Nasional
ASPI-BRIN Dorong Rumah Sakit Riset Klinis untuk Perkuat Inovasi Sel Punca
Posisi Indonesia dalam hal teknologi pengembangan sel punca (stem cell) saat ini menjadi leading di regional Asia, bahkan di Asia Pasifik. Bahkan, hasil uji klinis yang dilakukan oleh lembaga penelitian dan rumah sakit di Indonesia modelnya ditiru oleh negara lain.
Ketua Asosiasi Sel Punca Indonesia (ASPI), Rahyussalim, menyampaikan hal itu di sela-sela seminar kolaborasi ASPI dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang digelar di Gedung BRIN, Jakarta, Selasa (5/8).
Seminar ASPI-BRIN 2025 bertajuk ‘Future Directions and Opportunities in Stem Cell Innovation’ ini berlangsung selama dua hari (5-6 Agustus) dalam rangka mendorong kolaborasi riset dan inovasi dalam bidang terapi sel punca.
“Banyak uji klinis kita modelnya ditiru oleh yang lain. Kita juga sudah berhasil meng-apply di center-center penelitian dan beberapa rumah sakit, lebih dari dua ribu kasus, tidak hanya yang degenerative, tapi juga untuk kasus-kasus metabolik,” papar Rahyussalim.
Ia mencontohkan Jepang. “Bahkan kita dengan Jepang pun berkolaborasi dan mereka cukup appreciate dengan pemerintah kita untuk penelitian sel punca maupun uji klinisnya,” ujarnya.
Chairman BRIN, Laksana Tri Handoko, kepada media di tempat yang sama menegaskan soal pentingnya penelitian sel punca untuk terus dikembangkan.
Untuk itu, pihaknya bersama ASPI mengusulkan perlunya dibangun rumah sakit yang fokus pada penelitian klinis untuk stem cell.
“BRIN sangat punya kapabilitas di sini. Yang belum ada sekarang ini adalah rumah sakit uji klinisnya atau clinical research hospital-nya,” ungkapnya.
Dijelaskan, meski uji klinis selama ini ditangani rumah sakit layanan, misalnya rumah sakit Cipto, namun penelitian tidak tergarap dengan baik karena fokus menangani berbagai layanan kesehatan seperti layanan dengan BPJS.
“Sehingga kita perlu mendorong pemerintah, rumah sakit yang khusus menggarap penelitian klinis untuk stem cell,” ucapnya.
Disinggung soal manajemen atau pengelolanya, ia menegaskan bahwa yang dibutuhkan adalah mitra yang akan mengelolanya. “Jadi, kami akan cari mitra untuk bisa mengelola rumah sakit itu karena kami fokus di risetnya,” imbuh Laksana Tri Handoko.
Penelitian sel punca saat ini sebagai future treatment karena diibaratkan masih dalam rahim. “Begitu nanti misalnya sudah ada rumah sakit penelitian klinis, baru dia akan banyak lahir protokol-protokol yang betul-betul sudah menjadi panduan pelayanan klinis,” timpal Rahyussalim
Dengan mengusung dua tema utama, yaitu ‘Cell-Free Therapy’ pada hari pertama dan ‘Cell Therapy’ pada hari kedua, seminar menghadirkan para ahli dari dalam dan luar negeri, akademisi, regulator, dan praktisi klinis untuk mendiskusikan tren terbaru, tantangan, serta potensi pemanfaatan terapi sel punca dalam dunia medis dan industri kesehatan.
Seminar ini juga menjadi ajang strategis untuk memperkuat sinergi lintas sektor, terutama dalam pengembangan regulasi, riset, dan transfer teknologi ke industri layanan kesehatan.
-
Serba-Serbi2 hari agoDownload Kalender 2026
-
Nasional2 hari agoGus Elham Cium Anak Perempuan Viral, Wamenag Romo Muhammad Syafii: Tidak Pantas!
-
Nasional2 hari agoMenag Nasaruddin Umar Dorong Kolaborasi Wasathiyah Islam dan Nilai Tionghoa untuk Perdamaian Dunia
-
Nasional2 hari agoLogo dan Tema Hari Guru Nasional 2025, Merawat Semesta dengan Cinta
-
Nasional2 hari agoSoal Gus Elham Cium Anak Perempuan, Menag Nasaruddin Umar Tegaskan Tak Ada Toleransi untuk Tindak Pelecehan
-
Nasional2 hari agoHari Guru Nasional 2025, Kemenag Siapkan Penghargaan bagi Guru Inspiratif, Inovatif, dan Berdedikasi
-
Nasional2 hari agoHadiah Kemenag di Hari Guru Nasional 2025, Percepatan Program Sertifikasi
-
Sport2 hari agoI.League: BRI Super League 2025/26 Tetap Berjalan Tanpa Suporter Klub Tamu
