Connect with us

Indonesia Police Wacth (IPW) mengecam keras aksi pembakaran empat anggota polisi dalam aksi demo di Cianjur, Jawa Barat. Polri didesak mengusut tuntas kasus ini agar pelakunya dihukum berat dan ditelusuri apakah ada kelompok teroris ikut bermain dalam aksi demo tersebut.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta S Pane menjelaskan bahwa dalam beberapa aksi demo yang berujung bentrok seringkali polisi mengalami luka-luka akibat dilempari batu dan kayu oleh pendemo.

“Bahkan pernah beberapa kali polisi dilempari molotov. Tapi belum pernah terjadi polisi terbakar tubuhnya akibat dilempari pendemo dengan molotov, paling hanya terkena percikan api dari molotov yang dilemparkan pendemi tersebut dan segera bisa diatasi polisi itu bersama polisi lain,” terang Neta, di Jakarta, Jumat (16/08/2019).

Menurutnya, peristiwa terjadi di Cianjur di mana ada empat polisi menderita luka bakar 30 sampai 50 persen saat mengendalikan aksi demo merupakan sebuah peristiwa yang sangat memprihatikan dan tidak bisa ditolerir.

Advertisement

IPW pun mengecam keras peristiwa ini dan mendesak polisi segera mengusut tuntas kasus ini dan menuntut pelaku dan otak pelakunya dihukum seberat-beratnya. Selain itu, kordinator aksi demonya harus segera ditangkap dan dihukum berat.

Melihat kronologisnya, lanjut Neta, IPW menilai aksi penyerangan dan pembakaran anggota polisi di depan umum itu sudah terencana dan terstruktur. Hal ini terlihat dari adanya demonstran yang membawa bahan bakar minyak dalam aksi tersebut.

“Dan saat sejumlah polisi berusaha memadamkan kobaran api dari ban bekas yang dibakar pendemo, saat itulah pendemo lain melemparkan bahan bakar minyak ke arah dan tubuh aparat kepolisian tersebut hingga empat polisi tubuhnya terbakar parah. Dari sini terlihat bahwa upaya membakar polisi itu sudah terencana matang dan terstruktur,” jelasnya menambahkan.

“Ada yg membakar ban, ada yg membawa minyak dan ada yg melemparkan bahan bakar minyak ke tubuh polisi hingga tubuh empat polisi terbakar parah,” urainya melanjutkan.

Advertisement

Masih dari penuturan Neta, selama ini yang menjadi musuh besar polisi yaitu para teroris dan kelompok radikal, yang nyata-nyata berani menyerang dan membunuh anggota polisi secara terbuka di depan umum.

Dengan adanya kasus Cianjur ini, musuh besar polisi bertambah satu lagi, yakni kelompok demonstran radikal yang berani menyerang dan membakar polisi di depan umum.

Neta melanjutkan, bagaimana pun kasus Cianjur ini menjadi fenomena baru dan ancaman baru bagi jajaran kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

“Jajaran kepolisian harus mengusut dengan intensif kasus Cianjur ini, apakah penyerangan dengan cara membakar anggota polisi di depan umun itu murni atas inisiatif dan dilakukan massa demonstran semata atau ada penyusupan kelompok teroris atau kelompok radikal dalam aksi demo tersebut,” katanya lagi.

Advertisement

“Pertanyaan ini patut dilontarkan karena ada sejumlah orang yang membawa bahan bakar minyak dalam aksi demo itu, kemudian melemparkannya ke anggota polisi yang sedang memadamkan ban bekas yang dibakar massa,” ujarnya.

Ia kembali mengatakan, bahwa IPW menduga aksi ini sudah direncanakan dengan matang, sehingga misi mereka untuk membakar polisi di depan umum berhasil dan sukses.

“Kasus ini tentunya menjadi tantangan berat jajaran kepolisian ke depan, apalagi jika memang ada kelompok teroris dan radikal yang ikut bermain di balik aksi demo massa di Cianjur. Untuk itu Polri harus mengusut tuntas kasus ini agar para pelaku dan otak penyerangan ini bisa dihukum seberat beratnya,” pungkasnya. (pm/kts).

Advertisement

Populer