Connect with us

Nasional

Yustinus Prastowo Stafsus Menkeu Sri Mulyani Punya Harta 19 Miliar

Yustinus Prastowo, Staf Khusus Menkeu Sri Mulyani dalam laporan LHKPN mempunyai harta senilai 19 Miliar.

Melalui unggahan di laman twitter, Hasbil Mustaqim Lubis yang merupakan Sekretaris Departemen IV DPP Partai Demokrat mempertanyakan harta kekayaan Yustinus Prastowo.

“Mas @prastow, taruhlah dlm 10 thn, gaji mas 100 juta per bulan, maka harta kekayaan yg terkumpul di angka Rp 12 milyar. Nah di LHKPN Rp 19 milyar. Luar biasa. Apa ada sampingan mas? Gk perlu marah ya, wajar pejabat diperhatikan rakyat daripada nanti bu Sri Mulyani marah2 lagi 😀,” demikian cuitan dari Hasbil Mustaqim Lubis di akun twitternya, @Hasbil_Lbs, Kamis (23/2).

Yustinus Prastowo kemudian memberikan tanggapan atas cuitan Hasbil Mustaqim Lubis.

“Bang @Hasbil_Lbs, terima kasih. Saya senang karena bisa menjelaskan lebih terang. Sejak 2011 saya bukan PNS. Lalu saya bekerja di private sektor hingga membuka kantor. April 2020 saya menjadi Stafsus Menkeu, maka kembali melapor LHKPN yg harus saya isi dg jujur sesuai fakta,” terang Yustinus Prastowo pada akun twitternya miliknya @prastow, Jumat (24/2).

1) Saya bekerja di Ditjen Pajak Kemenkeu selepas lulus dari STAN. Orang dusun Gunungkidul yg tak pernah punya mimpi muluk. Hanya pengin bekerja. Saya bangga dan senang dapat bekerja di sini, hingga memutuskan resign 2010 yg disetujui 2011. Sy wajib lapor LHKPN waktu itu.

2) Saya resign baik2. Saya berkonsultasi dg pimpinan dan pamitan. Di tahun saya resign, bertepatan menerima penghargaan sebagai salah satu pegawai berprestasi dari Dirjen Pajak saat itu, Bapak M Tjiptardjo. DJP adalah rumah pertama yg tak terlupakan. Pembentuk pondasi hidup saya.

3) Selama di DJP saya juga memperluas jejaring pertemanan saya. Saya aktif di berbagai forum diskusi, termasuk saya belajar filsafat di STF Driyarkara. Agak aneh tapi menyenangkan. Filsafatlah yg mengasah kemampuan berpikir logis dan menulis dengan disiplin. Pajak dan filsafat?

Advertisement

4) Nah, saya masih menyimpan rapi satu seragam saat dengan bangga saya menjalankan tugas sebagai Juru Sita Pajak Negara. Ini seragam 18 tahun lalu, memyimpan aroma keringat suka duka menjadi petugas pajak di lapangan. Jadi ingat Parada, jurusita pajak yg dibunuh wajib pajak. 😢🙏

5) Kurun 2008-2010 adalah masa saya produktif menulis. Selain menulis di koran, Tempo dan Kompas, saya menulis tiga buku perpajakan. Buku yang saya tulis dari pengalaman jadi penyuluh lapangan dan pengajar di bbrp kampus ini cukup laris. Saya bersyukur bisa bermanfaat bagi publik

6) Saat itu saya sdg melakukan riset thesis filsafat. Semakin tenggelam dalam teks filsafat, saya semakin ingin meninggalkan pekerjaan. Namun saat bersamaan saya makin menemukan relasi kuat antara pajak dan demokrasi. Kelak tesis saya jd buku Ekonomi Insani terbitan @marjinkiri

7) Meledaklah kasus Gayus! Kami sungguh merasakan gempa dahsyat dan dunia terasa kiamat. Saat itu DJP memasuki fase modernisasi di bawah kepemimpinan Bu Sri Mulyani. Kami berjibaku meredam isu dan mewartakan spirit reform ke publik. Tak mudah, lelah, traumatik. Jadi deja vu!

Advertisement

8) Bu Sri Mulyani lalu berhenti sbg Menteri Keuangan. Pukulan hebat kedua. Bagaimana bahtera yg sdg berjuang mengarungi samudera tantagan dan ujian bisa kuat? Hati kembali bergemuruh. Tekad lama berpuncak pd keputusan resign demi jalan lain yg lebih sesuai dg kata hati. (red)



Populer