Connect with us

Kementerian Kesehatan menggalakkan program 1 rumah 1 jumantik guna mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD). Kota Tangerang Selatan pun ditunjuk Kemenkes menjadi wilayah percontohan. Baca juga: Cegah DBD Melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, Tangsel Jadi Kota Percontohan

Wali Kota Tangerang Selatan Hj Airin Rachmi Diany, SH,MH mengatakan ada 3 titik lokasi yang sampai saat ini sudah dipantau selama 3 minggu. Ketiga titik merupakan salah satu RW di kelurahan Pamulang Timur, Pondok Benda, dan Benda Baru. Di sini, ketua RT dan RW terkait bertugas untuk mendorong masyarakat agar lebih peduli dalam mencegah DBD.

“Biasanya kalau tetangga yang beri tahu jauh lebih efektif dibanding aparat pemerintah yang beri tahu. Jadi warga lebih senang dikasih tau tetangga kiri kanan. Target kita di tiap rumah ada 1 jumantik dan kalau ini sudah berhasil akan disampaikan ke RW lain. Kita dorong di RW ini bisa kenapa yang lain nggak bisa,” kata Airin.

Hal itu ia sampaikan di sela-sela Peringatan ASEAN Dengue Day ke-6 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jl Jend Sudirman, Jakarta, Rabu (15/6/2016). Targetnya, sesuai ketentuan WHO di mana sampai tahun 2020 seluruh kecamatan di Tangsel bisa bebas DBD.

Advertisement

Airin mengatakan, masyarakat Tangsel sudah cukup paham akan konsep Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M. Nah, untuk gerakan 1 rumah 1 jumantik ini, di tiap rumah akan ditempeli stiker selain 3M apa yang mesti dilakukan setiap satu minggu, satu bulan, dan saat hari libur.

“Dengan 1 rumah satu 1 jumantik, ketika tiap penghuni rumah sadar akan bahaya DBD, 1 rumah sudah teredukasi maka semua masyarakat akan peduli. Sehingga, target kami adalah meningkatkan partisipasi masyarakat. Kebetulan di Tangsel rasa keguyuban masih ada sehingga pendekatan kader untuk sosilasasi sangat bermanfaat,” kata Airin.

Selain itu, pemkot Tangerang juga melakukan metode Triple Helix di mana melibatkan peran mahasiswa di Univeristas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan Universitas Pamulang. Hasil monitoring dikatakan Airin edukasi dan sosialisasi yang dilakukan mahasiswa berjalan efektif dan efisien.

Tak hanya itu, peran anak-anak usia sekolah juga dilibatkan. Edukasi PSN salah satunya diberikan melalui kegiatan jambore sehingga anak bisa jadi ‘agen’ untuk mengedukasi anggota keluarganya di rumah, terutama orang tua.

Advertisement

“Kadang kita sebagai orang tua kan lebih nurut sama anak ya,” ujar Airin sembari tertawa.

Lantas, apakah para kader nantinya akan mendapat insentif? Airin mengatakan jika memang nantinya program ini sukses, bukan tak mungkin ada insentif yang dianggarkan dalam APBD. Namun, Airin menekankan hal terpenting adalah bagaimana mendorong masyarakat untuk mau berpartisipasi. Sebab, jika kesadaran itu tumbuh, menurut Airin nantinya ada atau nggak ada uang para kader tetap bekerja.

“Kesehatan kan buat mereka, bukan pemerintah. Sehingga penting sekali edukasi bahwa kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab semua pihak, nggak cuma pemerintah,” kata Airin.

Meski begitu, dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat menurut Airin kerap ada hambatan. Seperti untuk pencegahan DBD, kadang masyarakat sudah tahu PSN melalui 3M plus tapi mereka pun sering lupa bahwa tanpa diduga pun tempat bersih bisa jadi sarang nyamuk aedes aegypti. “Intinya kita pemerintah jangan pernah bosan kasih edukasi ke masyarakat,” pungkas Airin. (Source: detik health)

Advertisement

Populer