Banten
Mengenal Batu Kalimaya Banten yang Mempesona
BATU permata kalimaya (opal) yang berasal dari Sajira, Kabupaten Lebak kini sudah termasuk batu kelas dunia setingkat dengan jamrud (emerald), giok (jade), merah delima (ruby) dan safir.
Jika jamrud dan giok berwarna hijau, kemudian ruby berwarna merah, safir biru, topas kuning, bloodstein hitam dan intan putih, maka kalimaya memiliki hampir semua warna yang ada pada jenis batuan mulia. Menurut pakar geolog HR Wilher Simanjuntak, warna yang ditimbulkan batu jenis ini bergantung pada keteraturan letak susunan bola-bola silika yang mendispersikan sinar serta mengunakannya dalam berbagai spektrum warna. Di mana warna yang tampak itu hasil dari pengaruh diameter bola-bola silika yang terdapat pada mineral tersebut.
Di samping itu warna yang dihasilkan dipengaruhi pula oleh sudut cahaya yang berubah-ubah bila kalimaya diputar. Sedangkan yang tidak memperlihatkan permaianan warna pelangi disebabkan tidak teraturnya diameter dan letak susunan bola-bola silika, serta tidak teeraturnya permukaan bola-bola silika tersebut.
Menurut catatan sejarah, sejak zaman dahulu opal sudah digunakan manusia sebagai hiasan bangsa Yunani. Batunya berasal dari Timur Tengah, India, Afrika dan Honggaria. Saat itu opal bernilai di atas batu perhiasan yang lain dan dianggap memiliki khasiat tertentu bagi si pemakainya.
Historis opal terindah pernah dimiliki bangsa Yunani yang batunya berasal dari Honggaria, Eropa Timur yang dihasilkan dari pertambangan terbuka. Sedang di Australia opal pertama kali ditemukan tahun 1849 dekat Angasto, Australia Selatan. Kemudian diikuti dengan penemuan lainnya seperti di New South Wales (1890) dan Coober Pedy (1915). Sejak saat itu pertambangan opal berkembang sampai sekarang.
Sedangkan opal di Indonesia baru dikenal tahun 1933 sejak pertama kali Koolhoven menyelidiki geologi di Kabupaten Lebak. Kemudian dilakukan penggalian kecil-kecilan oleh penduduk setempat. Karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perkembangan opal di tanah air sangat lamban. Menurut hasil penelitian pada waktu itu, penyebaran batuan yang mengandung opal di Lebak terdapat sekitar 9 x 14 km persegi dengan deposit yang cukup banyak. Misalnya dari lokasi Gedong dan Pasir Kolecer warna dasar opal didominasi oleh warna hitam dangan peraminan warna yang sangat indah. Biasanya jenis ini paling banyak disukai oleh orang barat dan mereka menyebutnya black opal. Tetapi beberapa jenis opal kadang-kadang tidak memperlihatkan permaianan warna yang menarik. Jenis seperti ini biasa disebut penduduk setempat sebagai batu kinyang.
Benarkah batu opal atau kalimaya memiliki daya tarik? Menurut penduduk setempat, batu permata jenis ini memang dipercaya memiliki daya tarik. Kekuatan batu ini terletak pada permainan warna yang indah dan gemerlap bila terkena sinar matahari atau lampu di malam hari. Misalnya bila digunakan oleh laki-laki yang memakai cincin bermata kalimaya senantiasa disenangi oleh wanita.
Hardomo, Ketua PHRI Kabupaten Serang, berharap Pemkab Serang peduli terhadap para perajin batu mulia yang banyak dihasilkan dari daerah Banten. Selain batu kalimaya, di sini juga banyak dihasilkan berbagai jenis batu mulia lain seperti akik, jamrud, pancawarna dan fosil kayu. Karena di sepanjang pantai wisata Anyer-Cinangka belum ada galery yang menjual dan memamerkan batu permata. Ia berharap Pemkab Serang mau membangun pusat perdagangan cenderamata di sini. Dengan demikian wisatawan mudah mencari cenderamata yang khas dari daerah ini, termasuk hasil kerajinan masyarakat tradisional Baduy dan perajin keramik dari Desa Bumijaya, Ciruas. (kb/kt)
- Nasional21 jam ago
Menag Nasaruddin Umar Sebut Banyak Perceraian Karena Judol dan Politik
- Nasional21 jam ago
Sapa Ribuan Umat Konghucu, Menag Nasaruddin Umar Serukan Pesan Kebersamaan
- Politik3 jam ago
Debat Kedua Pilkada Tangsel, Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan Sodorkan Program Pengentasan Kemiskinan