Connect with us

Kampus

Hari Santri Nasional 2023, UIN Jakarta Gelar Sarasehan Santri

Peringati Hari Santri, UIN Jakarta Gelar Sarasehan Santri - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Official Website

Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2023, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Sarasehan Santri bertajuk “Perjuangan Intelektual Santri: Peran Strategis Dalam Literasi Keagamaan” pada (20/10/23).

Kegiatan sarasehan ini dimoderatori langsung oleh Dosen Fakultas Ushuluddin Dr. Hj. Ala’I Nadjib, M.A. serta diisi oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok Prof. Dr. K.H Oman Fathurrahman, M.A, Pengasuh Pondok Pesantren Mihrobul Muhibbin Ciputat Dr. K.H. Akhmad Shodiq, M.A. dan Komisi Dakwah MUI Ustadzah Dra. Yati Priyati, M.A.

Kegiatan ini dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan dilanjutkan dengan sambutan dari Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Asep Saepuddin Jahar, M.A., Ph.D. Beliau mengatakan Sarasehan ini untuk meneguhkan kembali pengakuan santri yang dulunya diabaikan pada masa Orde Baru hingga sekarang menjadi rebutan.

Mengingat pengakuan terhadap eksistensi santri, Rektor Asep Jahar berharap para santri terus mencatatkan prestasi pengabdian bagi umat. Lebih juga, Rektor juga mengisahkan pengalamannya sebagai santri pondok pesantren yang menurutnya didikan kyai dan sistem pendidikan pesantren begitu berpengaruh pada perjalanan hidupnya sebagai akademisi. “Saya berdiri saat ini karena berkah dari para Kyai,” ujarnya.

Advertisement

Selanjutnya sesi do’a bersama oleh Dr. M. Suryadinata, M.Ag. dilanjutkan dengan Sarasehan Santri oleh Prof. Dr. K.H Oman Fathurrahman, M.A. Pada pemaparannya beliau menjelaskan 2 hal yang perlu kita tanamkan sebagai seorang santri, pertama santri itu tidak sah hukumnya ketika ingin memberikan literasi keagamaan tanpa dilandasi “al-mabadi al-ilmiyah”, kedua santri perlu punya “al-mabadi al-syakhsiyah” sebagai dasar dalam berakhlak yang mana jati diri santri tidak boleh ditinggalkan.

Dilanjutkan oleh Dr. K.H. Akhmad Shodiq, M.A. Sebagai ahlu tariqah, beliau menyampaikan bahwa santri itu memiliki jiwa yang kuat, mereka adalah karikatur keagamaan, Imam Al-Ghazali mengajarkan kesederhanaan dalam menuntut ilmu agar unsur hayawani tidak mendominasi pada diri santri, dan ini merupakan cara ulama dalam mendomistifikasi nafsu.

Beliau juga menambahkan bahwa di masa depan Nabi “berkata kebodohan akan banyak”, hal ini tentunya menjadi pertentangan dengan perkataan para ilmuwan yang mengatakan bahwa di masa depan akan menghasilkan banyak orang pintar, hal ini ternyata hanya dapat dijawab oleh mereka yang beridentitas santri, karena ilmu yang baik adalah ilmu yang diamalkan.

“Santri lebih diutamakan mengambil Khidmah, karena para ahli Khidmah cenderung lebih cepat mendapatkan karomah. Sepintar apapun manusia, ketika tidak punya literasi keagamaan itu menjadi persoalan, oleh karena itu santri belajar bagaimana pemahaman intelektual hingga keluar nanti akan menjadi pionir di masa yang akan datang” ujarnya.

Advertisement

Selanjutnya Komisi Dakwah MUI Ustadzah Dra. Yati Priyati, M.A. menyampaikan bahwa modal pertama orang tua menitipkan anaknya di pondok bukan karena tak sayang, namun karena orang tua sayang dan tahu yang terbaik bagi anaknya.

“Santri bukan hanya mereka yang lulusan pondok pesantren, apabila ilmu dan akhlak mereka seperti santri, itulah santri. Tabarruq itu sangat penting anak-anakku, ambil berkah dari kyai dan para guru” tuturnya.

Sarasehan ditutup dengan tambahan dari Dr. Hj. Ala’i Nadjib, M.A., bahwasanya santri harus menjadi seperti Na dalam bait “Iiraf’i, linasbi, lijarri” tetap teguh dan berpegang pada prinsipnya. Kegiatan diakhiri dengan persembahan yang sangat meriah, qasidah dari UKM Hiqma dan nyanyi solo dari UKM Riak. (uinjkt)

Advertisement

Populer