Connect with us

Serba-Serbi

Jejak Digital: Budi Arie Setiadi Unggah Arti “Projo” dari Bahasa Sanskerta di Akun Facebooknya pada 16 Agustus 2021

Projo dikenal luas sebagai organisasi relawan pendukung Presiden Republik Indonesia ke-7, Joko Widodo (Jokowi), sejak Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019. Namun, di balik kiprahnya yang kental dengan dukungan politik, istilah Projo sendiri ternyata memiliki akar bahasa yang dalam dan makna yang filosofis.

Baru-baru ini, Kongres III Projo digelar di Jakarta pada Sabtu–Minggu, 1–2 November 2025. Dalam pertemuan tersebut, Budi Arie Setiadi kembali terpilih sebagai Ketua Umum Projo untuk periode 2025–2028. Budi menegaskan bahwa isu kerenggangan antara Projo dan Jokowi adalah tidak benar. Ia menegaskan, Projo lahir karena adanya sosok Jokowi yang dianggap sebagai pemimpin dari rakyat dan untuk rakyat.

Selain membantah isu tersebut, Budi juga mengumumkan rencana perubahan logo Projo sebagai langkah transformasi organisasi menghadapi tantangan zaman. Ia menyebut bahwa desain baru akan melibatkan partisipasi publik agar lebih mencerminkan semangat keberlanjutan dan semangat rakyat.

Asal-Usul dan Arti Kata “Projo” dalam bahasa sansakerta.

Banyak yang mengira Projo adalah singkatan dari “Pro Jokowi”. Namun, hal itu dibantah langsung oleh Budi Arie Setiadi dalam sambutannya di Kongres III. Ia menjelaskan bahwa Projo bukan singkatan, melainkan kata utuh yang berasal dari bahasa Sanskerta dan Jawa Kawi.

Advertisement

Dalam bahasa Sanskerta, Projo berarti negara atau negeri. Sementara dalam bahasa Jawa Kawi, Projo berarti rakyat. Kedua arti ini, menurut Budi, menyatu menjadi makna filosofis yang kuat—yakni gerakan rakyat yang mencintai negeri dan bangsanya.

“Projo itu artinya negeri dalam bahasa Sanskerta, dan rakyat dalam bahasa Jawa Kawi,” ujar Budi di Grand Sahid Jaya, Sudirman, Jakarta.

Dengan demikian, Projo bukan sekadar wadah politik, melainkan simbol hubungan erat antara rakyat dan negara.

Makna tersebut juga ditegaskan melalui unggahan akun Facebook Budi Arie Setiadi Ketua Umum DPP Projo pada 16 Agustus 2021, yang menulis:

Advertisement

“Projo berasal dari Bahasa Sanskerta yang berarti pemerintahan negeri, kerajaan, atau istana. Dalam Bahasa Jawa Kawi artinya rakyat. Jadi orang-orang yang mengaku Projo adalah orang-orang yang mencintai negeri dan rakyat. Karena cara terbaik mencintai negeri ini adalah dengan mencintai rakyatnya.”
(Budi Arie Setiadi, Facebook, 2021)

Sejarah Singkat Berdirinya Projo

Organisasi Projo resmi berdiri pada 23 Desember 2013. Menurut buku Dari Kerumunan Membentuk Barisan (2017) karya David C. Corton, Projo tumbuh cepat dan membangun basis di berbagai wilayah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Bali, Kalimantan Timur, dan Jakarta.

Sebagai salah satu relawan utama Jokowi pada Pilpres 2014, Projo berperan penting dalam memperkuat dukungan akar rumput. Gerakan ini berpegang pada nilai kemandirian, partisipasi, dan gotong royong, sekaligus menegaskan jati diri mereka sebagai representasi rakyat yang berjuang untuk kepentingan bangsa.

Filosofi Cinta Rakyat dan Negeri

Dalam salah satu unggahan di akun Facebook pribadinya, Budi Arie—yang akrab disapa Muni—menulis bahwa cara terbaik mencintai negeri adalah dengan mencintai rakyatnya. Pesan itu mencerminkan ruh Projo sebagai organisasi yang menempatkan rakyat di posisi utama.

Advertisement

Makna “Projo” yang berarti negara dan rakyat menjadi fondasi nilai perjuangan mereka. Seiring waktu, Projo tidak hanya dikenal sebagai relawan politik, tetapi juga gerakan sosial yang menegaskan pentingnya hubungan timbal balik antara rakyat dan negara.

Advertisement

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Populer