Connect with us

Munculnya pandemi Covid-19 di berbagai belahan dunia dinilai telah banyak mengalihkan perhatian manusia untuk kembali pada agamanya. Di masa ini ada kecenderungan bahwa tingkat religiusitas atau spiritualitas manusia semakin tinggi.

Demikian diungkapkan Sri Mulyati, dosen Fakultas Ushuludin UIN Jakarta, saat dikukuhkan sebagai guru besar bidang Kajian Islam di Auditorium Harun Nasution, Rabu (23/12/2020). Acara pengukuhan dilakukan dalam Sidang Senat Terbuka dengan protokol kesehatan dan dihadiri oleh kalangan terbatas. Sri Mulyati dalam kesempatan tersebut berpidato ilmiah dengan judul “Tasawuf di Masa Pandemi: Refleksi di Timur dan Barat.

Menurut Sri, seorang guru besar di University of Copenhagen, Belanda, Jennet Bentzen, telah melakukan survey terhadap 99 negara dengan menggunakan data harian pencarian kata “doa” di Google search pada akhir Maret 2020. Hasil survey menunjukkan bahwa lebih dari separuh penduduk bumi telah melakukan doa agar wabah Covid-19 segera mereda.

Keprihatinan kaum beragama di masa pandemic semakin bertambah karena dihadapkan pada situasi yang sama sekali berbeda. Ada situasi tidak normal yang dirasakan, sehigga pada titik tertentu mengalami apa yang disebut oleh filosof Denmark, Soren Kierkengaard, sebagai masa “interupsi spiritual”.

Advertisement

“Namun demikian, di titik ini lahir kesadaran baru. Ada momen untuk berefleksi lebih mendalam, sehingga menemukan pemaknaan-pemaknaan baru,” katanya.

Mengutip seorang pakar agama-agama asal Inggris, Karen Amstrong, Sri menambahkan, ketika situasi lockdown karena wabah Covid-19, manusia sebenarnya diajak untuk belajar “menyendiri” untuk menemukan “pencerahan” di balik tragedi besar tersebut. Inilah yang disebut Karen Amstrong sebagai “a moment of reflection” bagi kaum beragama.

Bagi Karen, kata Sri, inilah saatnya kaum beragama merasakan untuk kemudian melakukan aksi nyata melihat penderitaan dunia, penderitaan alam, dan penderitaan kemanusiaan (the pain of the world, the pain in nature, and the paint of humanity).

Dalam pidato guru besarnya, doktor lulusan McGill University Kanada itu juga menyinggung soal pandangan kaum beragama di Barat dan Timur terhadap pandemi.

Advertisement

Di Barat, ujar Sri, seorang guru besar Studi Islam dari Universitas George Washington, Amerika, dan praktisi sufisme Seyyed Hossein Nasr, memberikan ulasan terhadap Covid-19. Nasr di antaranya mengatakan bahwa orang-orang beriman seperti Yahudi, Kristen, Muslim, Hindu, dan Budha sama-sama mengalami peristiwa krisis dan bencana.

Dalam ajaran dan tradisi Islam, menurut Nasr, ia melihat bencana di dunia tak lain sebagai tanda-tanda kebesaran Allah. Ada yang memaknai sebagai hukuman dari tindakan manusia atau sebagai peringatan.

Apa yang dikatakan Nasr, menurut Sri, tragedy wabah Covid-19 dapat dimaknai sebagai sebuah mentransformasi rasa takut yang ditimbulkan menjadi energi positif. Selain itu, juga untuk membangun sebuah kesadaran baru agar fungsi-fungsi luhur manusia sebagai khalifah di bumi dapat lebih terjewantahkan.

Tokoh agama lain seperti Syaikh Hisham Kabbani, praktisi sufisme asal Lebanon yang kini bermukim di Amerika, mengatakan bahwa Covid-19 merupakan hamba Allah yang tidak banyak orang mengetahuinya. Virus korona, katanya, juga sebagai makhluk Allah seperti semut yang disebutkan di dalam al-Qur’an surat an-Naml ayat 8.

Advertisement

Sementara itu di Timur, dengan mengutip seorang research scholar dari Universitas Delhi, India, Badre Alam, Sri mengatakan bahwa di tengah menguatnya popular Islam dan sentimen keagamaan yang acapkali memperkeruh persoalan menghadapi pandemi akhir-akhir ini, nilai-nilai persatuan dan kemanusiaan demi kemaslahatan bersama harus dikedepankan daripada kepentingan politis dan memperturutkan senimen kelompok.

“Nilai-nilai sufistik seperti ini perlu terus digaungkan dalam konteks sosial politik dan keagamaan di Indonesia agar kecenderungan pemikiran serta aksi sektarian, intoleran, dan radikal tidak semakin memperuncing penanganan persoalan-persoalan yang muncul akibat Covid-19,” jelas wanita yang aktif di organisasi Muslimat Nahdlatul Ulama itu. (uinjkt)

Populer