlambatan ekonomi, dan menurunnya daya beli masyarakat, industri periklanan di televisi seperti tak terpengaruh. Pada Semester I 2016, Adstensity mencatat total belanja iklan untuk 13 stasiun tv nasional mencapai Rp49,2 triliun.
“Pendapatan ini meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu yakni Rp32,9 triliun atau terjadi kenaikan sekitar 49 persen, “ kata Direktur Sigi Kaca Pariwara yang merupakan pengembang Adstensity dalam keterangannya, Minggu, (31/7/2016).
Dijelaskan, A. Sapto Anggoro, tahun lalu Menkominfo, menurut DayliSocial sempat memprediksi televisi konvensional sebagai kandidat sunset industry berikutnya setelah media cetak. Namun dengan data faktual itu, nampaknya senjakala industri televisi masih tertunda.
Catatan Adstensity memperlihatkan RCTI masih menunjukkan keperkasaannya dengan berhasil mendulang pendapatan kotor dari iklan sebesar Rp7,4 triliun pada Semester I ini.
“Raihan RCTI meningkat dibanding periode tahun lalu yakni Rp4,7 triliun,” ulasnya.
Di posisi kedua masih ditempati SCTV yang pada semester ini mencapai Rp6,7 triliun, meningkat dibanding semester I tahun lalu yakni sebesar Rp4,7 triliun. Selanjutnya, peningkatan pendapatan kotor juga dialami oleh MNCTV. Stasiun tv milik Hari Tanoe itu memperoleh pendapatan Rp 5,5 triliun, meningkat ketimbang periode yang sama tahun lalu yakni terbilang Rp3,843 triliun. Sementara TVRI masih terseok-seok di urutan paling buncit dengan raihan Rp31,3 milliar. Tapi itu pun masih mending dibanding tahun lalu yang hanya mencapai Rp12 miliar.
Ramadan, Sepakbola, dan Musik Religi
Selama bulan Ramadan berlangsung atau selama Juni 2016 belanja kotor iklan di 13 tv nasional juga mengalami kenaikan. Pada Ramadan tahun ini belanja iklan bisa menembus hingga Rp9,9 triliun atau naik dibandingkan tahun lalu dengan capaianRp7 triliun.
“Dari pencapaian Rp9,9 triliun itu, lagi-lagi, RCTI berhasil meraup kue iklan sebesar Rp1,6 triliun atau sekitar 16 persen. Perolehan inipun meningkat bila merujuk Ramadan tahun lalu di mana RCTI hanya meraih 1 triliun,” imbuhnya.
Peningkatan pendapatan RCTI ini kemungkinan berkaitan dengan momentum Euro 2016 yang bertepatan dengan momentum Ramadan. Dari Euro ini, Rp312 miliar masuk ke rekening stasiun tv milik Hary Tanoe ini.
“Kendati demikian dari sisi pendapatan program acara, Euro 2016 di RCTI masih kalah dibanding dengan Q’Academy Indosiar, sebuah program pencarian bakat islami dengan genre handroh atau sholawat iiringi musik islami. Pencapaiannya menembus Rp353 miliar. Hal ini terkait dengan jam tayang Q’Academy yang berada di jam prime time sementara Euro 2016 berada di jam-jam kantuk dini hari sampai menjelang subuh,” bebernya.
Lalu, brand apa yang paling boros belanja iklannya selama Ramadan? Selama Ramadan 1437 H ini Walls tercatat paling boros belanja iklannya hingga Rp266,5 miliar. Sementara di posisi kedua ada Djarum dengan cost iklan Rp259 miliar. Djarum tercatat memanfaatkan betul momentum Euro 2016 untuk menguasai ruang iklan televisi selama Ramadan. Data brand dengan spending terbesar ini berbeda dengan tahun lalu di mana brand Marjan (Marjan Melon dan Marjan Coco Pandan) mencapai Rp428,190 milliar. Sementara pada tahun ini Marjan tercatat mengalami penurunan spending iklan yakni hanya Rp230,7 miliar atau berada di posisi ketiga. (rls/fid)
-
Otomotif3 hari ago
Kelebihan Motor Suzuki, Bandel dan Awet
-
Bisnis1 hari ago
DBS RISE 2025: Komunitas Pengusaha Muslim Jakarta Meneguhkan Bisnis Berbasis Syariah
-
Bisnis1 hari ago
MLV Teknologi Perkuat Kerjasama dengan HDII Banten untuk Majukan Industri Desain Interior di Indonesia
-
Bisnis1 hari ago
Arfiana Maulina: Kuliah Komunikasi Rela Belajar Hukum, Berjuang Melawan Mafia Tanah dan Berkontribusi untuk Petani dan Lingkungan
-
Bisnis2 hari ago
Mengapa Investor Asing ‘Jatuh Hati’ pada Perusahaan Berprinsip ESG?”
-
Bisnis1 hari ago
Mudik Lebaran Murah Meriah! Tiket KA Ekonomi Antar Kota KAI Mulai Rp10.000
-
Bisnis3 hari ago
Rekomendasi Sewa Mobil Matic Bulanan di BSD, Tangerang Selatan dan Jakarta
-
Bisnis19 jam ago
Bagas Adji Saputra: Digital Twin Akan Membuat Kesalahan Manusia Jadi Barang Langka