OutSystems, pemimpin global dalam platform aplikasi modern, termasuk pengembangan aplikasi low-code, hari ini mengumumkan hasil studi InfoBrief yang dilakukan oleh firma riset dan penasehat pasar IDC. Survey berjudul Survei Perangkat Lunak Asia/Pacific 2020: DevOps, DevSecOps dan Masa Depan Inovasi Digital, yang disponsori oleh OutSystems ini, menggali wawasan mengenai bagaimana organisasi di Asia-Pasifik dapat memanfaatkan pabrik inovasi digital untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan bisnis masa kini. Menurut hasil yang didapatkan, 39 persen pemimpin IT di Asia-Pasifik bergantung pada peralatan pengembangan aplikasi yang dipandu secara visual. Tiga alasan utama penggunaan ini adalah: karena mereka percaya bahwa peralatan pengembangan yang dipandu secara visual adalah masa depan, karena mempermudah pengalaman bagi pengembang aplikasi, dan karena lebih intuitif. Lebih dari setengah pengambil keputusan di Asia-Pasifik merasa yakin bahwa organisasi mereka akan bergantung pada platform low-code untuk mengerjakan lebih dari seperempat proyek yang mereka miliki, dan peralatan pengembangan low-code akan mencapai puncak penggunaannya di tahun 2021.
“Dengan pertumbuhan Asia-Pasifik yang demikian cepat, wilayah ini akan menjadi pusat data yang sangat penting di tahun 2024,” kata Mark Weaser, Vice President, Asia Pacific, OutSystems. “Langkah berikutnya bagi perusahaan di wilayah ini adalah memanfaatkan keuntungan yang diberikan peralatan pengembangan visual untuk membangun aplikasi cloud-native. OutSystems merasa beruntung bisa mendukung kebutuhan pelaku bisnis akan teknologi low-code serta cloud untuk mewujudkan potensi penuh wilayah ini sebagai pusat data yang penting di masa yang akan datang.”
Menyusul Para Early Adopter
Seiring dengan bertumbuhnya Asia Tenggara menjadi pusat data yang penting di masa depan, sebagian organisasi masih mengalami kesulitan untuk mengadopsi proses dan praktik agile serta DevOps dalam siklus hidup pengembangan perangkat lunak mereka. Untuk negara yang sudah selangkah lebih maju seperti Singapura dan Indonesia, penekanannya adalah pada cara-cara memaksimalkan tim DevOps dan mengamankan prosesnya. Maka dari itu, integrasi dan pengelolaan open source menjadi prioritas tertinggi bagi organisasi di wilayah ini.
Tantangan Utama
Saat ini, 29 persen organisasi di Asia Tenggara berencana untuk menggunakan peralatan pengembangan aplikasi visual dalam kurun waktu 18 bulan mendatang. Hal yang menarik adalah, tantangan yang dihadapi Asia Tenggara sama sekali berbeda dibandingkan tantangan negara lainnya di Asia Pasifik. Keamanan dan integrasi pengembangan adalah yang teratas, dianggap sebagai tantangan yang paling tangguh untuk dihadapi oleh 58 persen organisasi, diikuti dengan pembentukan tim dengan berbagai disiplin ilmu, dan meyakinkan jajaran pimpinan perusahaan akan pentingnya DevOps, masing-masing mendapat suara 48 dan 47 persen.
“Setelah berbicara dengan berbagai pengembang di Asia Tenggara, OutSystems sadar akan munculnya kebutuhan akan integrasi keamanan, terutama dengan semakin meningkatnya skala dan jenis pencurian data akhir-akhir ini,” ungkap Weaser. “OutSystems menyediakan berbagai fungsi keamanan yang meliputi keamanan aplikasi, infrastruktur Virtual Private Cloud (VPC) dan tim penanganan insiden yang selalu siap (always-on). Walaupun OutSystems ingin mempercepat proses pengembangan aplikasi, kami juga percaya bahwa cepat juga harus aman. Kami memberikan lingkungan runtime yang aman dan peralatan yang dibutuhkan oleh klien untuk memastikan bahwa pengembangan aplikasi mereka aman.”
Kelincahan Selepas Covid-19
Seputar keamanan setelah badai krisis Covid-19 berlalu, IDC memprakirakan bahwa siklus hidup pengembangan perangkat lunak akan jadi semakin singkat, dan perusahaan harus semakin berhati-hati dan mengintegrasikan keamanan ke dalam fase perencanaan agar tetap kompetitif. Ekspektasi pelanggan semakin tinggi, dan harus dipenuhi dengan memberikan pengalaman pelanggan yang inovatif agar dapat menjangkau pangsa pasar dan audiens baru; berani mengambil risiko, analisis data dan senantiasa mendengarkan masukan dari pelanggan akan berdampak baik pada munculnya ide-ide cemerlang di platform yang baru. Kekhawatiran dari 27 persen organisasi lainnya di Asia Tenggara yang menyatakan bahwa prioritas teratas mereka adalah rekrutmen juga benar adanya; saat ini banyak perusahaan menghentikan pencarian tenaga kerja, waktu kerja yang semakin padat dan regulasi yang semakin ketat, semua ini mendorong perusahaan untuk merencanakan rekrutmen jauh hari sebelum kebutuhan akan tenaga ahli itu muncul. Membangun aplikasi membantu peningkatan keahlian dan edukasi yang berkelanjutan, sedangkan penempatan pengembang aplikasi bisnis untuk bekerja bahu-membahu dengan IT akan menjadi solusi bagi kurangnya tenaga pengembangan. (rls)
- Bisnis6 hari ago
Inilah 3 Fitur Tersembunyi di Samsung Galaxy A16 5G Bikin Kerja Jadi Lebih Efektif
- Pemerintahan6 hari ago
DWP Tangsel Rayakan HUT ke-25 dengan Pelestarian Budaya Lokal
- Hukum6 hari ago
Pesan Presiden Prabowo Subianto: Amankan Nataru dengan Baik di Apel Kasatwil Polri 2024
- Nasional6 hari ago
Menag Nasaruddin Umar Minta Badan Moderasi Beragama Proaktif Petakan Kerukunan Umat
- Nasional6 hari ago
Menag Nasaruddin Umar Ajak Akademisi Proaktif dalam Menjaga Lingkungan dan Keseimbangan Alam
- Bisnis6 hari ago
Galaxy AI: Asisten Terbaik untuk Aktivitas Magang Kamu!
- Nasional6 hari ago
Spirit Deklarasi Istiqlal, Kemenag Usung Masjid Ramah untuk Pelestarian Lingkungan
- Hukum6 hari ago
Server Judi Online Berada di Luar Negeri, Ini Langkah Polri Menindaklanjutinya