Connect with us

Lifestyle

Sering Sesak Nafas (Dispnea)? Bisa Jadi Itu Gejala PPOK • Hello Sehat

Ketika seseorang mengalami kerusakan pada paru-paru, sesak napas, alias dispnea dalam bahasa kedokterannya, sering kali menjadi salah satu tanda umum yang muncul, selain batuk. Gejala ini merupakan tanda yang umum pada mereka yang mengalami kerusakan paru, termasuk pada orang dengan PPOK.

Meski terlihat sebagai kondisi yang umum terjadi, dispnea rupanya bisa memiliki tingkat keparahan, mulai dari ringan sampai dengan berat. Bagaimana pengelompokkan tingkatan sesak napas itu? Apa saja yang dapat dilakukan untuk meredakan gejalanya? Simak ulasannya berikut ini.

Apa itu PPOK?

PPOK adalah sekelompok gangguan paru. Emfisema dan bronkitis kronis adalah dua kondisi utama yang paling umum diderita oleh orang dengan PPOK. Banyak pasien yang mengalami dua kondisi ini dalam waktu bersamaan. Dengan begitu, mereka dinyatakan memiliki Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).

Advertisement

PPOK merupakan gangguan progresif. Artinya, kondisi pasien akan memburuk seiring berjalannya waktu. Itu sebabnya pada PPOK tahap awal, penyakit ini sulit diidentifikasi karena banyak yang mengsalahartikan. Kebanyakan, gejala yang cenderung ringan di awal dipahami sebagai kelelahan biasa atau hanya “sedang tidak fit.”

Sayangnya, tak ada obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Paru-paru yang rusak akan rusak selamanya tanpa bisa diperbaiki. Namun, jangan dulu putus asa karena Anda masih bisa meredakan gejalanya. Meringankan atau bahkan menjaga agar gejala tak kembali lagi bisa membuat kualitas hidup Anda tetap baik sekalipun paru-paru Anda rusak karena PPOK.

Gejala paling umum dari PPOK dapat meliputi:

  • sesak napas
  • nyeri dada
  • batuk
  • pusing
  • lendir berlebih di paru-paru yang sering keluar saat batuk
  • sering merasa kelelahan dan letih
  • sering mengalami infeksi pernapasan
  • keluar dahak saat batuk
  • penurunan berat badan secara tidak sengaja
  • mengi

Bagaimana PPOK bisa merusak paru-paru?

Emfisema dan bronkitis kronis menyerang paru-paru dengan cara yang berbeda. Emfisema merusak dinding yang melapisi kantung udara di paru-paru, alias alveolus. Alveolus adalah tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Ketika alveolus rusak, secara otomatis kemampuan paru-paru untuk mengambil oksigen dan melepaskan karbon dioksida menjadi terganggu. Hal ini tentu juga akan memengaruhi suplai oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lainnya. Dampak dari kerusakan alveolus pada paru-paru adalah Anda menjadi mudah letih dan sesak napas.

Sementara itu, bronkitis kronis menjadi penyebab terjadinya radang dan iritasi pada dinding saluran udara. Akibatnya, dinding saluran udara akan menebal karena produksi lendir berlebih, kaku, dan membuat Anda menjadi sulit bernapas.

Advertisement

PPOK dan Dispnea

Oleh sebab kedua penyakit tersebut, sesak napas atau dispnea menjadi gejala yang paling umum dirasakan oleh orang dengan PPOK. Jika menderita PPOK, Anda bisa merasakan sangat kesulitan bernapas setelah berjalan kaki atau berolahraga. Bahkan, Anda mungkin juga bisa merasakan sesak napas saat duduk atau bersantai.

Skala sesak napas

Ada banyak cara untuk mengukur seberapa parah sesak napas atau dispnea yang Anda alami. Banyak dokter menggunakan sistem yang disebut Modified Medical Research Council Dyspnea Scale (MMRC). Skala lainnya meliputi Baseline Dyspnea Index (BDI) dan Oxygen Cost Diagram (OCD).

Menurut sebuah penelitian di Annals of Thoracic Medicine, skala-skala tersebut cukup saling berkaitan. Akan tetapi, MMRC tidak memperhitungkan gangguan fisik lainnya, selain dispnea. Meksipun begitu, dalam penelitian yang sama, para peneliti mencatat bahwa MMRC adalah skala yang paling umum karena sederhana, mudah digunakan, dan valid dalam mengukur sesak napas karena PPOK.

Ketika menggunakan skala tersebut, Anda harus memilih salah satu dari lima pernyataan untuk menggambarkan sesak napas Anda. Beberapa pertanyaan tersebut adalah:

Advertisement
  • “Saya hanya sesak napas saat berolahraga berat.”
  • “Saya sesak napas saat bergegas di tangga atau sedikit berjalan mendaki.”
  • “Saya berjalan lebih lambat dibandingkan orang seusia saya di permukaan datar akibat sesak napas, atau saya harus berhenti untuk mengambil napas saat berjalan dengan kecepatan sendiri di permukaan datar.”
  • “Saya harus berhenti untuk mengambil napas setelah berjalan sekitar 90 meter atau setelah beberapa menit berjalan di permukaan datar.”
  • “Saya terlalu sesak napas untuk keluar rumah” atau “Saya sesak napas saat berganti pakaian.”

Dokter dapat menggunakan jawaban Anda untuk menentukan pengobatan tertentu, memprediksi tingkat kelangsungan hidup. Ketika dokter menggunakan kombinasi spirometri untuk tes fungsi paru FEV1, ia juga dapat mendiagnosis tingkat gangguan paru Anda.

Bagaimana cara untuk mencegah dispnea?

PPOK tidak memiliki obat penyembuh. Obat-obatan dan perawatan dapat memperlambat perkembangan dan mencegah kerusakan, tetapi tidaklah mungkin untuk menghentikan PPOK. Pengobatan juga tidak dapat memulihkan kembali kerusakan yang disebabkan penyakit ini pada paru-paru dan saluran udara Anda. Namun, Anda masih dapat mengendalikannya dan tetap melakukan sebagian aktivitas normal Anda. Anda perlu mempersenjatai diri dengan beberapa strategi cerdas yang dapat membantu Anda mengatasi sesak napas dan kelelahan.

Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah dispnea, antara lain:

Berolahraga

Aktif secara fisik mungkin bisa saja membuat Anda sesak napas. Jadi, Anda memilih untuk menghindari olahraga. Padahal, kegiatan seperti ini sebenarnya baik untuk membantu paru-paru Anda menjadi semakin kuat asal dilakukan dengan benar.

Berolahraga juga membantu meningkatkan stamina dan mengurangi episode dispnea. Namun, pastikan bahwa Anda tidak berlebihan dalam menjalani program latihan Anda. Bekerja samalah dengan dokter untuk menemukan rencana latihan fisik yang aman bagi tingkat kebugaran Anda dan yang tidak akan memperburuk kondisi Anda.

Advertisement

Berlatih pernapasan yang cerdas

Jika menderita PPOK, dokter bisa merujuk Anda kepada terapis pernapasan. Seorang terapis pernapasan dapat mengajarkan cara untuk menjaga pernapasan Anda saat berolahraga. Anda juga bisa diajarkan beberapa latihan yang dapat membantu Anda mengembalikan napas dengan cepat saat Anda serangan dispnea datang.

Hentikan kebiasaan yang buruk

Merokok adalah penyebab utama PPOK. Jika Anda merokok, berhentilah dan lihat bagaimana gejala Anda akan berkurang. Berhenti merokok memang sulit, namun tetaplah berusaha dan temukan kemauan demi kesehatan paru-paru Anda. Dokter bisa membantu Anda menemukan rencana penghentian kebiasaan merokok yang bekerja bagi Anda. Ingatlah bahwa dengan berhenti merokok, hal itu akan mendapatkan hidup yang lebih lama dan sehat.

Hirup udara yang lebih bersih

Selain asap rokok, polutan udara lainnya bisa membuat kondisi paru-paru Anda menjadi lebih buruk dan menyebabkan sesak napas. Cobalah untuk menghindari asap knalpot kendaraan, bau cat, dan bahkan bau dari cairan pembersih yang bisa memicu gejala PPOK Anda memburuk.

Meskipun PPOK tidak dapat disembuhkan, Anda bisa mengendalikan gejalanya, salah satunya dispnea. Anda harus memahami benar gejala yang muncul agar dapat menginformasikan kepada dokter. Dengan begitu, dokter bisa memberikan perawatan yang tepat. Selain itu, gunakan tips di atas untuk mencegah dispnea, memperlambat perkembangan PPOK, dan mempertahankan fungsi paru Anda untuk hidup yang lebih nyaman dan aktif.

Advertisement

Hello Health Group tidak menyediakan nasihat medis, diagnosis, maupun pengobatan.

Kabartangsel.com

Source

Advertisement

Populer